Mohtar, Omar
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBANGUNAN BENDUNG KATULAMPA BARU DI BUITENZORG 1910-1912 Mohtar, Omar; Zuhdi, Susanto
KALPATARU : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 9 No 2 (2023): KALPATARU: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/kalp.v9i2.14553

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan latar belakang pembangunan Bendung Katulampa yang dilakukan oleh Departement van Burgerlijke Openbare Werken (BOW) di Buitenzorg pada 11 April 1911 hingga Oktober 1912. Sejak tahun 1905 hingga 1910, Departemen BOW telah tiga kali memperbaiki bangunan Bendung Katulampa. Rusaknya bendung diakibatkan karena naiknya debit Sungai Ciliwung dan bahan bendung berupa keranjang besi berisi batu atau ijzeren korf yang tidak lagi kuat menahan aliran sungai. Kondisi itu membuat Departemen BOW melakukan pembangunan bendung yang baru atas dasar masukan dari Ir. Herman van Breen, salah seorang arsitek BOW yang menyarankan penggunaan bahan berupa beton atau betonfundering. Dari permasalahan tersebut muncul dua pertanyaan penting yang diajukan, yaitu apa faktor-faktor apa yang membuat Bendung Katulampa dibangun ulang oleh Departemen BOW? dan bagaimana perkembangan rancang Bendung Katulampa? Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah metode sejarah. Dari hasil analisis, pembangunan Bendung Katulampa yang baru dilatarbelakangi oleh kondisi Sungai Ciliwung yang kerap meluap karena naiknya debit air karena berkembangnya perkebunan dan juga pemukiman di daerah hulu yang membuat resapan air di daerah hulu Sungai Ciliwung menjadi berkurang. Kondisi itu membuat aliran air Sungai Ciliwung menjadi naik yang membuat bendung lama kerap rusak. Departemen BOW lalu membangun struktur bendung baru yang lebih kuat dengan bahan beton menggantikan bahan sebelumnya berupa keranjang besi yang diisi dengan bebatuan. Pembangunan Bendung Katulampa yang baru menghabiskan dana sebesar 66.200 gulden.
Obah trus pitung bumi: gempa bumi di Vorstenlanden 1867 Mohtar, Omar
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 17, No 1 (2023): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v17i12023p14-25

Abstract

This article examines about the earthquake that was shaken Java in 1867. Java is one of the areas in Indonesia that is often hit by earthquakes Shocks often occur due to tectonic activity in the confluence zone of the Indo-Australian and Eurasian Plates in the south of Java, active faults, and also volcanic activity. One of the major earthquakes that were shaken Java, occurred in 1867. To write this event, historical methods were used consisting of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. From the study conducted, the large shaking damaged many buildings in several cities in Java, especially in Vorstenlanden or Surakarta and Yogyakarta regions, and other areas around that regions. Some of the damaged buildings belonged to the Dutch East Indies government, the Surakarta Sunanate, and the Yogyakarta Sultanate The earthquake also killed many people and make severe damage.Artikel ini mengkaji tentang gempa bumi yang pernah mengguncang Jawa di tahun 1867. Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kerap kali dilanda bencana berupa gempa bumi. Guncangan kerap terjadi karena adanya aktivitas tektonik di zona pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di selatan Jawa, patahan atau sesar aktif, dan juga aktivitas vulkanis gunung api. Salah satu gempa besar yang pernah mengguncang Jawa terjadi pada tahun 1867. Untuk menuliskan peristiwa tersebut, digunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari kajian yang dilakukan, guncangannya yang besar membuat banyak bangunan di beberapa wilayah di Jawa khususnya Vorstenlanden atau daerah Surakarta dan Yogyakarta, serta daerah lain di sekitarnya rusak. Bangunan-bangunan yang rusak, beberapa di antaranya adalah milik pemerintah Hindia Belanda, Kasunanan Surakarta danĀ  Kasultanan Yogyakarta. Gempa bumi juga membuat banyak orang meninggal dunia dan menyebabkan kerugian material yang besar.