p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Widya Accarya
PURANA, I MADE
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU PURANA, I MADE
Widya Accarya Vol 5 No 1 (2016): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.153 KB) | DOI: 10.46650/wa.5.1.237.%p

Abstract

Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia, serta mengembangkan kasih- sayang pada sesama manusia serta mengembangkan kasih saying pada alam lingkungan.Konsep Tri Hita Karana menjiwai napas kehidupan orang Bali (Hindu) dan menjadikan Bali Harmonis baik secara makro kosmos maupun secara mikro kosmos. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam kitab Sarasamuscaya (135) dengan istilah Prihen Tikang Bhuta Hita, yaitu usahakan kesejahteraan semua mahkluk itu akan menjamin tegaknya Catur Marga atau empat tujuan hidup yang terjalin satu sama lainnya.                                                                   Kata kunci : Tri Hita Karana dan Umat Hindu  
KONSEP KASTA DILIHAT DARI KACA MATA IDIOM ESTETIKA POSTMODERN PURANA, I MADE
Widya Accarya Vol 6 No 2 (2016): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.603 KB) | DOI: 10.46650/wa.6.2.307.%p

Abstract

Postmodern dapat dimengerti sebagai filsavat, pola berpikir, dasar berpikir, ide, gagasan, teori, sehabis modern (modern sudah usai), setelah modern (moderan lagi popular dan dominan), dan kelanjutan modern.Wujud budaya kontempoler di era kebudayaan kontemporer mempunyai idiom estetika yang mengikuti kebudayaan postmodern. Idiom-idiom estetika postmodern terdiri atas pastiche, parody, kitsch, camp, dan ckizoprenia Kata Kunci: Kasta, estetika dan postmodern
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME PURANA, I MADE
Widya Accarya Vol 7 No 1 (2017): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.598 KB) | DOI: 10.46650/wa.7.1.432.%p

Abstract

Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga jenis kegiatan, antara lain sebagai berikut. (1) Mendidik adalah membentuk kepribadian individu atau kelompok. (2) Mengajar adalah menanamkan kemampuan berpengetahuan. (3) Melatih adalah memupuk supaya terampil mempraktikkan kemampuannya di masyarakat. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Pendidikan merupakan upaya sadar yang diarahkan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik di segala aspek kehidupan. Namun, kenyataannya masih saja ada pemikiran atas ide yang mengutamakan kepentingan suatu kelompok atau komunitas dalam masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan ilmu agama dan kebudayaan mutlak diperlukan. Kata kunci: Pendidikan, prilaku, primordialisme 
POLEMIK ADAT DALAM BALI ADNYANA DAN SURYA KANTA: PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA PURANA, I MADE
Widya Accarya Vol 9 No 1 (2018): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.431 KB) | DOI: 10.46650/wa.9.1.608.%p

