Qomariyah, U’um
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Pengaruh Sosial Budaya dalam Novel Terjemahan Memoirs of A Geisha Karya Arthur Golden dan Novel Perempuan Kembang Jepun Karya Lan Fang Amalia, Shavika Rizqi; Qomariyah, U’um
Jurnal Sastra Indonesia Vol 9 No 2 (2020): July
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jsi.v9i2.32673

Abstract

Penelitian yang berjudul pengaruh “Pengaruh Sosial Budaya dalam Novel Terjemahan Memoirs Of A Geisha Karya Arthur Golden dan Novel Perempuan Kembang Jepun karya Lang fang” bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perbandingan penggambaran geihsa dalam novel Memoirs Of A Geisha karya Arthur Golden dan novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang yang dipengaruhi oleh sosial budaya. Penelitian ini merupakan kajian sastra bandingan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah perbandingan penggambaran geisha yang dipengaruhi oleh sosial budaya. Perbedaan penggambaran geisha tersebut meliputi, 1) perbedaan penggambaran geisha pada tahapan sebelum menjadi geisha adalah menjadi pelayan, 2) perbedaan penggambaran geisha pada pemakaian Kimono buasana yang biasa dikenakan seorang geisha, 3) perbedaan penggambaran tradisi mizuage bagi para geisha, 4) perbedaan pengganbaran Danna bagi para geisha, 5) perbedaan penggambaran “Kakak” bagi geisha magang, 6) Pengubahan nama, 7) perbedaan cara seorang geisha berhenti dari profesinya, 8) Sekolah untuk geisha, 9) perbedaan Penggambaran geisha secara fisik, 10) perbedaan Penggambaran pekerjaan geisha, 11) perbedaan Pandangan masyarakat terhadap profesi geisha. Serta di temukan bahwa Novel Memoirs of A Gheisha karya Arthur Golden mempengaruhi lahirnya novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang. The study entitled “The Influence of Socio-Culture in Translation novel ‘Memoirs Of A Geisha’ Novel by Arthur Golden and ‘Perempuan Kembang Jepun’ Novel by Lang fang" aims to find out comparative forms of geihsa depiction in the novel ‘Memoirs Of A Geisha’ by Arthur Golden and ‘Kembang Jepun’ novel by Lang Fang which is influenced by the social culture. This research is a comparative literary study with the socio-literature approach which used qualitative descriptive research methods. The results of this study are comparisons of geisha depiction that are influenced by the socio-culture. The differences in the geisha's depiction include, 1) the difference in the depiction of geisha at the stage before becoming a geisha is become a servant, 2) the difference of the geisha’s Kimono, a cloth that usually used by the geisha, 3) the differences in the description of the mizuage tradition for the geisha, 4) the difference in Danna's depiction for geisha, 5) the differences in the depiction of "Sister" for an apprentice geisha, 6) Changing names, 7) the differences in the way the geisha stops from his profession, 8) the differences in physical depiction of geisha, 9) the differences in the depiction of the geisha’s job, 10) the differences in society views towards the geisha profession, and 11) Schools for the geisha, and found that the novel Memoirs of A Geisha by Arthur Golden influenced the birth of Perempuan Kembang Jepun novel by Lan Fang.
