p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Widyaparwa MANUSKRIPTA
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TRADISI PENYAMBUTAN DAN PENGHORMATAN TAMU DI KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI BENTUK POLA RELASI PADA MASA PEMERINTAHAN HAMENGKU BUWANA VII DALAM NASKAH KOEPIJA DJENDRALAN Apriyadi, Clara Shinta Anindita; Buduroh, Mamlahatun
Widyaparwa Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/wdprw.v51i2.1079

Abstract

 This research -discussed the text of Kangjeng Tuan Ingkang Wicaksana Governor General Otto van Rees (KTIWGJO), it is one of the texts in the archived manuscript of Koepija Djendralan (KD) the collection of KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta. The text was written in Javanese and the form of prose. This text was studied with philology analysis. Furthermore, the analysis of the content text used the theory of postcolonialism and the theory of hegemony. The purpose of this study was to present the edits and translations of the KTIWGJO text so that it was easy to read and understood by today's society and to explain the procession of welcoming and honoring guests at the Yogyakarta Palace during the reign of Sultan Hamengku Buwana VII. Analysis of the content of the KTIWGJO text, including analysis of welcome and respect upon arrival of Governor General Otto van Rees; and an analysis of the activities of Governor General Otto van Rees for seven days in Yogyakarta. The pattern of relations was analyzed using the theory of postcolonialism. Through this pattern of relations, it can add new insights into the pattern of hegemony carried out by the natives at that time and prove that not all of the colonized were backward and ignorant parties. Penelitian ini membahas teks Kangjeng Tuan Ingkang Wicaksana Gupernur Jendral Otto van Rees (KTIWGJO), salah satu teks yang berada di dalam naskah arsip Koepija Djendralan (KD) koleksi KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta. Teks ini tertulis dalam bahasa Jawa dan berbentuk prosa. Teks ini dikaji dengan metode filologi dan dianalisis menggunakan teori poskolonialisme serta teori hegemoni. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan suntingan dan terjemahan teks KTIWGJO agar mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat kini dan menjelaskan prosesi penyambutan serta penghormatan tamu di Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII. Analisis isi terdiri dari analisis penyambutan; analisis penghormatan pada saat kedatangan Gubernur Jenderal Otto van Rees; dan analisis kegiatan Gubernur Jenderal Otto van Rees selama di Yogyakarta. Pola relasi yang dianalisis menggunakan teori poskolonialisme. Melalui pola relasi ini pula, dapat menambah wawasan baru mengenai pola hegemoni yang dilakukan oleh pihak pribumi pada masa itu dan membuktikan bahwa pihak terjajah tidak semuanya adalah pihak terbelakang dan pihak yang bodoh.
Citra Kepemimpinan Wanita dalam Naskah Hikayat Pandu dan Naskah Dewi Maleka: Kajian Sastra Bandingan Apriyadi, Clara Shinta Anindita
Manuskripta Vol 10 No 2 (2020): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33656/manuskripta.v10i2.163

Abstract

This article explains the image of female leadership in the Hikayat Pandu and Dewi Maleka. The value of leadership or the image of leadership that serves as the basis of classification is Astabrata teaching. The aim of this research is to compare the leadership image of the female leaders from the Hikayat Pandu, the goddess Rara Amis and the female leaders of the Dewi Maleka. The research method used is descriptive analysis method and the theory used is comparative literature theory. This research resulted in a comparison of leadership imagery between female leader figures derived from the Malay version and Javanese version. It can therefore be concluded that there are similarities and differences in the image of female leadership between Dewi Rara Amis and Dewi Maleka. Similarities and differences, namely Dewi Maleka has 8 classifications in astabrata, while Dewi Rara Amis only has five classifications in Astabrata as follows: ambeging surya, ambeging rembulan, ambeging angin, ambeging banyu, and ambeging bumi. === Tulisan ini membahas citra kepemimpinan yang terkandung dalam Hikayat Pandu dan naskah Dewi Maleka. Nilai kepemimpinan atau citra kepemimpinan yang dijadikan landasan sebagai dasar klasifikasi yaitu ajaran astabrata. Tujuan penelitian ini adalah melakukan perbandingan citra kepemimpinan tokoh pemimpin wanita dari naskah Hikayat Pandu yaitu tokoh Dewi Rara Amis dan pemimpin wanita dari naskah Dewi Maleka yaitu tokoh Dewi Maleka. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif analisis dan teori yang digunakan ialah teori sastra bandingan. Penelitian ini menghasilkan perbandingan citra kepemimpinan antara tokoh pemimpin wanita yang berasal dari naskah versi Melayu dan naskah versi Jawa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan citra kepemimpinan wanita antara Dewi Rara Amis dan Dewi Maleka. Persamaan dan perbedaannya, yaitu Dewi Maleka memiliki delapan klasifikasi dalam astabrata, sedangkan Dewi Rara Amis hanya memiliki lima klasifikasi dalam Astabrata antara lain ambeging surya, ambeging rembulan, ambeging angin, ambeging banyu, dan ambeging bumi.