Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Kyai Feminis (Studi Peran Kh. Husein Muhammad dalam Perjuangan Islam Ramah Perempuan) ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 4 No. 1 (2020): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wacana kesetaraan laki-laki dan perempuan selalu aktual untuk dibahas dan dikaji ulang.Banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia terutama menyangkut perempuan seperti kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan perempuan dan perbudakan terselubung pada masa modern ini, ternyata masih banyak merundung kehidupan perempuan.Islam sebagai agama perdamaian dan berkat bagi seluruh alam dan makhluk pada prinsipnya sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan kemaslahatan bagi semua umat manusia, baik laki-laki dan perempuan.Teks-teks agama seperti Qur’an secara eksplisit menegaskan ajaran egaliter tersebut.Jika kemudian terjadi ketidakadilan terhadap perempuan, itu semata-mata akibat tafsiran terhadap teks yang cenderung melegitimasi penindasan terhadap perempuan. Tafsiran yang bias tersebut kemudian dengan kuat mewarnai cakrawala pemikiran Islam sebagai contoh di pesantren. Pesantren dengan kyai dan nyai sebagai transformer utama, mempunyai peran yang signifikan dalam meredam ketidakadilan dan ketimpangan terhadap eksistensi perempuan.KH.Husein Muhammad adalah salah satu tokoh dari kalangan pesantren yang selalu gigih dalam aksi nyata dan ijtihad serius menafsir kembali teks-teks agama.Dengan usahanya yang konsisten tersebut, maka layaklah di disebut sebagai kyai feminis yang memperjuangkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, tanpa melepaskan pijakannya pada teks-teks keagamaan klasik. Sehingga, lewat aksi dan ijtihadnya tampillah Islam sebagai agama yang ramah perempuan. The discourse of equality of men and women are always actual to be discussed and examined again. The number of violations of Rights Human Human especially concerning women such as violence in the home ladder, trafficking of women and slavery veiled at thismodern times, it turns out is still a lot to afflict the lives of women. Islam as a religion of peace and blessing for the entire universe and the creatures in principle very upholds the values of humanity. Islam upholds high values of equality, justice, and the benefit for all humans beings, both male and female . The texts of the religion such as the Koran is explicitily confirms the teachings of it egalitarian. If then there is injustice against women, it is solely due to interpretation of the text which tends to legitimize the oppression of women. The bias interpretation coloring the horizon of thought of Islam strongly as an example in boarding schools. Pesantren with Kyai and Nyai as a transformer primary, has a role that is significant in the muffle injustice and inequality against the existence of women. KH. Husein Muhammad is one of the leaders of the schools are always persistent inreal action and serious ijtihad;reinterpret the texts of religion. With his efforts were consistently mentioned , it is worth in the known as Kyai feminists who fight for the equality of men and women , without releasing his footing on the texts of classics religious.Thus, through his actions and ijtihad, Islam has emerged as a woman- friendly religion.
Strategi Pendidikan Dan Dakwah Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 4 No. 2 (2020): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesultanan Banjar telah berdiri dengan Islam sebagai agama resminya sejak abad ke-15, namunpemeluk Islam hanyalah minoritas di tengah di kalangan penduduk.Mereka hanyalah terbatas orang-orang Melayu Islam dan belum mampu masuk secara cepat ke kalangan suku Dayak. Pun di kalangan kaum Melayu kepatuhan hanya terbatas pada pengucapan syahadat belaka. Tidak ada usaha yang serius dari para penguasa pada saat itu untuk memajukan kehidupan Islam. Namun ternyata mereka telah menggunakan tulisan Arab dalam berkorespondensi dengan penguasa-penguasa lain di Nusantara, pun juga dengan Inggris dan Belanda. Usaha-usaha yang intens hanya di lakukan oleh para da’i keliling dalam melakukan islamisasi di wilayah ini, namun mengalami kemajuan yang sedikit. Adalah seorang ulama yang paling terkenal dari tanah Borneo yang berusaha melancarkan islamisasi secara kuat yaitu Muhammmad Arsyad al- Banjari. Syekh keturunan Alawiyyin ini adalah tipikal seorang ulama yang berhasil ‘mengislamkan’ masyarakat Banjar dengan gigih sehingga Islam mampu menjadi agama mayoritas di tanah Borneo tersebut. Salah kecermelangan strategi dakwahnya adalah dengan selalu menggandeng tangan penguasa dalam menghidupkan Islam di hati masyarakat. The Sultanate of Banjar has stood with Islam as its official religion since the 15th century, but Muslims are only a minority in the middle among the population. They are only limited to Muslim Malays and have not been able to quickly enter the Dayak tribe. Even among the Malays, obedience is limited to the recitation of the shahada. There was no serious attempt by the rulers at that time to advance the life of Islam. However, it turned out that they had used Arabic script in their correspondence with other rulers in the archipelago, also with England and the Netherlands. There are only intense efforts made by itinerant da'is in carrying out the Islamization of the region, but there has been little progress. Is the most famous scholar from the land of Borneo who tried to carry out a strong Islamization, namely Muhammmad Arsyad al-Banjari. This Shaykh of Alawiyyin descent is a typical scholar who has succeeded in 'Islamizing' the Banjar people so persistently so that Islam is able to become the majority religion in the land of Borneo. One of the cleverness of his preaching strategy is to always take the hands of the authorities in reviving Islam in the hearts of the people.
Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia (Studi tentang Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam: Pesantren dan Madrasah) ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 1 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembaharuan pendidikan Islam adalah topik yang selalu hangat untuk diperbincangkan. Adalah pesantren yang merupakan representasi bentuk institusi pendidikan Islam pertama dan khas Nusantara dan juga madrasah sebagai metamorfosa pendidikan Islamdan tumbuh dari benih pesantren dengan mengadopsi bentuk pengkajian formal untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan dinamika zaman.Gaung pembaharuan Islam yang dibawa oleh para reformis yang berinteraksi dengan khazanah keilmuan dari Timur Tengah dan juga sebagai bentuk ‘tandingan’ terhadap modernisasi pendidikan yang dibawa oleh penjajah Belanda, menimbulkan sikap yang beragam dari institusi Islam tertua yakni pesantren. Ada yang dengan tegas menolak dengan tetap mempertahankan ciri khasnya yang awal mula, dan banyak pula yang mengakomodasi bentuk- bentuk pembaharuan ke dalam sistem pendidikan di pesantrennya dengan tetap berpijak pada pijakan dasarnya yakni khazanah keilmuan klasik. Bentuk- bentuk pembaharuan pada pesantren dan madrasah dapat dilihat dalam modernisasi kurikulum pendidikan pesantren dan madrasah serta rekonstruksi pada manajerial/ pengaturan pesantren dan madrasah. Pada kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa gagasan pembaharuan da modernisasi merupakan bagian inheren dari perkembangan madrasah saat itu dan hingga saat ini. Pembaharuan pendidikan Islam di pesantren dan madrasah adalah salah satu perwujudan hasrat umat Islam untuk melangkah pada dunia baru yang disebut dengan alam modern dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran di dalam Islam. The renewal of Islamic education is a topic that is always hot to discuss. A boarding school that represent the shape of the first Islamic educational institutions and typical of the archipelago and also madrassas as a metamorfos study of Islam and grow from seed boarding adopts a formal assessment to address the society and the dynamics of the times . The echoes of Islamic renewal brought by reformers who interacted with scientific treasures from the Middle East and also as a form of 'counterpoint' to the modernization of education brought by the Dutch colonialists, gave rise to diverse attitudes from the oldest Islamic institution, namely the pesantren. There are those who resolutely refuse while maintaining their initial characteristics of Nusantara, and there are also many who accommodate reforms into the education system in their pesantren while remaining based on their basic foundation, namely the treasures of classical scholarship. Forms the shape of renewal on pesantren and madrasah legitimately can be seen in the modernization of curriculum education Islamic schools and rekonstruk the at managerial / settings Islamic schools. In conclusion, it can be said that the idea of renewal and modernitation is inheren part of development madrasah then and until today. Renewal of Islamic education in schools and madrasah legitimate is one manifestation of the desire of Muslims to step into a new world called nature modern to stay true to the values of truth in Islam.
Memotret Masa Keemasan Peradaban dan Pendidikan Tiga Kerajaan Besar Islam ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The complete portrait of Islamic civilization in the world of education in the medieval period can be seen from the history of the three great dynasties, namely the Ottoman Turks, Safavids in Persia (Iran) and Moghuls in India. The three dynasties contributed significantly to the development of science in different portions. If at first in Ottoman Turkey only focused on military education and religious knowledge, then in the next leadership period general sciences were also used as study material in madrasas. It was different with the Safavid dynasty in Persia which tried to revive the passion of the century of scientific progress during the Abbasid period. During this Safavid period, quite a number of prominent scientists such as Baharuddin Syaerasi and others were born. Unlike the two previous dynasties, the achievement of scientific development in the Mughol Dynasty was represented by a historian during the Aurangzeb period, namely Abu Fadl with his work Aini Akhbari containing the history of the Mughal empire based on its leadership. Potret utuh peradaban Islam dalam dunia pendidikan pada periode pertengahan dapat dilihat dari sejarah tiga dinasti besar yakni Turki Usmani, Safawiyah di Persia (Iran) dan Mughal di India. Ketiga dinasti tersebut memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dengan porsi yang berbeda. Jika pada mulanya di Turki Usmani hanya memfokuskan pendidikan pada ranah militer dan ilmu agama saja, maka pada periode kepemimpinan selanjutnya ilmu-ilmu umum juga dijadikan bahan pengkajian di madrasah-madrasah. Lain halnya dengan dinasti Safawiyah di Persia yang berusaha membangkitkan kembali gairah abad kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah. Pada masa safawiyah ini cukup banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan terkemuka seperti Baharuddin Syaerasi dan lainnya. Berbeda dengan dua dinasti sebelumnya, pencapaian perkembangan ilmu pengetahuan di Dinasti Mughal diwakili oleh seorang sejarawan pada masa Aurangzeb yakni Abu Fadl dengan karyanya Aini Akhbari berisi tentang sejarah kerajaan Mughal berdasarkan pimpinannya.