AKSEN FEMINITAS MASYARAKAT NELAYAN JAWA DI PESISIR REMBANG: TELAAH PERBEDAAN GENDER DALAM PENGGUNAAN BAHASA Qomariyah, U’um
Lingua Vol 5, No 2 (2009): July 2009
Publisher : Lingua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mencoba untuk memaparkan hubungan antara bahasa dangender dalam kaitannya dengan aksen bahasa. Permasalahan yang diangkatdalam penelitian ini adalah bagaimana aksen feminitas yang digunakan olehmasyarakat nelayan Jawa di pesisir Rembang dan faktor-faktor yangmenyebabkan perbedaan aksen tersebut. Pendekatan kualitatif digunakanuntuk menemukan keunikan objek dari sudut pandang yang utuh,komprehensif, dan holistik. Selain itu, pendekatan gender dalam kaitannyadengan sosial budaya suatu masyarakat juga digunakan dalam penelitian ini.Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa konstruksi bahasa, khususnyaaksen antara laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan. Perbedaan itulebih disebabkan banyaknya vokal /o/ yang digunakan dalam tuturan laki-laki.Sedangkan perempuan lebih banyak menggunakan vokal /e/ atau /i/. Hasilpenelitian menengarai bahwa perbedaan aksen tersebut biasanya dilakukanoleh anak muda sedangkan para orang tua mereka cenderung bicara apaadanya. Kecuali beberapa keluarga yang dipandang sebagai keluarga berada.Mereka cenderung melakukan penyesuaian berdasarkan lingkungan terbarumereka. Hal yang menarik ternyata meskipun laki-laki dikatakan mempunyaiaksen yang lebih kasar dan terbuka dibandingkan perempuan, ternyata laki-lakitidak ingin meniru aksen yang dituturkan perempuan. Mereka lebih cenderungingin berbicara apa adanya. Untuk beberapa hal, terkadang perempuan di sanacenderung ”ambigu” Di satu sisi ketika mereka berbicara dengan orang yang”di atas” mereka, aksen mereka lebih cenderung halus, namun jika berbicaradengan orang sepadan atau ketika kemarahan muncul, mereka tidak akanmemperhatikan lagi aspek kesopanan. Faktor yang menyebabkan perbedaantuturan antara laki-laki dan perempuan di antaranya faktor sosial ekonomi dankonstruksi gender yang timpang.Kata Kunci: aksen, gender, bahasa
ELEVATION OF HUMAN CHARACTER BASED ON LOCAL WISDOM THROUGH FOLKLORE WHICH CONTAINS PROPHETIC VALUES AS A STRATEGY OF STRENGTHENING THE NATION’S COMPETITIVENESS Qomariyah, U’um
Lingua Vol 14, No 2 (2018): July 2018
Publisher : Lingua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the context of culture, folklore as part of the literature has an important position in shaping the character of the nation. Similarly, in the portion of mental formation, because the world in folklore is a world that is built on the dialectical space of beauty and value. Folklore comes with its function as a part to educate the public. Folklore as imaginative creativity of real community, either independently or process interrelationships, is a major source of character education work. In this context, folklore becomes a vehicle for educational in character education, better understanding of the nation’s culture and prophetic values contained.This research is related to the qualification of folklore with the insight of prophetic value as the character development and based on local wisdom. This research uses qualitative approach, with source of interviewees and various documents (text). The technique of data collection is done by purposive sampling with method of text review based on content analysis, interview, and documentation. To know the validity of data the author uses triangulation data method. This writing is expected to increase the nation’s competitiveness in the field of language; the folklore-based characters might be used as teaching material in BIPA (Indonesian for Foreign Speakers) learning program. In addition, to increase the appreciation of literature, especially the works of local wisdom discoverer based on character.Dalam konteks kebudayaan, cerita rakyat sebagai bagian dari sastra memiliki posisi penting dalam pembentukan karakter bangsa. Demikian pula dalam porsi pembentukan mental, sebab dunia dalam cerita rakyat merupakan dunia yang dibangun atas dialektika ruang keindahan dan nilai. Cerita rakyat hadir dengan fungsinya sebagai bagian untuk mendidik masyarakat. Cerita rakyat sebagai kreativitas imajinatif yang sesungguhnya dari masyarakat, baik secara mandiri maupun proses antarhubungan, merupakan sumber utama karya pendidikan karakter. Dalam konteks ini, cerita rakyat menjadi wahana edukatif dalam pendidikan karakter, baik pemahaman terhadap budaya bangsa maupun nilai profetis yang terkandung di dalamnya. Nilai profetis menekankan pada relevansi sastra keagamaan yang mendalam sebagai pusat bertemunya dimensi sosial dan transedental dalam penciptaan karya sastra. Semangat ini dianggap sebagai salah satu strategi potensial dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dalam tiap sendi kehidupan. Cerita rakyat dengan caranya sendiri mampu menjadi jembatan antara wacana dan implikasinya, antara penghayatan dengan implementasinya, dan antara nilai dan karakternya. Cerita rakyat dengan resapan di alam bawah sadar manusia, akan menjadi elemen pikiran yang menggugah emosi pembaca dan menciptakan karakter. Tulisan ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perkembangan ilmu ilmu humaniora khususnya sastra dan budaya serta diharapkan dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra khususnya karya-karya pengungkap kearifan lokal berbasis karakter. Selain itu, dalam upaya peningkatan daya saing bangsa di bidang bahasa, maka cerita rakyat berbasis karakter dapat digunakan sebagai materi ajar dalam program pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing).
