Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi sosial khususnya pendidikan para peranakan Tionghoa masa pra-Indonesia dalam cerita Ruma Sekola yang Saya Impiken. Selain itu, penelitian ini juga dikaji kontekstualisasi cerita yang berlatar pada masa sistem Hindia-Belanda. Karya sastra peranakan Kwee Tek Hoay tersebut diterbitkan pertama kali pada 1925 oleh Drukkerij Sin Bin, Bandung. Naskah cerita ini dipilih karena ditulis oleh pengarang peranakan Tionghoa yang mengkritik pendidikan di bawah sistem Hindia-Belanda. Melalui cerita ini, tampak gagasan berupa konsep pendidikan bagi peranakan Tionghoa yang indipenden. Berdasar beberapa hal tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian. Pertama, bagaimana representasi pendidikan peranakan Tionghoa yang tercermin dalam naskah. Kedua, bagaimana korelasi masa sistem Hindia-Belanda terhadap pendidikan peranakan Tionghoa. Untuk mengurai pertanyaan-pertanyaan tersebut, penelitian ini digunakan metode deskriptif-analitis. Data pada penelitian ini berupa kutipan-kutipan teks cerita. Kumpulan kutipan tersebut dianalisis melalui pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian ini diungkapkan bahwa naskah ini ditulis sebagai kritik kepada para perkumpulan Tionghoa agar menaruh perhatian pada bidang pendidikan. Secara kontekstual, naskah ini ditulis pada masa Hindia-Belanda sehingga sistem pendidikan peranakan Tionghoa tidak independen. Mereka tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti sistem pendidikan peranakan Tionghoa yang disusun oleh sistem Hindia-Belanda. Bentuk dari sistem tersebut adalah berupa Hollandsch-Chineeseche School, yaitu sekolah khusus para peranakan Tionghoa. Melalui cerita ini diketahui bahwa pengarang berharap akan ada sekolah peranakan Tionghoa yang independen agar dapat melestarikan budaya leluhur, menyeimbangkan antara teori dan praktik berdagang, mampu beradaptasi dengan budaya lokal, serta mampu bergaul dengan penduduk lokal dan penduduk Eropa. Kata Kunci: Peranakan Tionghoa, Representasi Pendidikan, HindiaBelanda, Pendekatan Sosiologi Sastra