Peran orang tua dalam mendidik anak usia dini sangatlah penting, terutama bagi mereka yang tergolong sandwich generation yaitu individu yang merawat orang tua lanjut usia sekaligus membesarkan anak-anak. Tekanan fisik, emosional, dan ekonomi yang mereka alami dapat memengaruhi pola pengasuhan serta berdampak pada perkembangan kecerdasan emosional anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh sandwich generation terhadap kecerdasan emosional anak usia 6–8 tahun di RW 01 Muara Angke, Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Data dikumpulkan melalui angket berskala Likert yang disebarkan kepada 55 responden, lalu dianalisis menggunakan uji validitas, reliabilitas, normalitas, serta regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS. Kerangka teori mengacu pada Baumrind dan kajian tentang keluarga multigenerasi dengan lima dimensi pengasuhan: otoritatif-adaptif, otoriter-defensif, permisif-kompensatif, delegatif-kultural, dan resilien-kompromistis. Aspek kecerdasan emosional anak merujuk pada teori Goleman, mencakup kemampuan mengenali dan mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati, serta membina hubungan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parenting sandwich generation berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional anak sebesar 28,6%. Anak yang diasuh dengan gaya otoritatif dan resilien cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi, terutama dalam pengelolaan emosi dan hubungan sosial. Kesimpulannya, kualitas pengasuhan orang tua dalam keluarga sandwich memainkan peran penting dalam pembentukan emosi anak. Oleh karena itu, perhatian khusus dari lingkungan dan lembaga pendukung sangat dibutuhkan agar anak tetap tumbuh dengan sehat secara emosional meskipun dalam kondisi tekanan ganda.