POTRET INVESTASI PEREMPUAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL: STUDI ECOFEMINISM NOVEL PRIMADONA KARYA AHMAD MUNIF Qomariyah, U’um
Lingua Vol 9, No 1 (2013): January 2013
Publisher : Lingua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menggunakan pendekatan ekofeminisme untuk melihat kaitan perempuan dengan kearifan lokal, salah satunya terkait dengan budaya itu sendiri. Dari hasil pembahasan dideskripsikan bahwa potret berbasis kearifan lokal yang terdapat dalam novel Primadona karya Ahmad Munif, meliputi; menjadi bagian dari perkumpulan budaya, bekerja maksimal, pemertahanan dalam pelestarian, dan memberikan motivasi. Adapun faktor yang mendorong perempuan berinvestasi diantaranya faktor kelangsungan hidup, faktor kesadaran berkesenian, faktor rasa memiliki, dan faktor rasa menghargai. Saran yang dapat direkomendasikan adalah hendaknya bisa dilakukan penelitian dalam kaitannya dengan investasi yang dilakukan laki-laki dan diterapkan dalam bidang yang lain sehingga kajian menjadi lebih seimbang. Hal ini tentu saja bisa dilihat dari pendekatan yang lain, tidak hanya dari pendekatan ekofeminisme. This study used  an ecofeminism approach to see  the relationships between women and  local wisdom, one  of which   relates with the culture itself.  The study suggests that the portrait based on  the local wisdom   in  Primadona  novel  written by Ahmad Munif  shows the part of cultural society,   working optimally, maintaining conservation, and giving motivation. The  factors that encourage women to invest,  among others,  are  sustainability of life, awareness  of  art activities,  sense of belonging, and respect . This research recommends that the research relating with the investment done by men and  applied in other fields is needed so that the discussion would be balance.  Further, other approaches, in addition to ecofeminism, can be employed in the study.
HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA FILM DAN NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY -, Suseno; Qomariyah, U’um
Lingua Vol 6, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Lingua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sangat menarik membicarakan dunia film dan novel karena keduanya bukan hanya suatu peristiwa budaya dansosial masyarakat seputarnya, akan tetapi film dan novel merupakan pemain, penentu, peletak dasar yangmerekam realitas kehidupan yang membias darinya. Novel dan film merupakan bentuk dari apresiasi karya senidengan media yang berbeda Berbicara masalah novel dan film tentu merupakan aktivitas yang menarik karenakeduanya berangkat dari pemenuhan apresiasi karya seni. Salah satu novel dan film yang sangat menarikuntuk dikaji adalah AAC. Penelitian ini bermaksud melihat variasi-variasi dan perubahan fungsi yang terdapatdalam film AAC berdasar novel asli selaku hipogramnya dengan meninjau sistem sastra dan sistem filmnyamelalui telaah studi ekranisasi. Untuk mendapatkan keabsahan data, penelitian ini menggunakan validitassemantis, yakni mengetahui keabsahan lewat pemaknaan data. Pemaknaan data didasarkan atas teoriintertekstual yang digunakan sebagai pisau analisisnya. Hasil temuan dipercaya sebagai data setelah dilakukanpembacaan secara berulang-ulang (intrarater). Berdasar hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwaantara film dan novel AAC terdapat perbedaan struktur dan fungsi. Sruktur yang dibahas meliputi alur, tokoh danpenokohan, serta setting. Secara umum, novel dan film AAC mempunyai alur yang hampir sama meskipun jikadirinci keduanya sedikit berbeda; misalnya adanya pengurangan peristiwa, penambahan peristiwa, ataupengubahan letak urutan peristiwa. Sedangkan perbedaan tokoh dan penokohan antara film dan novel AAClebih terletak pada penggambaran dan pengimajian. Dalam novel, penggmbaran tokoh begitu kuat dan ini tidakterlihat jelas dalam film. Begitu juga dengan penggambaran setting. Meskipun pengambilan gambar di film AACdisamakan dengan novelnya, namun kekuatan narasi bahasa novel sepertinya sulit divisualisasikan dalam film.Perbedaan cerita film dan novel menunjukkan bahwa semua itu dilakukan dalam rangka fungsi. Fungsi-fungsitersebut berangkat dari media dan konsumen yang berbeda. Film lebih berorientasi “pasar dan menginginkankarya yang marketable. Selain itu, media, pembaca, dan situasi juga merupakan fungsi-fungsi yang membentukwujud sastra tersendiri.Kata Kunci: novel, film, struktur, fungsi
HEGEMONI KEKUASAAN PEMANGKU ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI Sari, Nita Kartika; Sumartini, Sumartini; Qomariyah, U’um
