This Author published in this journals
All Journal NUTRIRE DIAITA
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK UMUR 6-59 BULAN DI NUSA TENGGARA TIMUR (ANALISA DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007) Arif, Sunaryo; Sandjaja, Sandjaja; Herwanti, Bahar
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 7, No 2 (2015): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v7i2.1573

Abstract

AbstractAcute Respiratory Infection (ARI) is one of the major causes of mortality and morbidity in children. ARI symptoms is usually found in groups. ARI be a concern for both children in developing countries and developed countries. Children will be highly vulnerable to infection due to respiratory systems of the body are still low, which is why the prevalence and symptoms of ARI is very high for children. East Nusa Tenggara province is also the highest in the period prevalence of ARI amounted to 25.5%, according data of Riskesdas 2007. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of ARI in children aged 6-59 months in East Nusa Tenggara analysis data of Riskesdas 2007. The result showed that there was significant association between vitamin A supplementation with ARI (p-value <0.05), but there was no significant association between economic status, maternal education, demographic, nutritional status (WAZ, WHZ, HAZ ) with ARI (p-value> 0.05). The most influential factors on the incidence of respiratory infection in children aged 6-59 months in East Nusa Tenggara is giving vitamin A, so that parents who have children expected to regularly bring their children to the health service to get a capsule of vitamin A, in February and August.Keywords: Capsule of vitamin A, ARI, Child AbstrakInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada balita. Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat. ISPA menjadi perhatian untuk balita baik dinegara berkembang maupun dinegara maju. Balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi balita. Menurut Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA dengan period prevalence ISPA sebesar 25,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak umur 6-59 bulan di Nusa Tenggara Timur berdasarkan data sekunder Riskesdas 2007. Dari hasil penelitian didapat bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian kapsul vitamin A dengan kejadian ISPA (p-value <0,05) sedangkan antara status ekonomi, pendidikan ibu, demografi, status gizi (BB/U, BB/TB, TB/U) dengan kejadian ISPA tidak terdapat hubungan yang bermakna (p-value > 0,05). Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada anak umur 6-59 bulan di Nusa Tenggara Timur adalah pemberian vitamin A sehingga dari hasil ini diharapkan kepada para orang tua, khususnya yang memiliki balita agar rutin membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan kapsul vitamin A, pada bulan Februari dan Agustus.Kata Kunci : Kapsul vitamin A, ISPA, anak
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANALISIS DATA RISKESDAS 2007) Dianah, Widya; Yudhya, Mulyani; Herwanti, Bahar
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 1 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i1.1416

Abstract

                                       AbstractRiskesdas 2007 shows as many as 17 provinces had prevalence of diseases above the national prevalence of Diabetes Mellitus. West Kalimantan Province is one highest of the provinces with a prevalence rate of Diabetes Mellitus that is 11.1%. Several studies have shown the nutritional status and physical activity associated with diabetes mellitus. This study examined the association of nutritional status and physical activity against diabetes mellitus in the elderly. The data used is secondary data RISKESDAS 2007, with cross-sectional approach. The samples used were men and women aged ≥ 45 years (n = 5234). Data analysis was performed using chi-square and logistic regression. The proportion of elderly who had diabetes mellitus was 2.4%. Of the total respondents were diabetes mellitus as much as 2.4% aged ≥ 60 years, 3% were female, 3.9% obese, 4.8% higher education and 3.8% less activity. Multivariate analysis by logistic regression showed that gender (p = .000; adjusted OR 1.951; 95% CI: 1352-2814), education level (p = .000; adjusted OR 3.117; 95% CI: 2155-4509), physical activity (p = .000; adjusted OR 2,327; 95% CI: 1616-3353) showed significantly the risk factors for diabetes mellitus. While age and nutritional status showed no significant as risk factors for diabetes mellitus. Is necessary to prevent or overcome diabetes mellitus by establishing a program of physical activity routine activity and healthy lifestyle.         Keywords        : Status of Nutrition, physical activity, diabetes mellitus                                     AbstrakRiskesdas 2007 menunjukkan sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi penyakit Diabetes Mellitus diatas prevalensi nasional. Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dengan tingkat prevalensi penyakit Diabetes Mellitus tertinggi yaitu 11,1%. Beberapa penelitian menunjukkan status gizi dan aktivitas fisik berkaitan dengan diabetes mellitus. Mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik terhadap diabetes mellitus pada lansia. Data yang digunakan merupakan data sekunder RISKESDAS 2007, dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah pria dan wanita dengan usia ≥ 45 tahun (n = 5234). Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dan regresi logistik.Responden yang menderita diabetes mellitus sebanyak 2,4%. Dari total responden yang diabetes mellitus sebanyak 2,4% berusia ≥ 60 tahun, 3% berjenis kelamin perempuan, 3,9% obesitas, 4,8% berpendidikan tinggi dan 3,8% kurang aktivitas. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa jenis kelamin (p=.000; OR adjusted 1,951; 95% CI: 1.352-2.814), tingkat pendidikan (p=.000; OR adjusted 3.117; 95% CI: 2.155-4509), aktivitas fisik (p=.000; OR adjusted 2.327; 95% CI: 1.616-3.353) menunjukkan secara signifikan merupakan faktor risiko diabetes mellitus. Sedangkan umur dan status gizi menunjukkan tidak signifikan sebagai faktor risiko diabetes mellitus. Diperlukan upaya untuk mencegah atau pun menanggulangi diabetes mellitus dengan membentuk program kegiatan aktivitas fisik rutin dan gaya hidup sehat.Kata kunci     : Status Gizi, aktivitas fisik, diabetes mellitus