Laboratorium kesehatan memegang peranan penting dalam diagnosis penyakit melalui penerapan sistem jaminan mutu yang ketat, termasuk pengendalian pada seluruh tahap pemeriksaan mulai dari pengambilan sampel hingga pelaporan hasil. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor pre-analitik yang mempengaruhi hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam postprandial (G2JPP) pada pasien diabetes melitus di RSUD Haji Surabaya, guna meningkatkan akurasi hasil dan kualitas layanan laboratorium. Penelitian menggunakan desain observasional cross-sectional yang dilaksanakan pada Agustus 2024 di laboratorium Patologi Klinik RSUD Haji Surabaya. Sampel sebanyak 40 pasien diabetes yang melakukan pemeriksaan G2JPP dipilih dengan metode quota sampling. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan pemeriksaan laboratorium G2JPP. Analisis regresi linear berganda menunjukkan model yang melibatkan umur, lama diabetes, lama puasa, waktu konsumsi makanan, ketepatan pengambilan sampel, dan status Orang Dalam Pantauan (ODP) secara signifikan menjelaskan 38,1% varians kadar G2JPP (F(6,33) = 4,695, p < 0,001). Lama puasa (β = 26,001, p < 0,001) dan waktu konsumsi makanan (β = 16,368, p = 0,019) berhubungan positif signifikan dengan kadar G2JPP, sedangkan status ODP tidak berpengaruh signifikan (β = -18,720, p = 0,215). Simpulan penelitian ini bahwa faktor pre-analitik seperti durasi puasa dan jeda waktu antara konsumsi makanan dengan pengambilan darah berpengaruh signifikan terhadap kadar glukosa postprandial. Ketidaktepatan dalam proses pre-analitik dapat menyebabkan hasil pemeriksaan tidak mencerminkan kondisi metabolik sesungguhnya, sementara status ODP tidak berkontribusi signifikan terhadap perubahan kadar glukosa.