Jurnal Sastra Indonesia Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya sastra memang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pengarang dan keadaan sosial yang melatarbelakangi penciptaanya serta segala gejolak kemasyarakatan yang ada seperti kekuasaan dan dominasi yang dirasa merugikan. Dari tiga rumusan masalah penulis hanya akan memfokuskan pembahasan pada bentuk hegemoni yang dilakukan pemangku adat di Minangkabau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan teori hegemoni Antonio Gramsci. Sumber data adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Hasil penelitian berupa jenis hegemoni yang disadari dan tidak disadari. Terdapat empat bentuk dari hegemoni yang disadari yaitu kekeraan, penindasan, paksaan dan perampasan, sedangkan bentuk dari hegemoni yang tidak disadari berupa provokasi. There is an inseparable bond between a literary work with the background experience of its writer, and the underlying socio-cultural circumstances behind its creation, as well as all the existing disadvantageous problems in society such as hegemony and dominance. Of the three research problems, the discussion in this article will focus solely on the form of hegemony practices done by the Elders in Minangkabau culture. In conducting this research, descriptive qualitative approach is used. Literary sociological approach using the theory of Hegemony by Antonio Gramsci is used as the research approach. The data are obtained by using reading and noting technique. The data source is the novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck by Hamka. As the result of the research, there are two type of hegemony practices found, the conscious and unconscious hegemony. The conscious hegemony take four forms, there are: violence, oppression, coercion and deprivation. Meanwhile the unconscious hegemony realized only in form of provocation.
Struktur dan Fungsi Cerita Petilasan Ki Semar di Gunung Srandil Desa Glempang Pasir Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap Tahun 2017 Lutfi, Febri Ahmad; Mulyono, Mulyono; Qomariyah, U’um
Jurnal Sastra Indonesia Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur, makna, dan fungsi mitos cerita petilasan Ki Semar di Gunng Srandil di Desa Glempang Pasir Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah cerita petilasan Ki Semar, sedangkan sumber data penelitian ini adalah tuturan versi cerita dari masing-masing informan. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, pengamatan secara langsung, dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa struktur cerita petilasan Ki Kemar di Gunung Srandil terdiri dari empat versi cerita. Versi cerita dari Buku Gunung Srandil dan Selok karya Sidik Purnama Negara terdiri dari 23 untit naratif yang digolongkan menjadi 3 episode, Versi cerita dari Warga Pendatang terdiri dari 9 unit naratif yang digolongkan menjadi 4 episode, Versi Cerita menurut Juru Kunci digolongkan menjadi 8 unit naratif yang digolongkan menjadi 3 episode, dan cerita versi warga sekitar digolongkan menjadi 9 unit naratif yang digolongkan menjadi 3 episode. Fungsi cerita petilasan Ki Semar diteliti menggunakan teori fungsi Van Peursen dan menghasilkan fungsi yang terdiri dari (1) Cerita Petilasan Ki Semar mempunyai kekuatan-kekuatan ajaib, dibuktikan dengan dipatuhinya larangan yang diberikan oleh Ki Semar, (2) dapat memberikan jaminan hidup pada masa kini, dibuktikan dengan banyaknya masyarakat dalam melakukan laku spiritual yang dilakukan oleh Ki Semar. Makna cerita Petilasan Ki Semar di Gunung Srandil diteliti menggunakan teori Hermeneutik Hans-Georg Gadamer. Hasil analisis Hermeneutik Hans-Georg Gadamer pada mitos cerita Petilasan Ki Semar di Gunung Srandil mempunyai makna simbol yang ditafsirkan dalam cerita petilasan Ki Semar (1) Makna dari simbol Gunung pada masyarakat jawa yaitu tempat suci, (2) Makna Sensus Communis dalam penerapan cerita ini yaitu terdapat konsep pemikiran masyarakat tentang kehancuran majapahit yang terkenal dengan penyerbuan kerajaan Majapahit yang dilakukan oleh kerajaan Demak Bintara, padahal apabila dibandingkan dengan pendapat narasumber cerita rakyat ini, bahwa kehancuran Kerajaan Majapahit karena adanya perbedaan faham yang dianut oleh Raden Patah dan Prabu Brawijaya V sehingga membuat aturan sosial berubah di Majapahit dan mengakibatkan perang saudara, (3) Taste atau Selera, cerita petilasan Ki Semar menurut warga sekitar dan pendatang mengatakan bahwa Sabda Palon (Ki Semar) merupakan penasehat Prabu Brawijaya V sedangkan cerita petilasan Ki Semar menurut ceita juru kunci, bahwa Semar merupakan anak dari Sang Hyang Tunggal yang diutus untuk mengasuh para kesatria berbudi luhur. The purpose of this project is to observe the structure, meaning, and function of the myth about Ki Semar's Sanctuary in Srandil Mountain located at Glempang Pasir village, Adipala, Cilacap. This project used kualitative descriptive methods. The data of this project is indeed the Ki Semar's sanctuary, while the source of the data are the various stories about the myth told by the villagers. The data were collected by interviewing and documenting the sources. According to the data collected, there are four versions of story about Ki Semar's