Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pendampingan Siswa SMA Negeri 1 Matauli Pandan Terhadap Pemahaman Sejarah Masuknya Islam di Nusantara Melalui Rihlah Ilmiah di Barus Pohan, Muslim; Burhanuddin, Muhamad; Husni, Ikbal; Novita Sari, Ira; Sekti Prayetno, Nanda
TARSIUS : Jurnal Pengabdian Tarbiyah, Religius, Inovatif, Edukatif & Humanis Vol 6 No 1 (2024): 2024 Volume 6 Nomor 1
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/tarsius.v6i1.996

Abstract

Abstrak Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa SMA Negeri 1 Matauli Pandan Tapanuli Tengah tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui metode rihlah ilmiah di Barus. Barus dikenal sebagai salah satu pintu masuk awal Islam ke Indonesia, yang memiliki sejarah panjang dan penting dalam penyebaran agama Islam. Metode kegiatan ini dilakukan dengan metode pendampingan yang digunakan yaitu dengan sosialisasi, ceramah, tanya jawab dan diskusi. Pada tahap sosialisasi dan ceramah, narasumber menjelaskan materi terkait sejarah masuknya Islam di Nusantara. Kegiatan rihlah ilmiah ini melibatkan langsung ke situs-situs bersejarah di Barus. Melalui kegiatan pendampingan ini menunjukkan bahwa Siswa SMA Negeri 1 Matauli masih awam mengenai sejarah masuknya Islam di Nusantara. Kemudian, metode rihlah ilmiah ini juga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, serta memperkuat nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya dan agama.
PERKAWINAN SEMARGA MASYARAKAT MIGRAN BATAK MANDAILING DI YOGYAKARTA Pohan, Muslim
Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 10 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ahwal.2017.10202

Abstract

Same clan marriage is prohibited in Batak tradition, as one clan is considered as descendant of blood from the father. There are 3 (three) tradition marriage systems, exogamy, endogamy, and eleutrogami. The same clan marriage carried out by the Batak community of Mandailing migrants in Yogyakarta experienced a shift in meaning from the Batak culture, from the exogamy marriage system to the eleutherogami marriage system that did not recognize the prohibition as well as in the exogamy or endogamy marriage system. Factors that affecting same clan marriage in Batak Mandailing migrants are caused by factors of love, religious factors, economic factors, educational factors and cultural factors. Same clan marriage in the community of Batak Mandailing migrants have done because the Mandailing Batak migrant communities do not believe in taboos.[Perkawinan semarga merupakan perkawinan yang dilarang dalam adat Batak, semarga dianggap satu keturunan darah dari bapak. Ada 3 (tiga) sistem perkawinan adat, exogami, endogami, dan eleutrogami. Perkawinan semarga yang dilaksanakan masyarakat Batak Mandailing migran di Yogyakarta mengalami pergeseran makna dari budaya adat Batak, dari sistem perkawinan exogami menjadi sistem perkawinan eleutherogami yang tidak mengenal adanya larangan sebagaimana halnya dalam sistem perkawinan exogami atau endogami. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan semarga dalam masyarakat Batak Mandailing migran disebabkan karena faktor cinta, faktor agama, faktor ekonomi, faktor pendidikan dan faktor budaya. Perkawinan semarga dalam masyarakat Batak Mandailing migran dilakukan karena masyarakat Batak Mandailing migran sudah tidak percaya dengan hal tabu.]
DOUBLE-BURDENED AND MARGINALIZED WOMEN: Patriarchal Dominance in the Development in Padang Lawas, North Sumatera Pohan, Muslim
Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 15 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ahwal.2022.15205

Abstract

Village Law Number 6 of 2014 stipulates the principles of participation, equality, and empowerment to make women subordinate in village development. This discourse cannot be separated from the role of the Batak Angkola Padang Lawas community, which is deeply committed to the patriarchal system. Women who work in development must face this well-established wall of old social construction. The study intends to investigate the reasons why women are marginalized in this development agenda. The data was gathered through documentation and interviews. Based on the patriarchal theory of Walby, it is safe to say that the construction of women's positions in village development in Padang Lawas is a manifestation of constructed patriarchal culture, which has long been part of Batak culture. Women's "lower education" than men's places them in an unfavorable position. The patriarchal dominance in the clan structure and dual roles as housewives perpetuate and gloss over this poignancy on a daily basis.[Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 mengatur prinsip partisipasi, kesetaraan, dan pemberdayaan untuk menjadikan perempuan tersubordinasi dalam pembangunan desa. Wacana ini tidak lepas dari peran masyarakat Batak Angkola Padang Lawas yang sangat kental dengan sistem patriarki. Perempuan yang bekerja dalam pembangunan harus menghadapi tembok konstruksi sosial lama yang sudah mapan ini. Studi ini bermaksud untuk menyelidiki alasan mengapa perempuan terpinggirkan dalam agenda pembangunan dalam kontek Desa Padang Lawas. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan wawancara. Berdasarkan teori patriarki ala Walby, dapat dikatakan bahwa posisi perempuan dalam pembangunan desa di Padang Lawas merupakan wujud dari konstruksi budaya patriarki yang telah lama menjadi bagian dari budaya Batak. "Pendidikan perempuan yang lebih rendah" daripada laki-laki menempatkan mereka pada posisi yang tidak menguntungkan. Dominasi patriarki dalam struktur klan dan peran ganda sebagai ibu rumah tangga mengabadikan dan memoles kepedihan ini setiap hari.]