Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Augmented Reality Application for Surgery Simulation: Circumcision Augmented Reality Simulation (CARS) Maulana, Muhammad Sobri; Winarto, Hariyono; Amalia, Gassani
Medika Teknika : Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia Vol 2, No 1 (2020): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mt.020111

Abstract

As one of the most common minor surgical procedure performed globally, male circumcision has some complications when performed by medically trained providers and non-medically trained providers. Presently, there is no standardized circumcision training approach, and there have been variable resources and materials used. We constructed a low-cost, and mobile circumcision training application augmented reality called Circumcision Augmented Reality Simulation (CARS). CARS is built in a computer with minimum processor 4Ghz (RAM 4GB, VGA 2GB) and smartphone with Blender, Inkscape, Audacity and Unity3D software. Features that are provided in CARS are including 3D models, animation and sound of circumcision procedure. CARS was tested through several steps including black box technique, response time loading and layer resolution examination. The trial is also done with various smartphones. The angles detected ranging from 20o-90o, with a maximum distance of 4 m using markers measuring 20x22 cm. Based on the percentage of the enclosed barrier, the marker can be detected between 0-90 percent. CARS as an example of augmented reality application for surgery simulation has been successfully built with features performing circumcision simulation and suitable for potential users (medical students and doctors). Implications for future research include assessing reliability and validity by growing its use to a broader population, creating another surgery procedure simulation with augmented reality technology using smartphone.
Efektivitas Kurma (Phoenix dactylifera) dalam menurunkan kadar HbA1c pada pasien diabetes mellitus tipe 2: Laporan Kasus Berbasis Bukti Maulana, Muhammad Sobri
Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika (J-PhAM) Vol 3 No 1 (2020): Volume 3, Nomor 1, Desember 2020
Publisher : STIKES Rumah Sakit Anwar Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36932/jpcam.v3i1.47

Abstract

ABSTRAK Diabetes Melitus Tipe 2 atau DM Tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi berat sehingga diperlukan pengendalian adekuat yang salah satu sasarannya mencakup penurunan kadar HbA1c. Sampai saat ini, pemberian terapi untuk DM Tipe 2 dari golongan obat dan suntik. Terapi herbal seperti kurma (Phoenix dactylifera) masih terbatas dan belum digunakan secara luas meskipun kurma diketahui memiliki efek antihiperglikemia. Mengetahui efektivitas Kurma (Phoenix dactylifera) dalam menurunkan kadar HbA1c pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Pencarian literature dilakukan pada empat database internet yaitu Pubmed, Scopus, EBSCO dan Cohcrane Library berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Validitas, Kepentingan dan Aplikabilitas artikel kemudiaan ditelaah lebih lanjutBerdasarkan hasil telaah kritis didapatkan tujuh studi yang menunjukkan terdapat efektivitas pemberian Kurma (Phoenix dactylifera) pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam menurunkan kadar HbA1c dan didapatkan hasil restriksi diet kurma yang diperlukan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol tanpa komplikasi sebanyak 3 buah kurma setiap hari yang bermakna secara statistik. Pemberian Kurma (Phoenix dactylifera) dapat berguna sebagai terapi tambahan pada pasien Diabetes mellitus tipe 2 karena memiliki efek antihiperglikemia yang dapat menurunkan kadar HbA1c dalam darah.
Probiotik sebagai Pencegahan Reinfeksi Pasien dengan Antibiotic Associated Diarrhea Maulana, Muhammad Sobri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.891 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1199

