Salah satu jenis penyakit kulit yaitu skabies atau sering dikenal dengan sebutan kudis, kuple, budug atau gudig pada masyarakat awam. Fenomena penyakit skabies terutama terjadi pada santri baru yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan pesantren, karena santri yang kurang memahami kehidupan pesantren akan membuat santri tersebut lepas dari kesehatan, mandi bersama, berganti pakaian dan menggunakan handuk bersama. Hal ini dapat menyebabkan infeksi luka yang dapat menularkan penyakit skabies. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran arti dan makna stigma gudik di lingkungan pondok pesantren. Metodologi dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik focus group discusion dengan wawancara mendalam pada seluruh partisipan yang terlibat dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menghasilkan 4 tema yaitu berkah spiritual, memanfaatkan sumber daya, sikap dan perilaku sosial, dan menjadi beban. Hasil penelitian dan kajian analisis menyimpulkan bahwa ada pola persepsi dalam kehidupan informan di masyarakat dalam menyikapi penyakit skabies yang terdapat di lingkungan pesantren. Pola persepsi tersebut menjadi dasar perilaku informan sepanjang kehidupannya. Penyakit skabies yang muncul akibat dari berkah spiritual yang didapat oleh santri berdasar pemahaman yang diyakininya. Adapun dalam mengatasi penyakit skabies dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dari medis maupun nonmedis baik yang berasal dari sumber hewani maupun nabati. Penyakit skabies membawa dampak di kehidupan sehari-hari sehingga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sosial, hal ini mengakibatkan informan merasa bahwa penyakit skabies tidak hanya menyerang secara fisik melainkan juga secara psikologis sehingga menjadi beban bagi informan, keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.