Wisdom was considered an aspect that will emerge once we become elderly. Wisdom was also thought to be passed on from parents to children. This research aimed to determine the description of wisdom in teenagers who have parents who were religious leaders. This research used qualitative methods. The subject selection technique used was purposive sampling. The data collection process was carried out by interviewing and observing the subjects. The subjects in this research were four teenagers aged around 12-20 years who had parents who were religious leaders. The results of this research show that the four subjects have the potential to develop wisdom in themselves. These four subjects fulfill the three dimensions of wisdom: cognitive, reflective, and affective. The factors forming wisdom are family upbringing and religion. The implication of the intervention is family psychoeducation so that children can develop their wisdom, along with the wisdom of their parents. ABSTRAK Wisdom (kebijaksanaan) dianggap sebagai suatu aspek yang akan muncul begitu kita menjadi lanjut usia (lansia). Kebijaksanaan juga dianggap bisa diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebijaksanaan pada remaja yang memiliki orangtua pemuka agama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui secara mendalam kebijaksanaan subyek. Teknik pemilihan subyek yang digunakan adalah purposive sampling. Proses pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai dan observasi terhadap subyek. Subyek dalam penelitian ini adalah empat remaja berusia sekitar 12-20 tahun yang memiliki orangtua pemuka agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat subyek berpotensi untuk mengembangkan kebijaksanaan pada dirinya. Keempat subyek tersebut memenuhi ketiga dimensi kebijaksanaan, yaitu kognitif, reflektif dan afektif. Faktor pembentuk kebijaksanaan yang secara signifikan berpengaruh pada keempat subyek adalah faktor didikan keluarga dan agama. Implikasi intervensi dalam penelitian ini adalah adanya psikoedukasi keluarga agar anak dapat mengembangkan kebijaksanaannya, seiring dengan kebijaksanaan yang ada pada orang tuanya.