Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMBUATAN EFEKTIF MIKROORGANISME (EM) BERBASIS BUAH‐BUAHAN DAN SAYUR‐SAYURAN DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU Mangihot Tua Goeltom; Kenny Jonathan; Tjandra Pantjajani
CALYPTRA Vol. 12 No. 1 (2023): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (November)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract—Tofu liquid waste consists of proteins, carbohydrates, fats, H2S, CO2, CH4 and NH3 which endanger the life of aquatic biota. Tofu liquid waste has high BOD, COD, and ammonia and acidic pH exceeding standards. The high content of BOD and COD causes organisms to die due to lack of oxygen. Tofu waste processing can be done by adding microorganisms to degrade organic matter so that standards can be met. Microorganisms that are able to degrade tofu liquid waste belong to lactic acid bacteria and are found in fruits and vegetables. Microorganisms created inmixed cultures containing various kinds of microorganisms are called effective microorganisms (EM). EM is made by mixing fruits and vegetables with sugar and coconut water which are fermented for 8 days. EM was mixed with waste at volume of 10 ml, 15 ml, 20 ml, 25 ml and incubated for 5 days. Parameters such as BOD, COD, ammonia, and pH were measured before and after incubation for 5 days. The number of coliform was also counted before and after incubation with TPC method. The results showed that addition volume of 25 ml of EM was the best because it lowered the value of BOD, ammonia, pH by 60.44%; 94.939%; 1.13% but increased the COD value by 1.13%. Keywords: tofu liquid waste, effective microorganism, quality standard Abstrak—Limbah cair tahu terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, H2S, CO2, CH4 dan NH3 yang membahayakan kehidupan biota perairan. Limbah cair tahu memiliki nilai BOD, COD, dan amonia yang tinggi dan pH asam melebihi standar baku mutu. Kandungan BOD dan COD yang tinggi mengakibatkan kematian organisme karena kekurangan oksigen Pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik agar standar baku mutu dapat terpenuhi. Mikroorganisme yang mampu mendegradasi limbah cair tahu tergolong dalam bakteri asam laktat dan berada di buah‐buahan dan sayur‐sayuran. Mikroorganisme dibuat dalam kultur campuran berisi berbagai macam mikroorganisme yang disebut efektif mikroorganisme (EM). EM dibuat dengan mencampurkan buah dan sayur dengan gula pasir dan air kelapa dimana selanjutnya difermentasi selama 8 hari. EM dicampurkan dengan limbah pada volume 10 ml, 15 ml, 20 ml, 25 ml dan diinkubasi selama 5 hari. Parameter berupa BOD, COD, amonia, dan pH diukur sebelum diinkubasi dan setelah diinkubasi setelah 5 hari. Jumlah bakteri yang tumbuh juga dihitung sebelum dan sesudah inkubasi dengan metode ALT. Hasil menunjukkan bahwa volume penambahan EM 25 ml adalah yang terbaik karena menurunkan nilai BOD, amonia, pH sebesar 60.44 % ; 94.939 % ; 1.13 % namun meningkatkan nilai COD sebesar 1.13 %. Kata kunci: limbah cair tahu, efektif mikroorganisme, baku mutu
Studi Literatur: Aplikasi dan Fungsi Porang (Amorphophallus Oncophyllus) dalam Frozen Yoghurt Novia Fadhilah Zain; Tjandra Pantjajani; Theresia Desy Askitosari
Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 2 (2021): Keluwih: Jurnal Sains dan Teknologi (August)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/saintek.v2i2.4635

Abstract

Abstract — Frozen yoghurt is a frozen desserts made with yoghurt and quite similar to ice cream but low in calorie, which cointains milk, sweetener, stabilizers, emulsifier, and lactic acid bacteria (LAB) cultures through combination of process freezing and agitation. The optimal pH about 5.5 on LAB growth and the use of different strains of LAB culture or LAB mixed cultures that can maintain the viability of LAB during processing and freezing storage of frozen yoghurt. The use of LAB mixed cultures could improve viscos ity and overrun of frozen yogurt. The viability of the LAB cultures remained above minimal limit of 107CFU/g in frozen yogurt due to the viability of LAB decrease significantly during processing and freezing storage , high viable survival rate during delivery through the gastrointestinal tract higher than 106CFU/g. The issues that often arise relates to frozen yogurt processing are a grainy texture, faster