Sanctuary. Basically, the story was built in the name of Sabda Palon as Semar and Prabu Brawijaya V. It was classified into some narative units and then into some episodes to analyze between the ceriteme and the opotitions by using Levi-Strauss' Structuralism Theory. The first version, A book entitled 'Gunung srandil dan Selok' written by Sidik Purnama, included with 3 units of narative was classified into 3 episodes. The second version told by people included 9 units narative which were classified into 4 episodes. There are also 8 units narative told by the 'Juru Kunci' of the sanctuary which were classified into 4 episodes. At last, the story told by the villagers around the sanctuary which were classified into 9 units narative and 3 episodes. The function of the story itself were examined by using Van Pursen's theory and concluding that (1) the story has its own magic proven by how the villagers obeying the forbidden given by Ki Semar as the main character of the story, and (2) it gives a life guarantee to the people who believe in the Ki Semar's priciple in spiritual. Besides the function,the writer also did Hermenuetik analysis by Hans-Georg gadmer to the story and found that (1) the meaning of a mountain symbol for Javanese is a sanctuary, (2) the meaning of Sensus Comunis in the application of the story has a close relation with the falling of Majapahit by Demak Bintara palace, yet the falling of Majapahit was actually because of the different principles between Raden Patah and Prabu Brawijaya V which later became the cause of Majapahit Civil War, (3) The meaning of taste in this story can be concluded that there are two impersonation of Ki Semar, they are as Sabda Palon (according to the villagers), and as the child of Sang Hyang Tunggal who were told to take care of the soldiers (according to the Juru Kunci).
CITRA PEREMPUAN JAWA DALAM NOVEL HATI SINDEN KARYA DWI RAHYUNINGSIH: KAJIAN FEMINISME LIBERAL Fitriani, Nur; Qomariyah, U’um; Sumartini, Sumartini
Jurnal Sastra Indonesia Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Jawa memiliki prinsip-prinsip dasar tentang sikap batin yang tepat, yaitu terkontrol, tenang, berkepala dingin, sabar, halus, tenggang rasa, bersikap sederhana, jujur, sumarah, halus, dan tidak mengejar kepentingan diri sendiri. Perempuan Jawa sering dianggap lebih rendah derajatnya dari kaum lelaki. Sikapnya yang lebih pasif, lemah lembut, dan sebagainya sering dianalogikan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Sumber data penelitian ini adalah novel Hati Sinden karya Dwi Rahyuningsih yang diterbitkan oleh Diva Press pada tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan pendekatan feminisme. Penelitian ini difokuskan pada citra perempuan Jawa tokoh utama perempuan dan upaya mempertahankan citra perempuan Jawa pada tokoh utama perempuan. Data diperoleh dengan menggunakan teknik baca-catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) citra perempuan Jawa yang ada dalam diri tokoh utama perempuan berupa sifat nrima, sabar, pasrah, lembut, bakti, dan pandai berhemat. Selain itu, tokoh utama perempuan juga memiliki perhatian terhadap orang lain dan pengendalian diri tinggi. 2) tokoh utama perempuan mempertahankan citra perempuan Jawa dalam novel ini sebagai upaya menyetarakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat.. Tindakan tokoh utama perempuan dalam mempertahankan citra perempuan Jawa merupakan salah satu upaya untuk menyetarakan perempuan di dalam ruang lingkup masyarakat Jawa. The Javanese people have basic principles of proper inner attitude, controlled, calm, level-headed, patient, subtle, tolerant, simple, honest, summarized, refined, and self-pursuing. Javanese women are often thought to be lower in rank than men. His attitude is more passive, gentle, and so it is often analogized that women are weak creatures. The source of this research is by Dwi Rahyuningsih’s novel entitled Hati Sinden published by Diva Press on 2011. The method that this research used is descriptive-quantitative with literature feminism approach. This research is focusing on Javanese women’s image and how the female character herself struggling to sustain image of Javanese women. The method that this research used is descriptive-quantitative with literature feminism approach. This research is focusing on Javanese women’s image and how the female character herself struggling to sustain image of Javanese women. The data are obtained using a reading-record technique. The results of the analysis of this study are as follows. 1) image of Javanese women that exist in the female main character can be concluded that the criteria of Javanese women as female figure who is supposed to be borne, patient, resigned, gentle, devoted, and frugal. 2) The main character’s struggles to sustain the image of Javanese women can be concluded that Sayem’s life in community gives an impact to her image.
