Tungkagi, Donald Qomaidiansyah
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Islam di Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara: Dinamika Islamisasi di Kerajaan Kaidipang Besar dan Bintauna Abad ke-7-19 M Tungkagi, Donald Qomaidiansyah
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 17 No. 2 Tahun 2019
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.65 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v17i2.747

Abstract

The position of North Bolaang Mongondow is very strategic for trade routes as a former coastal kingdom region. Even this area is included in the spice routes to Maluku as the center of the Islamic kingdom in the eastern archipelago. The dynamics of Islamization in North Bolaang Mongondow occur through various channels of Islamization, the most striking is the influence of the trade route in the Sulawesi Sea region and its relations with the tetanga kingdoms, especially the Sultanate of Ternate. Unlike other regions, Catholicism became the religion of the kings in the North Bolaang Mongondow region before the entry of Islam. The important dynamics of Islamization in North Bolaang Mongondow are: in the beginning Islamization in the North Bolaang Mongondow region was bottom up, and from the 17th to the 19th centuries it was struc­tured in the bureaucracy of the royal government (top down). This paper is a historical writing, using the historical method; heuristics, cri­ticisms, interpretations, and historiography that are qualitative-analysis and are able to show a series of Islamization processes that took place in North Bolaang Mongondow in the 17th century to the 19th century. The results of this study indicate that the influence of Islam begins with the trade net­work in the Sulawesi Sea region, for traders who connect to Maluku as a pattern of Islamization. This network has an impact on social change in North Bolaang Mongondow which occurred in the 17th century until the 19th century since the first time Islam’s encounter with the kingdoms in the northern coast of the Sulawesi Sea peninsula was tracked.Keywords: Islamization, Sulawesi Sea, Kaidipang Besar, Bintauna, North Bolaang Mongondow Sebagai wilayah bekas kerajaan pesisir, posisi Bolaang Mongondow Utara sangat strategis untuk rute perdagangan. Bahkan wilayah ini ter­masuk dalam jalur rempah-rempah (spice routes) menuju Maluku sebagai pusat kerajaan Islam di bagian timur Nusantara. Dinamika Islamisasi di Bolaang Mongondow Utara terjadi melalui berbagai saluran Islamisasi, yang paling mencolok adalah pengaruh jalur niaga di kawasan Laut Sulawesi dan serta hubungan dengan kerajaan-kerajaan tetanga, terutama Kesultanan Ternate. Berbeda dengan daerah lain, agama Katolik menjadi agama raja-raja di wilayah Bolaang Mongondow Utara sebelum masuk­nya Islam. Dinamika Islamisasi di Bolaang Mongondow Utara yang pen­ting dicatat diantaranya: pada mulanya Islamisasi di wilayah Bolaang Mongondow Utara melalui jalur bawah (bottom up), dan sejak abad ke-17 hingga abad ke-19 terstruktur dalam birokrasi pemerintahan kerajaan (top down). Tulisan ini merupakan tulisan sejarah, dengan menggunakan metode sejarah; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi yang bersifat ana­lisis-kualitatif dan mampu menunjukkan satu rangkaian proses Islamisasi yang terjadi di Bolaang Mongondow Utara abad ke-17 hingga abad ke-19. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pengaruh Islam diawali dari jaringan perdagangan di kawasan Laut Sulawesi, bagi pedagang yang menghu­bung­kan ke Maluku sebagai satu pola Islamisasi. Jaringan ini memberi dampak terhadap perubahan sosial di Bolaang Mongondow Utara yang terjadi pada abad ke-17-19 M.Kata kunci: Islamisasi, Laut Sulawesi, Kaidipang Besar, Bintauna, Bolaang Mongondow Utara 
MAPPADDEKKO: PENGUATAN SOLIDARITAS BERBASIS TRADISI BAGI PETANI DI DESA KALEBAREMBENG KABUPATEN GOWA Rahman, Abdul; Tungkagi, Donald Qomaidiansyah
Social Landscape Journal Vol 5, No 3 (2024): November
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56680/slj.v5i3.66537

Abstract

The people of Kalebaremeng Village are people who remain firm in maintaining traditions amidst the development of modern life. One tradition that has survived to this day is mappaddekko. This article aims to elaborate on the function of mappaddekko, especially when it is related to efforts to strengthen solidarity. The method used in this research is a qualitative research method. Data was collected by means of observation and interviews. Observations were made by looking at the implementation of mappadekko, starting from the preparatory stage to the end of implementation. The results of these observations were then strengthened by conducting interviews with the community, traditional leaders, and the village government. Furthermore, the data were analyzed by utilizing relevant theories and research results. The results of the study show that mappaddekko among the people of Kalebaremeng Village, which has an agrarian pattern, is still being implemented today because it functions as an arena to strengthen social relations and strengthen bonds of solidarity regardless of social status. This tradition is carried out on the basis of a mutual agreement, in which there are no exploiting or exploited parties in its implementation.
RITUAL BERCOCOK TANAM MASYARAKAT PETANI DI DESA DUAMPANUAE KECAMATAN BULUPODDO KABUPATEN SINJAI Hasjulianti, Wiwi; Rahman, Abdul; Tungkagi, Donald Qomaidiansyah
ALLIRI Journal of Anthropology Vol 6, No 1 (2024): Volume 6 No.1 Juni 2024
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini mengkaji tentang Ritual Bercocok Tanam Masyarakat Petani di Desa Duanmpuanuae Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai.penelitian ini bertujuan: 1.)Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan ritual sebelum bercocok tanam di desa Duampanuae 2.)Untuk mengetahui apa fungsi dan makna ritual bercocok tanam. 3.)Untuk mengetahui bagaiamana proses pewarisan ritual bercocok tanam dari generasi ke generasi selanjutnya. Penelitian Ini mengunakan metode Penelitian Kualitatif Deskriptif. Dengan proses pengumpulan data dilakukan dengan cara Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.Proses pelaksana ritual sebelum beercocok tanam di Desa Duampanuae yang biasanya di sebut Ritual Massalama sapi, merupakan proses awal sebelum turun kesawah. Yang dilakukan selama 2 hari, yaitu hari pertama persiapan sesajen yang akan di gunakan dan hari kedua puncak acara yaitu ritual massalama sapi oleh sanro hanua 2. fungsi dan makna ritual bercocok tanam bagi masyarakat, ritual ini bermakna sebagai menghargai dan menghormati peninggalan nenek moyang mereka dan sebagai rasa syukur terhadap pencipta alam semesta dengan nikmat dan keselamatan yang diberikan selama melakukan ritual tersebut hingga selesai. Ritual ini berfungsi pula sebagai perwujudan budaya yang menghubungakan manusia dengan manusia lain, hubungannya dengan pencipta dan juga hubungan dengan lingkungan. 3.Peroses pewarisan bercocok tanam dari generasi kegenerasi selanjutnya, yaitu belajar kebudayaan merupakan suatu proses pewarisan yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia. suatu budaya dapat terus berjalan karena adanya upaya pewarisan budaya bagi generasi baru yaitu, dengan mengenalka,   melihat dan ikut serta terlibat dalam tradisi atau ritual tersebut dapat memberikan pengetahuan terhadap genarasi baru.