Islamisasi Nusantara (Studi tentang Asal Muasal, Aktor Pendakwah, dan Media/ Sarana Dakwah Islamisasi Nusantara) ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 6 No. 1 (2022): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam Nusantara is something that remains relevant to be discussed, apart from its uniqueness as well as the process of entering and developing Islam itself into the Nusantara through a unique and different process from the spread of Islam in other parts of the world which is often colored by confrontation and disintegration. If summarized, the development of Islam in the Nusantara can be seen from three kinds of discussion points of view. First, a discussion of the theories on the origin of the entry of Islam into the Nusantara, secondly about the actors of preaching or carriers of Islam to the Nusantara, and third about the means or media/channels of da'wah used by the actors who spread Islam to the Nusantara. There are various theories that look at the origins of Islam that spread in the Nusantara, such as Gujarat theory, Bengali theory, Persian theory, and others, as well as discussing the Islamization of the Nusantara theory in a local historiographical perspective which may have often escaped serious discussion and study. . Discussing about the actors of Islamic preachers itself certainly cannot be separated from the vital role of the ulama in the Nusantara, especially the Wali Songo as early pioneers who at the same time played many roles, as traders, pioneers of educational institutions, and even an accomplished diplomat and negotiator. The success of their da'wah also cannot be separated from their skill in choosing means of da'wah that can be accepted by all levels of the population in the Nusantara, which at that time already had a solid religion, belief and local culture. Islam Nusantara merupakan sesuatu yang tetap relevan untuk diperbincangkan, selain karena keunikannya juga karena proses masuk dan perkembangan Islam itu sendiri ke bumi Nusantara melalui proses yang unik serta berbeda dengan penyebaran Islam di belahan bumi lain yang kerap kali diwarnai konfrontasi dan disintegrasi. Jika diringkaskan, perkembangan Islam di Nusantara dapat ditilik dari tiga macam sudut pandang pembahasan. Pertama, pembahasan tentang teori- teori asal muasal masuknya Islam ke wilayah Nusantara, kedua tentang aktor pendakwah atau pembawa Islam ke wilayah Nusantara, dan ketiga tentang sarana atau media/ kanal dakwah yang dipergunakan para aktor penyebar Islam tersebut ke bumi Nusantara. Ada berbagai teori yang menilik tentang asal- muasal Islam yang menyebar di Nusantara, seperti teori Gujarat, teori Bengali, teori Persia, lainnya, serta sebagai pembanding dibahas teori Islamisasi Nusantara dalam persepektif historiografi lokal yang mungkin selama ini seringkali luput dari bahasan dan pengkajian yang serius. Membahas tentang aktor- aktor pendakwah Islam itu sendiri tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran vital para ulama di Nusantara, utamanya para Wali Songo sebagai perintis awal yang sekaligus memainkan banyak peran, sebagai pedagang, perintis lembaga pendidikan, dan bahkan seorang diplomat dan negosiator yang ulung. Keberhasilan dakwah mereka juga tak dapat dilepaskan dari kelihainnya dalam memilih sarana dakwah yang dapat diterima seluruh lapisan penduduk di Nusantara yang kala itu telah mempunyai agama, kepercayaan dan kebudayaan lokal yang kokoh.