Abstract

Latar Belakang : Diare akut sering ditemukan dalam praktik klinis sehari-hari. Probiotik diketahui dapat meningkatkan imunitas lokal dan mempercepat waktu penyembuhan diare. Saat ini belum ada pedoman terkait pemberian probiotik sebagai pencegahan reinfeksi C. difficile pada pasien dewasa dengan Antibiotic Associated Diarrhea. Tujuan : Mengetahui efektivitas probiotik dalam mencegah reinfeksi Clostridium difficile. Metode : Penelurusan literatur dari database PubMed, Clinical Key, Science Direct, dan Proquest. Telaah kritis menggunakan appraisal sheet untuk systematic review dari Oxford Center for Evidence Based Medicine tahun 2011. Hasil : Didapatkan 2 studi metaanalisis dengan validitas baik. Goldenberg, et al menunjukkan penggunaan probiotik dalam mencegah infeksi C. difficile dengan RR 0,62 (95% CI 0,30–0,52) dengan NNT 22. Shen, et al, mendapatkan RR 0,42 (95% CI: 0,3-0,5; P < 0,001) dengan NNT 1,757. Simpulan : Probiotik berpotensi mencegah reinfeksi Clostridium difficile.Background : Acute diarrhea is a common disease in clinical practice. Probiotics are known to increase local immunity and reduce length of stay among diarrhea patients. Currently there are no guidelines related to the provision of probiotics as prevention of C. difficile reinfection in adult patients with antibiotic associated diarrhea. Objective : To determine the effectiveness of probiotics in preventing Clostridium difficile reinfection. Method : Literature searching through database, such as PubMed, Clinical Key, Science Direct, and Proquest. A critical review used appraisal sheet for systematic review from Oxford Center for Evidence Based Medicine in 2011. Result : Two meta-analysis studies with good validity. Goldenberg, et al demonstrated the use of probiotics in the prevention of C. difficile infection with RR 0.62 (95% CI 0.30-0.52) and NNT 22. On the other hand, Shen, et al, obtained RR 0.42 (95 % CI: 0.3-0.5; P <0.001) with NNT 1.757. Conclusion : Probiotics have the potential to prevent Clostridium difficile reinfection.
Pelayanan Kefarmasian dan Pemahaman Penggunaan Obat Rasional (POR) di Kota Ternate Maulana, Muhammad Sobri
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 14 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v13i2.286

Abstract

Pelayanan kefarmasian merupakan praktek yang diberikan oleh apoteker agar masyarakat dapat memahami penggunaan obat secara rasional (POR). Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh pelayanan kefarmasian dengan pemahaman POR. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Ternate menggunakan kuesioner. Data di analisis menggunakan uji binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan kefarmasian tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemahaman POR (P>0.05). Pelayanan kefarmasian seperti kelengkapan obat di apotek, kesiapan apoteker dalam membantu masyarakat dan kecepatan pelayanan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pemahaman penggunaan dan perbedaan harga obat paten-generik. Untuk itu perlu perhatian khusus mengenai kehadiran dan jumlah apoteker yang sesuai untuk memberikan pelayanan kefarmasian. Kata Kunci: Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, POR, Apotek.
in Late Diagnosed Congenital Hearing Loss with Delayed Speech: A Case Report Maulana, Muhammad Sobri
Aulad: Journal on Early Childhood Vol. 3 No. 3 (2020): December 2020
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/aulad.v3i3.73

Abstract

Introduction : Hearing impairment in children happened in 6 per 1000 newborn in developing country. The etiology of most of those case is unknown as stated by WHO that 60% of children hearing loss caused by genetics. Aim : This condition could lead to delayed speech in children. Method : A-6-years-old children referred to ENT department with delayed speech and bilateral profound sensorineural hearing loss to get a choclear implant. Result : Her condition suspected to be caused by rubella infection during pregnancy. She was already using hearing aid occasionaly and her mother complain that she still couldn’t hear effectively. The comprehensive management of infant with congenital hearing loss could be diagnosed early by applying hearing screening on all newborns at 1 month of age based on EHDI recommendation. This case represents the society low awareness and diagnostic tools limitation of congenital hearing loss prevention in Indonesia. Therefore, we suggest newborn hearing screening on all high-risked babies based on the risk factor stratification. Habilitation strategy for this patient includes auditory-verbal therapy. In order to maximize the benefit, parents are required to give maximum contribution to each therapy session. The therapy compliance becomes the important parameter in outcome optimization. Early diagnosis and intervention is the key to the management of congenital hearing loss. The EHDI programs provide recommended timeline for newborn hearing screenings, diagnostic examinations, and early interventions. The treatment consists of conventional hearing aid and cochlear implantation, combined with speech and language therapy in an appropriate educational environment, to promote development of communication and educational achievements
Pelayanan Kefarmasian dan Pemahaman Penggunaan Obat Rasional (POR) di Kota Ternate Maulana, Muhammad Sobri
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 14 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v13i2.286

Abstract

Pelayanan kefarmasian merupakan praktek yang diberikan oleh apoteker agar masyarakat dapat memahami penggunaan obat secara rasional (POR). Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh pelayanan kefarmasian dengan pemahaman POR. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Ternate menggunakan kuesioner. Data di analisis menggunakan uji binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan kefarmasian tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemahaman POR (P>0.05). Pelayanan kefarmasian seperti kelengkapan obat di apotek, kesiapan apoteker dalam membantu masyarakat dan kecepatan pelayanan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pemahaman penggunaan dan perbedaan harga obat paten-generik. Untuk itu perlu perhatian khusus mengenai kehadiran dan jumlah apoteker yang sesuai untuk memberikan pelayanan kefarmasian. Kata Kunci: Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, POR, Apotek.
Penggunaan WhatsApp Bot dalam Program Pengabdian Masyarakat: Evaluasi Efektivitas dan Kepuasan Pengguna Maulana, Muhammad Sobri; Pratiwi , Dwitia
Jurnal Pengabdian Inovatif Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Pengabdian Inovatif Masyarakat
Publisher : Yayasan Pendidikan Insan Mulia Utan Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62759/jpim.v1i1.52