Pengaruh Pelecehan Seksual Terhadap Pembentukan Perilaku Transgender pada Tokoh Sasana dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Kajian Psikologi Sastra Basuki, Noor Van Ardi; Mulyono, Mulyono; Qomariyah, U’um
Jurnal Sastra Indonesia Vol 7 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Novel Pasung Jiwa merupakan novel psikologis karena mengandung gejala-gejala kejiwaan yang direfleksikan pada kehidupan tokoh utama. Novel ini menampilkan persoalan yang komplek mengenai kehidupan seseorang traumatik dan menjadi transgender akibat dari pelecehan seksual. Fenomena tersebut merupakan cerminan dari kehidupan nyata pada zaman sekarang, misalnya ambisi, trauma, perilaku delikuen (menyimpang), atau frustasi. Gejala kejiwaan ditampilkan bersama alur cerita yang runtut. Banyaknya aspek kejiwaan yang ditampilkan serta didukungan kemiripan masalah yang tercermin pada kehidupan nyata masyarakat zaman sekarang menjadi alasan peneliti memilih novel ini sebagai objek kajian dalam penelitian psikologi sastra. Novel “Pasung Jiwa” is a psychological because it consists of some psychiatric indications which are reflected in the main characters life. This novel presents complex problems of a traumatic living person and be transgender because of sexual harassment. This phenomenon is a reflection of recent real life, for example ambition, trauma, diverge behavior or frustration. Psychiatric indications are showed by the coherent of the storyline. So many psychiatric aspect which are showed and the problem similiarities which reflected in the real life society be the main reason researcher chose this novel as the object’s study in literature psycology research.
Bentuk Etika Transendensi dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Tegal Lestari, Sri Ayu; Qomariyah, U’um; Sumartini, Sumartini
Jurnal Sastra Indonesia Vol 7 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Transendensi merupakan salah satu aspek yang ada dalam sastra profetik. Sastra profetik merupakan sastra yang menekankan pada sastra keagamaan yang mendalam sebagai wahana bertemunya dimensi sosial dan transendensi yang ada dalam cerita rakyat. Cerita rakyat mengandung bentuk, nilai dan etika transendensi. Tulisan ini mengupas tentang bentuk etika transendensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya etika transendensi. Adapun bentuk etika transendensi adalah raja’, qonaah, syukur, ikhlas, khauf, melakukan upaya mendekatkan diri pada Tuhan (tirakat, taat beribadah), mengakui adanya kekuatan supranatural, mengaitkan perilaku, tindakan, dan kejadian dengan ajaran kitab suci. Adapun faktor yang melatarbelakangi adalah faktor internal yang berhubungan dengan kejiwaan atau kepribadian tokoh. Sementara faktor eksternal yang ada meliputi keluarga, lingkungan, pendidikan, dan kondisi sosial kultural. Transcendence is one of the aspects of prophetic literature. Prophetic literature is a literature that emphasizes deep religious literature as a means of the social dimensions and transcendence meeting that exist in folklore. Folklore contains transcendental forms, values, and ethics. This paper explores the form of transcendental ethics and the factors behind the formation of transcendental ethics. The purpose of this research is to determine the form and factors that underlie the occurrence of transcendental ethics. The forms of transcendent ethics are raja', qonaah, gratitude, sincere, khauf, making efforts to draw closer to God (tirakat, obedient worship), acknowledge the existence of supernatural powers, linking behavior, actions, and events with the teachings of scripture. The underlying factors are internal factors related to the psychological or personality of the figure, while the external factors that include family, environment, education, and cultural social conditions.