This Author published in this journals
All Journal Jurnal Paris Langkis
Noor Fitrian, Alvin
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MELESTARIKAN BUDAYA DI TENGAH PANDEMI (Studi Kasus Rasulan di Gunungkidul) Septiyani, Wulan; Noor Fitrian, Alvin
Jurnal Paris Langkis Vol 2 No 1 (2021): Edisi Agustus 2021
Publisher : PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.149 KB) | DOI: 10.37304/paris.v2i1.2238

Abstract

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization menilai bahwa Indonesia adalah negara super power dalam hal kebudayaan. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020, Indonesia memiliki 10.224 warisan budaya tak benda yang salah satu diantaranya adalah Rasulan. Rasulan merupakan budaya masyarakat Yogyakarta khususnya di Kabupaten Gunungkidul. Rasulan diperingati setiap tahun ketika musim panen sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Namun di tahun ini masyarakat sedang dilanda Coronavirus Disease 2019 yang merubah berbagai tatanan kehidupan di dunia seperti kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, karantina diberbagai wilayah, dan beberapa hal lain yang membatasi pergerakan masyarakat. Pandemi ini dapat menjadi salah satu penghambat pelestarian budaya lokal seperti Rasulan. Perubahan pola hidup masyarakat akibat pandemi juga akan menimbulkan budaya baru yang cenderung akan melupakan budaya lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi pustaka dalam mengumpulkan data. Selain sebagai ungkapan rasa syukur Rasulan tahun ini dijadikan sebagai momentum masyarakat untuk berdoa bersama agar terhindar dari berbagai penyakit dan malapetaka. Strategi masyarakat untuk melestarikan budaya Rasulan di tengah pandemi dilakukan dengan prosesi yang lebih sederhana, tetap memperhatikan protokol kesehatan, dan hanya dihadiri oleh tokoh tetua masyarakat sekitar seperti kepala desa, sesepuh desa, tokoh keagamaan, dan kepala dusun. Kata Kunci: Rasulan, Pandemi, Budaya
MENGKAJI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL PERANG OBOR TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME Noor Fitrian, Alvin; Septiyani, Wulan
Jurnal Paris Langkis Vol 1 No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.666 KB) | DOI: 10.37304/paris.v1i2.2500

Abstract

Humans and culture are two inseparable elements. Culture is a natural wealth that is created because of hereditary customs created by humans themselves. The Torch War in Tegalsambi Village, Jepara Regency is one example of a culture that has been inherent for a long time. The Torch War is a traditional performance attraction as an expression of gratitude to God Almighty. The Torch War has local wisdom values ??such as togetherness, mutual cooperation, tolerance, empathy, solidarity, and religion. The greatness of the soul in a pluralistic nation is very important for the continuity of life in society, nation and state. The values ??of local wisdom from a culture must be able to strengthen its identity as a nation that has a spirit of nationalism. This research examines the values ??of local wisdom contained in the torch war tradition in terms of the spirit of nationalism which refers to Pancasila as the basis for the philosophy of the Indonesian nation. The method used in assessing the values ??of local wisdom of the Torch War against the spirit of nationalism is descriptive qualitative analysis. The analysis was carried out based on an in-depth literature study by prioritizing data and facts from the field. The results of the description in this study indicate that the values ??of local wisdom contained in the torch war tradition are in line with the norms of life which are based on the points of Pancasila as the basis of the nation's philosophy.