Paramita, Putu Wahyuni
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus sp. pada Babi Penderita Porcine Respiratory Disease Complex Paramita, Putu Wahyuni; Suarjana, I Gusti Ketut; Besung, I Nengah Kerta
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (3) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.3.426

Abstract

Penyakit pernapasan pada babi umum terjadi pada peternakan babi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini dikenal sebagai porcine respiratory disease complex (PRDC). Porcine respiratory disease complex adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan infeksi pernapasan yang disebabkan oleh polimikroba dengan berbagai kombinasi antara patogen primer dan sekunder pada babi. Staphylococcus sp. adalah salah satu bakteri yang berpotensi patogen menyebabkan terjadinya PRDC. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri Staphylococcus sp. yang berpotensi patogen pada saluran pernapasan babi dan mengetahui pengaruh kelompok umur (babi prasapih dan pascasapih) terhadap jumlah kejadian infeksi Staphylococcus sp. pada babi penderita PRDC. Sampel yang diteliti menggunakan swab nasal pada babi yang menunjukkan gejala klinis penyakit saluran pernapasan dengan jumlah 43 sampel. Sampel diambil dari tiga kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Badung, Tabanan dan Gianyar. Isolasi Staphylococcus sp. dilakukan pada media blood agar. Identifikasi bakteri selanjutnya dilakukan dengan pewarnaan Gram, uji katalase, uji oksidase, Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulphide Indol Motility (SIM), Simmon Citrate Agar, Methyl Red (MR), uji koagulase dan uji gula-gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan bakteri Staphylococcus sp. pada saluran pernapasan babi penderita PRDC dengan kemungkinan spesies yaitu S. epidermidis, S. saprophyticus, dan S. hyicus subsp. hyicus. Kelompok umur (babi prasapih dan babi pascasapih) tidak mempengaruhi jumlah kejadian infeksi bakteri Staphylococcus sp.
Laporan Kasus: Pyelonefritis dan Cystitis pada Anjing Pitbull Paramita, Putu Wahyuni; Soma, I Gede; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (4) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.4.657

Abstract

Penyakit saluran kemih bagian bawah adalah penyakit umum pada anjing yang dapat terjadi pada anjing jantan dan betina. Penyakit ini dapat mengancam nyawa, terutama jika muncul sebagai penyakit obstruktif. Diagnosis dan pengobatan dini diperlukan, jika tidak maka dapat menyebabkan kematian. Seekor anjing Pitbull jantan berumur lima tahun dengan bobot 26 kg memiliki riwayat mengalami stranguria disertai hematuria selama tiga hari serta kelemahan pada kaki belakang. Pemeriksaan fisik menunjukkan vesika urinaria mengalami pembesaran dan nyeri saat dipalpasi. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anemia mikrositik hipokromik. Hasil pemeriksaan biokimia darah menunjukkan peningkatan kadar glukosa (381.86 mg/dL). Urinalisis menunjukkan darah (+), protein 100 mg/dL, leukosit (+), pH 8 dan berat jenis 1,005. Sedimentasi urin menunjukkan adanya eritrosit pada endapan urin. Pemeriksaan radiografi menunjukkan distensi pada vesika urinaria. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan peradangan pada medula ginjal kanan dan dinding vesika urinaria. Berdasarkan hasil temuan ini, anjing kasus didiagnosis mengalami pyelonefritis dan cystitis. Penanganan pertama dilakukan dengan pemasangan kateter. Urin yang berhasil dikeluarkan sebanyak 750 mL berwarna merah kecoklatan dan berbau amonia yang samar serta anyir. Terapi cairan Ringer Laktat diberikan untuk mengembalikan hidrasi anjing kasus. Terapi untuk penanganan pyelonefiritis dan cystitis diberikan amoxicillin 15 mg/kg BB selama tiga hari dan dexametasone 0,5 mg/kg BB selama 3 hari. Karena belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, pada hari ketujuh penggunaan amoxicillin diganti dengan cefotaxime 12 mg/kg BB selama tujuh hari. Terapi simtomatik diberikan kejibeling (1 kapsul/hari, p.o) selama 14 hari, Hematodin dan calcium glukonate 10% selama tujuh hari. Setelah menjalani terapi selama 14 hari anjing kasus menunjukkan kondisi yang semakin membaik ditandai dengan tidak terjadinya hematuria dan stranguria.