Patora, Marianus
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Berteologi secara moderat dalam konteks kebhinekaan Patora, Marianus
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 8, No 1: April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v8i1.477

Abstract

Doing theology is a means that can bring people to understand more about every teaching in religion so that what is understood can encourage people to apply it in everyday life. Theological ideas and views have developed very dynamically, resulting in many emerging views that are diverse, even contradicting one another. The problem that arises is when theology is not based on an attitude of respect and respect for the different views of each group, class, theological tradition, and even religion. This research is a Christian view and attitude in moderate theology in the context of Indonesian diversity. In this study, the method used is descriptive qualitative with an approach to an understanding and understanding of the importance of good theology and which does not tend to be extreme towards a particular religious group. Moderate theology within the scope of religions will be able to confront two different views and ideas by prioritizing the values of diversity as a glue to build humanist religious moderation. AbstrakBerteologi merupakan sarana yang dapat membawa manusia agar semakin memahami setiap ajaran dalam agama, sehingga apa yang dipahami dapat mendorong manusia menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan serta pandangan teologi mengalami perkembangan yang sangat dinamis, sehingga banyak bermunculan pandangan yang beragam, bahkan bertentangan satu dengan yang lain. Masalah yang timbul adalah ketika berteologi tidak didasari pada sikap menghargai dan menghormati perbedaan pandangan dari setiap kelompok, golongan, tradisi teologi, bahkan agama. Penelitian ini merupakan pandangan dan sikap Kekristenan dalam berteologi secara moderat dalam konteks kebhinnekaan Indonesia. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan terhadap suatu pengertian dan pemahaman akan pentingnya berteologi yang baik dan yang tidak cenderung bersikap ekstrim kepada suatu kelompok agama tertentu. Berteologi secara moderat dalam lingkup agama-agama akan mampu untuk mengonfrontasikan dua pandangan serta gagasan yang berbeda dengan mengedepankan nilai-nilai kebhinnekaan sebagai suatu perekat guna membangun moderasi beragama yang humanis.
Kesetaraan hula-hula dengan boru dalam budaya Batak Toba: Tinjauan sosio-teologis Galatia 3:28 Simanjuntak, Roy Martin; Prananingtyas, Niken Dewi; Patora, Marianus; Soegijono, Harry; Nugroho, Setya Hadi
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 7, No 2: Teologi Menstimulasi Nilai-nilai Kemanusiaan dan Kehidupan Bersama dalam Bingkai Kebang
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v7i2.354

Abstract

Dalihan Na Tolu is a culture and philosophy of life of the Batak people. It is not only the kinship relationship contained in it but also as a driving force for the life order of the believers. In the Dalihan Na Tolu philosophy, there is a relationship that needs to be evaluated in relation to social equality, namely the relationship between Hula-hula and Boru. The perspective of Christian faith will complement the philosophy of Dalihan Na Tolu if it is built in the love and sacrifice of Christ, which is ultimately driven by love in the Dalihan Na Tolu philosophy. This study used a qualitative literature approach, which uses descriptive methods, and analysis-argumentative. descriptive, analysis-interpretive, and argumentation-comparative. With the constructive comparative aid method, this study uses various literature sources, such as books, journal articles, and dissemination on web pages to gain new insights from the text being studied. The conclusion that can be drawn is that the theology of social equality in the perspective of the Christian faith should complement the philosophy of Dalihan Na Tolu which centers on the love and sacrifice of Christ. The relationship between hula-hula and boru is no longer seen as an order of law that implies a curse but rather as local wisdom that enriches mission values to introduce the love of Christ through the Dalihan Na Tolu philosophy. AbstrakDalihan Na Tolu adalah sebuah budaya dan falsafah hidup bagi orang Batak. Tidak hanya hubungan kekerabatan yang terkandung di dalamnya, te-tapi juga sebagai penggerak tatanan kehidupan. Dalam falsafah Dalihan Na Tolu ada hubungan yang menarik untuk diperhatikan berkaitan kesetaraan so-sial, yaitu hubungan antara Hula-hula dengan Boru. Hubungan ini sering diang-gap sebagai bentuk kesenjangan sosial, sehingga dalam perkembangan zaman banyak orang Batak yang telah memiliki paradigma yang berubah terhadap falsafah Dalihan Na Tolu. Artikel ini mengkaji bahwa hubungan antara Hula-hula dan Boru dalam falsafah Dalihan Na Tolu adalalah sebuah kesetaraan so-sial dan tidak bertentangan dengan iman Kristen. Perspektif iman Kristen akan menjadi penyempurna falsafah Dalihan Na Tolu karena dalam penerapannya telah membangun falsafah tersebut dengan dasar kasih Kristus sebagai mana yang dituliskan Paulus dalam Galatia 3:28. Pemaknaan dari sisi konteks Galatia 3:28 memberikan korelasi yang jelas mengenai kesetaraan dalam falsafah Dalihan Na Tolu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptif.
Berteologi secara Sistematis sebagai Ekspresi Hidup Menggereja di Era Disrupsi Digital: Sebuah Relevansi dalam Belajar Teologi Sistematika Patora, Marianus; Sutiono, Vicky Samuel
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 7, No 1: Agustus 2024
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v7i1.72