Abstract

Dalam era digital, penggunaan teknologi dalam program pengabdian masyarakat menjadi krusial untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Pengabdian ini berfokus pada implementasi WhatsApp Bot sebagai alat komunikasi inovatif. Tujuannya adalah untuk mengeksplorasi bagaimana otomatisasi dan interaksi berbasis Chatbot dapat memfasilitasi kegiatan pengabdian, terutama dalam konteks penyebaran informasi dan pengumpulan feedback dari masyarakat. Tujuan utama pengabdian ini adalah untuk menilai efektivitas WhatsApp Bot dalam memperkuat komunikasi antara pelaksana program dan masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna terhadap kemudahan penggunaan, kecepatan respons, dan relevansi informasi yang disediakan oleh bot. Metode pengabdian ini meliputi beberapa tahap: pertama, pengembangan dan integrasi WhatsApp Bot ke dalam program pengabdian. Tahap kedua adalah pelaksanaan, dimana bot dioperasikan dan interaksi dengan masyarakat terjadi. Tahap ketiga adalah pengumpulan data melalui survei dan wawancara untuk mengevaluasi pengalaman pengguna. Analisis data dilakukan untuk menilai efektivitas dan kepuasan pengguna. Hasil menunjukkan bahwa WhatsApp Bot signifikan dalam mempercepat distribusi informasi dan memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi terkait program pengabdian. Pengguna mengapresiasi kemudahan penggunaan dan tanggapan otomatis. Namun, terdapat tantangan dalam hal pemahaman pertanyaan yang kompleks dan personalisasi interaksi. Pembahasan ini menyoroti pentingnya penyesuaian teknologi Chatbot sesuai dengan kebutuhan spesifik program pengabdian masyarakat. WhatsApp Bot terbukti efektif dalam meningkatkan komunikasi dan interaksi dalam program pengabdian masyarakat. Meski ada beberapa keterbatasan, penggunaannya memberikan dampak positif dalam hal kecepatan dan efisiensi distribusi informasi. Ke depannya, peningkatan pada aspek kecerdasan buatan dan personalisasi bot dapat meningkatkan kualitas interaksi dan kepuasan pengguna. Studi ini menyarankan adopsi lebih luas dari solusi teknologi serupa dalam program pengabdian masyarakat untuk meningkatkan keterlibatan dan efektivitas.
The Effectiveness Of Angiotensin Receptor Neprilysin Inhibitor On Improving The Cardiac Remodelling Compared To Ace-Inhibitor On Patients With Chronic Heart Failure Maulana, Muhammad Sobri
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol. 4 No. 1 (2021): Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/idjpcr.v4i1.5352

Abstract

Heart failure is one of the major cause of patient’s admittance to the hospital. Primary hypertension is one of the most universal comorbidities that precedes heart failure and is one of the more common risk factors held by the majority of the population. Right now, antihypertension that are generally used is from Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) and Angiotensin Receptor Blocker (ARB). A new group of an antihypertensive agent called “Angiotensin Receptor Neprilysin Inhibitor (ARNI)” to further improve the patient condition. This study aims to evaluate the effectivity of ARNI against ACE-I regarding its cardiac reverse remodeling effect. Search strategy was done using electronic databases, which are Pubmed, Scopus, and Cochrane. Articles included are therapeutic study that is in line with the clinical question and fulfills the inclusion and exclusion criteria. Critical appraisal was done by assessing the article’s validity, importance, and applicability according to Oxford Center of Evidence-Based Medicine 2011 to two chosen articles. 2 articles are chosen and appraised. Both of the study are shown to be valid and shows that ARNI has a significantly better result on improving cardiac reverse remodeling via the left ventricle ejection fraction compared to ACE-I. However, the applicability of ARNI is still debatable in Indonesia as it was not covered by national insurance and there is no generic form. ARNI shows to be significantly better to reverse cardiac remodeling compared to ACE-I, but its applicability has to be improved to be implemented in Indonesia.