Abstract

ABSTRACT        As a qualitative study with paradigm of culture, this study discusses the problems, namely the factors causing indigenous polemic in Bali Adnyana and Surya Kanta.Penelitian is done because in Bali Adnyana and Surya Kanta dipolemikkan problem of customs that are not in accordance with the progress of the era.In interpreting custom which is not in accordance with the progress of that time lies the contrast between the two. The purpose of this study is to uncover and analyze more clearly the factors causing indigenous polemic in Bali Adnyana and Surya Kanta.Sumber of data excavated based on documentary data. Primary data collection using reading techniques and recording techniques. Secondary data collection using literature techniques. Analysis of the problem is done descriptively qualitatif. research indicates that the factors causing indigenous polemic in Bali Adnyana and Surya Kanta is as follows. In interpreting customs that are not in accordance with the it is the contrast between the two. What does not fit according to Surya Kanta's group can be considered very appropriate and needs to be maintained by the Adnyana Bali class. For the Surya Kanta adat group that obstructs progress, even more customs that are incompatible with religion, must abandoned.So also if the implementation of religion hinders progress, must be straightened out. Progress will be realized if customs and religions are able to provide motivation in improving fate towards a better life. In addition, customs and religions must also be able to adjust to the changing circumstances of society. The change of the color system into the system of the family that leads to the concept of caste is very influential to the customs system in Bali.  Keywords: polemic, custom AbstrakSebagai kajian kualitatif yang berparadigma budaya, penelitian ini membahas permasalahan, yaitu faktor-faktor penyebab polemik adat dalam Bali Adnyana dan Surya Kanta.Penelitian ini dilakukan karena dalam Bali Adnyana dan Surya Kanta dipolemikkan masalah adat istiadat yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman.Dalam menafsirkan adat yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman itulah letak perbedaan yang kontras diantara keduanya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap dan menganalisis lebih jelas faktor-faktor penyebab polemik adat dalam Bali Adnyana dan Surya Kanta.Sumber data digali berdasarkan data dokumenter.Pengumpulan data primer menggunakan teknik pembacaan dan teknik pencatatan.Pengumpulan data sekunder menggunakan teknik kepustakaan.Analisis terhadap permasalahan dilakukan secara deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab polemik adat dalam Bali Adnyana dan Surya Kanta adalah sebagai berikut.Dalam menafsirkan adat yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman itulah letak perbedaan yang kontras diantara keduanya.Apa yang tidak sesuai menurut golongan Surya Kanta bisa dipandang sangat sesuai dan perlu dipertahankan oleh golongan Bali Adnyana.Bagi golongan Surya Kanta adat yang menghalangi kemajuan, lebih-lebih adat yang tidak sesuai dengan agama, harus ditinggalkan.Begitu juga kalau pelaksanaan agama menghalangi kemajuan, harus diluruskan. Kemajuan akan dapat diwujudkan apabila adat dan agama mampu memberikan motivasi dalam memperbaiki nasib ke arah kehidupan yang lebih baik. Selain itu, adat dan agama harus pula mampu menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang berubah.Beralihnya sistem warna menjadi sistem wangsa yang mengarah ke konsep kasta sangat berpengaruh kepada sistem adat istiadat di Bali. Kata Kunci: polemik, adat
PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PELAKSANAAN UPACARA ADAT PURUNG TA KADONGA RATU PADA MASYARAKAT DESA MAKATAKERI KECAMATAN KATIKUTANA KABUPATEN SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NNT) Sila, I Made; Purana, I Made; Bauru Awa, Arni Rambu
Widya Accarya Vol 11 No 1 (2020): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.374 KB) | DOI: 10.46650/wa.11.1.837.84-96

