This study aims to analyze the role of youth and social capital in the Raung Tubing Adventure Tourism management. This research conducted in Sumberbulus Village, Ledokombo sub-district. By using social capital theory from Robert D. Putnam, this research elaborates three elements of social capital, namely trust, social networks, and norms. The result shows after revitalizing the Raung Tubing Adventure Tourism management, the social capital rises. It indicated by changing situation around the river. Firstly, people no longer throw garbage into the river. Secondly, youth no longer do harmful things. Thirdly, many actors in this village develop good relations with the village government, the Tourism Office and the Irrigation Service. The most important finding is the role of the Student Community Service Program from the University of Jember, who helped the youth villagers to build tubing tours from the beginning to the present. They help in terms of cleaning up rivers, making tubing grooves, inaugurating, and promoting tubing tourism, helping to find sponsors, and recording them in the Jember Tourism Office. Finally, we can underline that the youth also potential in building community-based tourism as proved in Sumberbulus Village, Ledokombo sub-district. Keywords: Social capital, youth role, Community Based Tourism Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pemuda dan modal sosial dalam pengelolaan Wisata Petualangan Raung Tubing. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberbulus, Kecamatan Ledokombo. Dengan menggunakan teori modal sosial dari Robert D. Putnam bahwa penelitian ini menguraikan tiga elemen modal sosial, yaitu kepercayaan, jejaring sosial, dan norma. Hasilnya menunjukkan setelah merevitalisasi manajemen Wisata Petualangan Raung Tubing, modal sosial naik. Ini ditandai dengan perubahan situasi di sekitar sungai. Pertama, orang tidak lagi membuang sampah ke sungai. Kedua, remaja tidak lagi melakukan hal-hal yang berbahaya. Ketiga, banyak aktor di desa ini mengembangkan hubungan baik dengan pemerintah desa, Dinas Pariwisata dan Dinas Pengairan. Temuan yang paling penting adalah peran Program Layanan Komunitas Mahasiswa dari Universitas Jember, yang membantu para pemuda desa untuk membangun tur tubing dari awal hingga sekarang. Mereka membantu dalam hal membersihkan sungai, membuat alur tubing, melantik, mempromosikan pariwisata tubing, membantu mencari sponsor, dan mencatatkannya di Kantor Pariwisata Jember. Akhirnya, kita dapat menggarisbawahi bahwa pemuda juga berpotensi dalam membangun pariwisata berbasis masyarakat seperti yang dibuktikan di Desa Sumberbulus, Kecamatan Ledokombo. Kata kunci: Modal sosial, peran pemuda, Pariwisata Berbasis Masyarakat