Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh ketidakmampuan kelenjar pankreas memproduksi cukup insulin atau kurangnya kepekaan tubuh dalam penggunaan insulin. Kasus Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 10,3 juta jiwa, menduduki peringkat ke-7 setelah China, India, Amerika Serikat, Pakistan, Brazil, dan Meksiko. Data Riskesdas tahun 2019 menunjukkan prevalensi DM mencapai 10,9%. Sedangkan Tuberkulosis sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dan menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia. Kebanyakan kuman TBC menginfeksi parenkim paru, namun bisa juga menyerang organ tubuh lain seperti pleura, kelenjar getah bening, tulang, dan lain-lain. Penularan TBC terjadi ketika orang yang terinfeksi menyebarkan kuman ke udara melalui tetesan kecil saat batuk, bersin, atau berbicara. Indonesia menduduki peringkat ketiga jumlah kasus TBC di dunia setelah India dan Tiongkok, dengan perkiraan 824.000 kasus dan 93.000 kematian per tahun, atau setara dengan 11 kematian setiap jamnya. Mengaplikasikan pelayanan dokter keluarga dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berbasis Evidence-Based Medicine yang bersifat patient-centred, family-approach, dan community oriented. Penelitian yang dilakukan adalah laporan kasus. Data primer didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien di puskesmas Pasar Ambon. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Pasien Tn. S usia 65 tahun datang kontrol gula darah dan mengambil obat Diabetes. Pasien juga datang dengan keluhan batuk sejak 3 hari lalu dengan dahak berwarna kehijauan. Didapatkan bahwa pengetahuan pasien dan keluarganya tentang faktor risiko penyakitnya dan kesadaran pasien akan pentingnya pola hidup sehat dan asupan gizi seimbang masih kurang, serta resiko paparan pada lingkungan kerja dan keluarga. Intervensi diberikan untuk membantu pasien merubah pola makan dan pola hidup menjadi lebih sehat. Tatalaksana holistik dapat mengurangi faktor risiko dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien untuk melakukan perubahan perilaku yang lebih sehat.