Sejarah Perkembangan dan Peran Perpustakaan Baitul Hikmah Pada Masa Kejayaan Bani Abbasiyah (Reaktualisasi Model Bayt al Hikmah untuk Kemajuan Bangsa) ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 01 (2023): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam highly upholds the values of science, as evidenced by Allah's command to his messenger the prophet Muammad SAW. Is to read. Reading, studying and producing new knowledge was a common activity since the early arrival of Islam until the establishment of Islamic dynasties led by caliphs who also loved science. Bayt al Hikmah is a model of library and knowledge laboratory that implemented modern management that passed its time at that time, not only as a place to store thousands of books, but also to print several Muslim scientists with new discoveries that have been beneficial to life to this day. This research is a library that uses a historical approach, tracing the traces of the success of an Islamic empire in producing a library institution that is ideal and multifunctional and how important its role is for the existence of a civilization. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan, terbukti perintah Allah kepada utusannya nabi Muammad SAW. Adalah untuk membaca. Membaca, mengkaji dan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru adalah aktivitas yang lumrah pada sejak awal kedatangan Islam hingga berdirinya dinasti-dinasti Islam yang dipimpin oleh beberapa khalifah yang juga mencintai ilmu pengetahuan. Bayt al Hikmah adalah salah satu model perpustakaan dan laboratorium pengetahuan yang menerapkan pengelolaan modern yang melewati masanya pada saat itu, tidak hanya sebatas penampung ribuan buku, namun juga mencetak beberapa ilmuwan muslim dengan penemuan-penemuan baru yang hingga kini bermanfaat untuk kehidupan.Penelitian ini adalah pustaka yang menggunakan pendekatan historis, menelusuri jejak-jejak keberhasilan sebuah imperium Islam mengasilkan sebuah lembaga perpustakaan yang menjadi tipikal ideal dan multifungsionalserta bagaimana peran pentingnya bagi eksistensi sebuah
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI ZAMA HOMEWEAR MALANG Aziz Kusumawan, Sholihatta; ., Fathorrahman; Pradiani, Theresia
Jurnal Ilmiah Riset Aplikasi Manajemen Vol 2 No 3 (2024): JURNAL ILMIAH RISET APLIKASI MANAJEMEN
Publisher : PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS ASIA MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32815/jiram.v2i3.74

Abstract

Tren pertumbuhan jumlah UMKM membuat persaingan di dunia bisnis menjadi semakin kompetitif. Kemudian kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda menambah dinamika di dunia bisnis menjadi semakin sulit. Zama Homewear adalah salah satu UMKM yang memproduksi daster bordir khas Malang. Selama 4 tahun berdiri terdapat trend konsumen yang membeli ulang produk Zama Homewear. Trend tersebut memiliki dampak langsung pada kinerja perusahaan, baik meningkatkan penjualan maupun mengoptimalkan anggaran akuisisi pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga dan kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan sebagai variabel intervening. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskripsi. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dengan kriteria individu yang telah membeli produk Zama Homewear minimal 2 kali selama 12 bulan terakhir. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner). Hasil penelitian menunjukkan 1) terdapat pengaruh langsung harga terhadap kepuasan pelanggan, 2) terdapat pengaruh langsung kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan walaupun tidak signifikan, 3) terdapat pengaruh langsung signifikan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan, 4) terdapat pengaruh langsung harga terhadap loyalitas pelanggan, 5) terdapat pengaruh langsung kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan, 6) terdapat pengaruh tidak langsung harga terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan sebagai variabel intervening, 7) terdapat pengaruh tidak langsung tidak signifikan kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan sebagai variabel intervening.
Sejarah Perkembangan dan Peran Perpustakaan Baitul Hikmah Pada Masa Kejayaan Bani Abbasiyah (Reaktualisasi Model Bayt al Hikmah untuk Kemajuan Bangsa) ., Fathorrahman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 01 (2023): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam highly upholds the values of science, as evidenced by Allah's command to his messenger the prophet Muammad SAW. Is to read. Reading, studying and producing new knowledge was a common activity since the early arrival of Islam until the establishment of Islamic dynasties led by caliphs who also loved science. Bayt al Hikmah is a model of library and knowledge laboratory that implemented modern management that passed its time at that time, not only as a place to store thousands of books, but also to print several Muslim scientists with new discoveries that have been beneficial to life to this day. This research is a library that uses a historical approach, tracing the traces of the success of an Islamic empire in producing a library institution that is ideal and multifunctional and how important its role is for the existence of a civilization. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan, terbukti perintah Allah kepada utusannya nabi Muammad SAW. Adalah untuk membaca. Membaca, mengkaji dan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru adalah aktivitas yang lumrah pada sejak awal kedatangan Islam hingga berdirinya dinasti-dinasti Islam yang dipimpin oleh beberapa khalifah yang juga mencintai ilmu pengetahuan. Bayt al Hikmah adalah salah satu model perpustakaan dan laboratorium pengetahuan yang menerapkan pengelolaan modern yang melewati masanya pada saat itu, tidak hanya sebatas penampung ribuan buku, namun juga mencetak beberapa ilmuwan muslim dengan penemuan-penemuan baru yang hingga kini bermanfaat untuk kehidupan.Penelitian ini adalah pustaka yang menggunakan pendekatan historis, menelusuri jejak-jejak keberhasilan sebuah imperium Islam mengasilkan sebuah lembaga perpustakaan yang menjadi tipikal ideal dan multifungsionalserta bagaimana peran pentingnya bagi eksistensi sebuah