Abstract

Abstrak Purung Ta Kadonga Ratu (Turun di Lemba Imam) merupakan ritual adat yang dilakukan masyarakat Sumba setiap tahun sekali untuk memperingati para leluhur yang dianggap memiliki kekuatan magis dan dapat memprediksi kesuburan hasil pertanian masyarakat. Ritual adat Purung Ta Kadonga Ratu (Turun di Lemba Imam) sebelum dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan acara pemotongan kerbau jantan yang bahasa adatnya ?Haka Raja Rewa?yang artinya ukuran tanduk kerbau yang akan dipotong untuk memberikan persembahan kepada leluhur. Acara ritual adat Purung ta Kadonga Ratu (Turun di Lemba Imam) di lakukan di sebuah tempat yang tinggi yang dirasa cocok oleh tua adat (?Ama Walu Adung, Ina Walu Kerung?) yang dianggap sebagai kepala suku atau penanggung jawab untuk semua suku dalam melakukan ritual. Tempat dilakukan ritual adat Purung ta Kadonga Ratu (Turun di Lemba Imam) diberi nama?Laitarung?. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalnya adalah pelaksanaan Nilai-nilai Pancasila apa saja yang terkandung dalam upacara adat Purung Ta Kadonga Ratu pada masyarakat Desa Makatakeri Kecamatan Katikutana Kabupaten Sumba Tengah, Bagaimana proses pelaksanaan Upacara Adat Purung ta Kadonga Ratu pada kehidupan masyarakat sehari¬-hari di Desa Makatakeri Kecamatan Katikutana Kabupaten Sumba Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang Penerapan Nilai-Nilai Pancasila  Dalam Pelaksanaan Upacara Adat Purung Ta Kadonga Ratu Pada Masyarakat Desa Makatakeri  Kecamatan  Katikutana Kabupaten Sumba Tengah, Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Teknik wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi Metode atau teknik yang digunakan untuk menganalisi data adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menyatakan bahwa Upacara adat ini dilakukan dengan mengacungkan dua tombak pusaka keramat yang panjangnya kurang lebih 7 meter yang diacungkan ke langit untuk menjebol bendungan di langit untuk mendatangkan atau menurunkan hujan. Kedua tombak keramaat itu yakni Loda Pari dan Mehang Karaga. Apabila dalam lomba mengangkat tombak yang mengarah kelangit dan yang menang pertama adalah ?Nibu loda pari? maka diprediksikan hasil pertanian subur dan musim hujan juga beraturan yang bahasa adatnya ?hawewanaga pungina, kabobunaga ratina?. Kalau ?nibu mehang karaga? yang menang pertama maka diprediksikan hasil pertanian tidak subur dan akan ada kelaparan besar melanda pulau Sumba yang bahasa adatnya?danakerimawaka tuwa danahimawaka watu, nyeka pagaliparawigika waiga bakukapata wewi wawi bakukanuka wewi kauki?. Kata Kunci: Penerapan Nilai-Nilai Pancasila, Upacara Adat Purung Ta Kadonga Ratu     Abstract Purung Ta Kadonga Ratu (Descended in Lemba Imam) is a traditional ritual that is carried out by the Sumba people every year to commemorate the ancestors who are considered to have magical powers and can predict the fertility of the agricultural produce of the community. Purung Ta Kadonga Ratu's traditional ritual (Going down at Lemba Imam) before the male buffalo slaughtering ceremony for which the customary language is "Haka Raja Rewa" means the size of the buffalo horn that will be cut to make offerings to the ancestors. Purung ta Kadonga Ratu (Down in Lemba Imam) traditional rituals are held in a high place that is considered suitable by the traditional elders ("Ama Walu Adung, Ina Walu Kerung") who are considered as tribal chiefs or responsible for all tribes in carrying out ritual. The place where Purung ta Kadonga Ratu (Descended in Lemba Imam) traditional ritual is named "Laitarung". Based on this background, the mass formulation is the implementation of any Pancasila Values ??contained in the Purung Ta Kadonga Ratu traditional ceremony in the people of Makatakeri Village, Katikutana Subdistrict, Central Sumba Regency, How is the process of implementing Purung ta Kadonga Ratu Traditional Ceremony in people's daily lives ¬ in Makatakeri Village, Katikutana District, Central Sumba Regency. The purpose of this study was to find out more about the Implementation of Pancasila Values ??in the Implementation of the Purung Ta Kadonga Ratu Ceremony in the Makatakeri Village Community Katikutana Subdistrict, Central Sumba, Data collection techniques used in this study were interview techniques, observation techniques, documentation techniques Method or the technique used to analyze data is a qualitative descriptive method. The results of the study stated that this traditional ceremony was carried out by brandishing two sacred heirloom spears that were approximately 7 meters in length that were stretched toward the sky to break down dams in the sky to bring or bring down rain. The two religious spears were Loda Pari and Mehang Karaga. If in the race to lift the spear that leads to the sky and the first winner is "Nibu loda pari" then it is predicted that fertile agricultural products and the rainy season are also regular with the traditional language "hawewanaga pungina, kabobunaga ratina". If "nibu mehang karaga" wins first, it is predicted that agricultural products are infertile and there will be a huge famine in the island of Sumba, the customary language "danakerimawaka tuwa and Ibrahimawaka watu, wiping pagaliparawigika waiga bakukapata wewi wawi bakukanuka wewi kauki". Keywords: Implementation of Pancasila Values, Purung Ta Kadonga Ratu Traditional Ceremony
Problem Based Learning (PBL) : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Cara Berpikir Kritis Peserta Didik Darwati, IGA Mas; Purana, I Made
Widya Accarya Vol 12 No 1 (2021): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/wa.12.1.1056.61-69

Abstract

Abstrak Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Ketrampilan abad 21 menitikberatkan kepada kemampuan untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, komunikasi, dan kerjasama yang merupakan bagian dari HOTS (High Order Thinking Skills) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat perlu dimiliki oleh peserta didik sebagai bekal dalam menghadapi tantangan global. Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental peserta didik untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan. Melalui PBL siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang dimaksud diantaranya berpikir kritis, inovatif, dan kreatif. Ketika PBL berlangsung, peserta didik dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah sendiri dan bekerja mandiri, sehingga peserta didik dapat mengembangkan berpikir kritisnya. Peserta didik dapat dilatih mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan pola berpikir kreatif.