Abstract

In the ever-growing digital era, the relevance of systematic theology in church life is becoming increasingly important. Systematic theology is a branch of theology that systematically summarizes and organizes the doctrines of the Christian religion. In the modern church context, a deep understanding of systematic theology can help Christians understand their beliefs, respond to contemporary questions, and face complex moral challenges. This article will discuss the importance of systematic theology in church life in the digital era and how theological concepts can be applied in modern technology and communication. The research method used is qualitative. So, by integrating the principles of systematic theology into ecclesiastical activities, Christians can deepen their faith, broaden their spiritual insight, and strengthen their faith community. Abstrak Dalam era digital yang terus berkembang, relevansi teologi sistematika dalam kehidupan menggereja menjadi semakin penting. Teologi sistematika merupakan cabang teologi yang mencoba untuk merangkum dan menyusun doktrin-doktrin agama Kristen secara sistematis. Dalam konteks gereja modern, pemahaman yang mendalam tentang teologi sistematika dapat membantu umat Kristen di dalam memahami keyakinan mereka, merespons pertanyaan-pertanyaan kontemporer, dan menghadapi tantangan-tantangan moral yang kompleks. Artikel ini akan membahas pentingnya teologi sistematika dalam hidup menggereja di era digital, serta bagaimana konsep-konsep teologis dapat diterapkan dalam konteks teknologi dan komunikasi modern. Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Maka dapat di simpilkan bahwa, Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip teologi sistematika ke dalam aktivitas gerejawi, maka umat Kristen dapat memperdalam iman, memperluas wawasan rohani, dan memperkuat komunitas iman mereka.
Agama dan dehumanisasi: Mengembangkan spiritualitas humanis melalui hidup menggereja di era disrupsi digital Patora, Marianus
KURIOS Vol. 10 No. 1: April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v10i1.944

Abstract

Virtual space or the digital world has become integral to postmodern life. With the development of digital technology, the influence of religion in the digital space is also getting stronger. Indications of violence in the name of religion are a reality that triggers a spirit of dehumanization in religious practices, especially in the digital space. This article offers the construction of humanized spirituality in church life as a spiritual principle in the era of digital disruption, which various acts of de-humanism have stigmatized. This research uses a descriptive analysis method with a literature study approach through multiple references to the results of previous studies on similar topics. The research results show that religion has a very humanistic essential nature, so advances in digital technology, which tend to be disruptive, can become a friendly space for labeling religion as the core that builds human values.   Abstrak Ruang virtual atau dunia digital telah menjadi bagian integral dari kehidupan posmodern; dengan semakin berkembangnya teknologi digital, pengaruh agama dalam ruang digital juga semakin menguat. Indikasi kekerasan atas nama agama menjadi realitas yang memicu sebuah spirit dehumanisasi dalam praktik beragama, terutama di ruang digital. Artikel ini bertujuan untuk menawarkan sebuah konstruksi spiritualitas humanisasi dalam hidup menggereja sebagai prinsip beragama di era disrupsi digital yang selama ini terstigma dengan beragam aksi dehumanisme. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan studi literatur melalui beragam referensi hasil kajian terdahulu pada topik serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agama sejatinya memiliki sifat esensial yang sangat humanis, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi digital yang cenderung mendisrupsi dapat menjadi ruang yang ramah pada pelabelan agama sebagai core yang membangun nilai-nilai kemanusiaan.
Perbuatan Baik dalam Penginjilan Ditinjau dari Efesus 2:10 Soegijono, Harry; Patora, Marianus
Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2020): Agustus 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Hagiasmos Mission

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.016 KB) | DOI: 10.59830/voh.v3i1.20

Abstract

Good works in the Christian faith are not a condition for gaining respect from others nor are they a condition for obtaining good life. However, every believer is required to show good deeds to anyone. Because good deeds are the fruit of repentance, besides that, they are also actions to follow the example and from the Lord Jesus who showed good deeds to all people without exception. Abstrak Perbuatan baik dalam iman Kristen bukan merupakan syarat untuk memperoleh penghargaan dari sesama dan juga bukan meruapakn syarat untuk memperoleh hidup yang. Namun demikian setiap orang percaya ditintut untuk menunjukan perbuatan baik terhadap siapapun juga. Karena perbuatan baik merupakan buah dari suatu pertobatan, selain itu juga merupakan tindakan untuk mengikuti teladan dan dari Tuhan Yesus yang menunjukan perbuatan baik kepada semua orang tanpa terkecuali.