<![CDATA[Dari sekian banyaknya bengkel-bengkel motor di Indonesia, kebanyakan bengkel dengan skala menengah masih melakukan proses bisnisnya secara manual, sehingga banyak memiliki kekurangan seperti kemungkinan terjadi human error lebih tinggi, akurasi data yang kurang serta kemungkinan data hilang. Berbeda dengan bengkel dengan skala besar atau bengkel yang berstatus Agen Tunggal Pemegang Merek atau disingkat ATPM yang sudah menggunakan sistem yang terkomputerisasi dalam proses bisnis yang dijalankan. Hal tersebut menjadi bukti bahwa masuknya teknologi sistem informasi di Indonesia belum maksimal pemanfaatannya oleh para penyedia layanan service motor. Oleh sebab itu, para pemilik bengkel motor perlu mempertimbangkan investasi teknologi sistem informasi sebagai strategi bisnis yang tepat untuk tetap bersaing dalam industri yang semakin kompetitif ini. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional dan meningkatkan produktifitas dari perusahaan dengan mengadopsi teknologi sistem informasi yang terintegrasi. Dalam hal ini, dealer management system service menjadi salah satu solusi sistem informasi bengkel servis yang dibuat guna membantu proses manajemen bisnis bengkel, mulai dari pengelolaan stok sparepart hingga transaksi input service pada bisnis tersebut. Umumnya setelah aplikasi dibangun maka perlu dilakukan pengujian guna memastikan bahwa aplikasi berfungsi dengan baik. metode blackboxdi dapatkan 54 pengujianPengujian dealer management system dilakukan dengan menggunakan metode blackbox testing guna mengetahui kesesuaian fungsi fitur-fitur pada sistem tersebut dengan prototype yang dibuat. Dalam pengujian ini terdapat 69 butir skenario pengujian yang diujikan pada DMS dan didapatkan 54 hasil pengujian yang berhasil sesuai dengan hasil yang diharapkan serta 15 hasil pengujian yang gagal atau tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan]]>
