Subandrijo, Bambang
Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Peran Hati Nurani dalam Surat-surat Paulus dan Etika Kristen Subandrijo, Bambang
Theologia in Loco Vol 2 No 2 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.595 KB)

Abstract

ABSTRAK: Artikel ini menelusuri makna suara hati (sunedēsis) di dalam surat-surat Paulus dalam kaitannya dengan etika Kristen. Saya berargumen bahwa jika manusia bertindak dengan berpedoman pada keputusan suara hatinya, tanpa tergantung pada penilaian pihak lain, ia benar-benar menjadi dirinya sendiri. Ketaatan terhadap suara hati adalah egoisme etis positif, yaitu egoisme etis yang bertolak dari suara hati, dan tindakan etisnya bersumber pada kebenaran moral yang menjadi kewajiban moral. Pemahaman dalam surat Paulus menunjukkan bahwa pengambilan keputusan tidak tergantung pada orang lain, melainkan keputusan pribadi secara sadar. Dengan demikian, ketika seseorang tampil sebagai dirinya sendiri yang memiliki kepribadian teguh dan berjiwa besar. Dengan keputusan berdasarkan suara hati, seseorang akan bertindak dengan cermat, hati-hati dan sadar untuk mempertanggungjawabkan tindakannya itu. ABSTRACT: This article explores the meaning of conscience (sunedēsis) in the Pauline letters in relation to Christian ethics. I have argued that if humans act based on their conscience, without depending on the judgment of others, they will be their own self. Obedience to conscience is an ethical egoism that starts from conscience, because its ethical actions are rooted in moral truth which becomes a moral obligation. The understanding of conscience in the Pauline letters show that decision making does not depend on others, but depends on conscious personal decisions. By doing so, someone appears as him or herself who has a strong personality and a great-hearted person. By taking a decision based on conscience, man will act carefully, prudently and be conscious to take responsibility for his or her actions.
Kehidupan Dari Sang Entah, Menuju Sang Entah Bambang Subandrijo
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.195 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.5

Abstract

Mengenai surga, hal yang ditekankan oleh kitab suci terutama adalah kondisi berelasi dengan Allah secara erat dan benar, dalam damai sejahtera yang tidak terlukiskan, di mana pun dan kapan pun. Kehidupan dalam relasi dengan Allah secara erat dan benar, sesungguhnya melampaui ruang dan waktu, sekalipun dapat dirasakan dalam ruang dan waktu. Sebaliknya, neraka adalah kondisi dan situasi di luar relasi secara benar dengan Allah, yang termanifestasi dalam bentuk keterasingan, penderitaan, ketersisihan, dan ketiadaan damai sejahtera. Kondisi seperti ini pun tidak dibatasi dalam pengertian ruang dan waktu, sekalipun juga mewujud dalam kehidupan dalam dimensi ruang dan waktu
Analisis Peran Hati Nurani dalam Surat-surat Paulus dan Etika Kristen Bambang Subandrijo
Theologia in Loco Vol 2 No 2 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.595 KB) | DOI: 10.55935/thilo.v2i2.204

Abstract

This article explores the meaning of conscience (sunedēsis) in the Pauline letters in relation to Christian ethics. I have argued that if humans act based on their conscience, without depending on the judgment of others, they will be their own self. Obedience to conscience is an ethical egoism that starts from conscience, because its ethical actions are rooted in moral truth which becomes a moral obligation. The understanding of conscience in the Pauline letters show that decision making does not depend on others, but depends on conscious personal decisions. By doing so, someone appears as him or herself who has a strong personality and a great-hearted person. By taking a decision based on conscience, man will act carefully, prudently and be conscious to take responsibility for his or her actions.
Miskin dan Kaya Dalam Injil Lukas dan Teologi Pembebasan Vasika Hananti; Bambang Subandrijo
Mitra Sriwijaya: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 1 (2021): Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.067 KB) | DOI: 10.46974/ms.v2i1.26

Abstract

Abstract: Harvey J. Sindima observed Liberation Theology as it flourished in Latin America, Africa, Asia, and the United States. The social situation in that society has some similarities in Luke's community. According to Philip Francis Esler's research, Luke's theology seeks to answer the social situation in Luke's community, especially regarding the relationship between the rich and the poor. This study aims to review Sindima's review of Liberation Theology based on Philip Francis Esler's thoughts on the relationship between rich and poor in Luke's Gospel. In Sindima's writings, the involvement of the rich has not been found as an effort to minimize the suffering of the poor. In this study, the author uses an analytical method. The result is that the good news for the poor in Liberation Theology is in line with the good news in Luke's Gospel. Moreover, in Luke's Gospel the liberation of the poor is not only the responsibility of the poor themselves as in the Theology of Liberation in Sindima's description, but also the responsibility of the rich as part of a sharing community.  Abstrak: Harvey J. Sindima mengamati Teologi Pembebasan yang berkembang di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Amerika Serikat. Situasi sosial dalam masyarakat tersebut memiliki beberapa kesamaan dalam komunitas Lukas. Menurut penelitian Philip Francis Esler, teologi Lukas berupaya menjawab situasi sosial dalam komunitas Lukas, terutama menyangkut hubungan orang kaya dan orang miskin. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau uraian Sindima tentang Teologi Pembebasan berdasarkan pemikiran Philip Francis Esler berkenaan dengan hubungan orang miskin dan kaya dalam Injil Lukas. Dalam tulisan Sindima masih belum ditemukan keterlibatan orang kaya sebagai upaya meminimalisir penderitaan orang miskin. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analitis. Hasil tinjauan ini adalah bahwa kabar baik bagi orang miskin dalam Teologi Pembebasan sejalan dengan pemberitaan kabar baik dalam Injil Lukas. Lebih dari itu, dalam Injil Lukas pembebasan terhadap orang miskin bukan hanya menjadi tanggung jawab orang miskin itu sendiri sebagaimana dalam Teologi Pembebasan dalam uraian Sindima, tetapi juga merupakan tanggung jawab orang kaya sebagai bagian dari komunitas yang saling berbagi.