Mahendra, Cipta
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Terapi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats): Pengenalan untuk Penggunaan Klinis Mahendra, Cipta
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 11 (2021): Kardio-SerebroVaskular
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.135 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i11.1560

Abstract

CRISPR(Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) mulai mendapat perhatian saat Jennifer Doudna dan Emmanuelle Charpentier mendapat hadiah Nobel bidang Kimia tahun 2020 lalu. Meskipun relatif merupakan terobosan baru, terapi CRISPR memiliki potensi besar di bidang medis. Tinjauan ini merupakan pengantar untuk mengenal dan memahami CRISPR sebagai sebuah upaya terapi alternatif di masa depan. CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) starts to gain attention when Jennifer Doudna and Emmanuelle Charpentier were awarded Nobel Prize in Chemistry in 2020. CRISPR is relatively a new discovery in science, but it has a great potential in medicine. This review is to give an overview on CRISPR as a promising medical therapy.
Peutz-Jeghers Syndrome Mahendra, Cipta
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 12 (2021): General Medicine
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.303 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i12.1574

Abstract

Sindrom Peutz-Jeghers (Peutz-Jeghers Syndrome/PJS) merupakan penyakit herediter langka dengan ciri klinis pigmentasi mukokutaneus dan polip gastrointestinal. Hingga kini, satu-satunya upaya terapi adalah eliminasi polip melalui metode endoskopi dan/atau operasi laparatomi abdomen invasif. Penderita PJS memiliki risiko tinggi mendapat berbagai jenis kanker sehingga diperlukan skrining rutin. Para penderita PJS perlu mendapat edukasi dan dukungan mental. Diperlukan riset lebih mendalam untuk tatalaksana terbaik sindrom PJS.Peutz-Jeghers Syndrome (PJS) is rare hereditary disease with mucocutaneous pigmentations and gastrointestinal polyps as the most prominent clinical features. The only approved treatment is to eliminate the polyps by endoscopy and/or invasive abdominal laparotomy surgery. Patients with PJS have a high lifetime risk of various cancers and warrants regular surveillance for early signs of malignancies. PJS patients need to be well-informed and supported by the treating physicians to cope with their PJS status. More research in the management of PJS is needed.
IMUNODEFISIENSI PRIMER DAN DETEKSI DININYA Mahendra, Cipta
JAMBI MEDICAL JOURNAL "Jurnal Kedokteran dan Kesehatan" Vol. 9 No. 2 (2021): JAMBI MEDICAL JOURNAL Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.094 KB) | DOI: 10.22437/jmj.v9i1.12473

Abstract

Penyakit imunodefisiensi primer (primary immunodeficiency disease/PID) merupakan keadaan terjadinya defek sistem imun yang disebabkan mutasi pada kode genetik yang mengode komponen-komponen penyusun sistem imun tubuh. Kelainan ini tergolong jarang/langka namun menurunkan kualitas hidup atau bahkan bisa juga mengancam nyawa bagi penderita-penderitanya. Terapi definitif yang tersedia hingga kini pun juga masih terbatas dan berbiaya tinggi. Artikel ini dimaksudkan terutama bagi dokter umum/layanan primer sebagai pengantar agar mengenali penyakit ini sebagai sebuah kelainan langka, yang mungkin jarang atau bahkan belum pernah mendengar tentang keadaan ini sebelumnya.
Newly Diagnosed Primary Immune Thrombocytopenia in Children: Which Guideline to Adhere? Mahendra, Cipta
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2021): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v3i1.4561

Abstract

Background: Immune thrombocytopenia purpura (ITP) is an autoimmune disorder of bleeding which is defined as having thrombocytopenia (platelet count below 100.000/µL). Most ITP cases in children are acute and recent various guidelines have established a wait-and-see protocol as management for children with ITP since it is assumed to be temporary and will most likely to resolve spontaneously. Objectives: For this case report, a case of primary ITP in a child will be discussed. In the following discussion section, several ITP consensus guidelines will be discerned and compared to see which is the more appropriate guideline to adhere in managing a newly diagnosed ITP case in children. The case report is used as a ‘trigger’ to dissect the core treatment suggestions described in the inspected consensus guidelines. Case Illustration: A 6-years-old female child presents to a hospital with a chief complaint of having red spots in her arms and legs since a day ago. The red spots she complained was the first time to be experienced. She had no prior fever, (bloody) diarrhea, nausea, and vomiting. Physical examination showed no remarkable abnormalities other than numerous petechiae in the upper and lower extremities. Discussion: The patient in this case was finally admitted and treated in the hospital as an inpatient with corticosteroid, antibiotics, and platelet concentrates despite the current guidelines that generally advocate against these treatments. This case report may give an insight regarding the factors needed to be considered before treating a child with newly diagnosed ITP. Conclusion: The Joint Working Group (JWG) consensus seems to be the most comprehensive guideline in treatment of newly diagnosed ITP in children, compared to the American Society of Hematology (ASH) and International Consensus Report guideline. Keywords: hematology, ITP, newly diagnosed, primary, thrombocytopenia   Latar Belakang: Immune trombositopenia purpura (ITP) merupakan sebuah penyakit perdarahan otoimun yang didefinisikan sebagai adanya trombositopenia (trombosit dibawah 100.000/µL). Mayoritas kasus ITP pada anak bersifat akut dan konsensus terkini menyarankan protokol “wait and see” sebagai tatalaksana untuk anak dengan ITP karena dianggap hanya sementara dan cenderung akan membaik secara spontan. Tujuan: Untuk laporan kasus ini, sebuah kasus ITP primer pada anak akan dibahas. Pada bagian diskusi, beberapa panduan terkait ITP akan diulas dan diperbandingkan untuk melihat panduan mana yang paling sesuai untuk mengatasi kasus baru (newly diagnosed) ITP pada anak. Laporan kasus ini digunakan sebagai pengantar untuk membahas intisari tatalaksana ITP dalam konsensus-konsensus yang dipakai. Ilustrasi Kasus: Anak perempuan berusia 6 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama adanya bintik-bintik merah pada kedua lengan dan tungkainya sejak sehari lalu. Bintik-bintik merah tersebut baru pertama kali dialami. Dia tidak menderita demam, diare (berdarah), nausea, dan vomitus. Pada pemeriksaan fisik, hanya ditemukan petekie-petekie di kedua ekstremitas atas dan bawah. Pembahasan: Pasien dalam kasus ini dirawatinapkan dan diberi kortikosteroid, antibiotik, dan konsentrat trombosit sebagai tatalaksananya, meskipun panduan-panduan yang ada secara umum tidak menyarankan tatalaksana demikian. Laporan kasus ini diharapkan memberikan wawasan terkait faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan sebelum merawat seorang anak dengan kasus baru ITP. Kesimpulan: Konsensus Joint Working Group (JWG) tampaknya menjadi panduan paling komprehensif dalam tatalaksana anak dengan kasus baru ITP, dibanding panduan American Society of Hematology (ASH) dan International Consensus Report. Kata Kunci: hematologi, ITP, newly diagnosed, primer, trombositopenia