melting rate and the low viscosity and overrun value. Addition of porang flour in frozen Yogurt as stabilizer and emulsifier that has an extremely high water-holding capacity, which is able to bind water 200 times its molecular weight due to its high solubility, porang glucomannan gel formed in freezing process which can improve the quality of organoleptic having the better consistency and texture of frozen yoghurt. The use of different concentration of porang flour which can have different result in the final gel formed, have complex effects on viscosity, overrun, melting rate, pH, titratable acidity (TA), total LAB and decrease the ability proteolysis of LAB in frozen yoghurt. Keywords: frozen yoghurt, porang, viability Abstrak— Frozen yoghurt merupakan jenis dari makanan penutup seperti es krim yang dibuat menggunakan yoghurt sebagai bahan utama yang terdiri dari susu, bahan pemanis, stabilisator, pengemulsi, dan kultur BAL melalui kombinasi proses pembekuan dan agitasi. pH optimal diantara 5.5 mendukung pertumbuhan BAL dengan baik dan penggunaan kultur BAL strain yang berbeda maupun kultur BAL kombinasi dalam upaya mempertahankan viabilitas BAL selama proses pembuatan dan pembekuan frozen yoghurt. Penggunaan kultur BAL kombinasi juga meningkatkan viskositas dan overrun frozen yoghurt. Persyaratan jumlah BAL minimal 107CFU/g dalam pembuatan frozen yoghurt karena adanya penurunan viabilitas BAL selama produksi berlangsung dan penyimpanan beku frozen yoghurt, serta syarat jumlah bakteri hidup yang sampai di saluran pencernaan harus lebih dari 106CFU/g. Permasalahan yang sering timbul pada proses pembuatan frozen yoghurt adalah tekstur yang tidak lembut, viskositas yang rendah, kecepatan meleleh yang cepat, dan overrun rendah. Adanya penambahan tepung porang dalam frozen yoghurt sekaligus sebagai stabilisator dan pengemulsi yang mengikat molekul air dalam jumlah besar, yakni hingga 200 kali lipat berat molekulnya karena kelarutannya yang tinggi, sehingga membentuk gel porang glukomannan pada saat pembekuan yang dapat meningkatkan mutu organoleptik dengan memiliki tekstur yang lebih baik pada frozen yoghurt. Penggunaan konsentrasi tepung porang yang berbeda, pembentukan gel yang dihasilkan juga berbeda dan terdapat pengaruh terhadap viskositas, overrun, kecepatan meleleh, pH, asam tertitrasi, total BAL dan menurunkan kemampuan proteolisis BAL pada frozen yoghurt. Kata kunci: frozen yoghurt, porang, viabilitas
The Isoflavone Contents of Devon 1 Soybeans during Fermentation and Processing into Soybean-Tempeh Steamed Buns Amanda Villelie Sudarmin; Christina Mumpuni Erawati; Tjandra Pantjajani; Stephanie Belinda Wijaya; Pandu Salim Hanafi; Mariana Wahjudi
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 7 No. 1 (2025): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December) - In Progress
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract—The soybean Devon 1 variety is a superior variety developed in Indonesia. The isoflavone content makes this soybean a top choice for a functional food. However, fermenting soybeans into tempeh and processing them into other products can affect the final isoflavone content. The objective of this study was to analyze the total isoflavone and its derivatives content in Devon 1 soybeans, soybean tempeh, soybean tempeh flour, and buns made from tempeh flour. The content of each isoflavone type was determined by high-performance liquid chromatography at λ249 and λ260 nm wavelengths. The buns were made from tempeh flour with variations of tempeh flour substitution of 0, 10, 20, and 30%. The results showed that the fermentation of Devon 1 soybeans and further processing of tempeh significantly altered the isoflavone components and content. The concentrations of daidzin and genistin in tempeh were decreased, while daidzein and genistein were increased. Further processing of tempeh into flour increased all isoflavone levels significantly, which might be caused by the isoflavone transformation during drying and enzymatic activity. Substitution of wheat flour with soybean tempeh flour increased these four isoflavones content of the buns. Therefore, tempeh flour made from Devon 1 soybeans has the potential to be used as a functional food ingredient rich in bioactive compounds that promote health. Keywords: flour, heat, isoflavone aglycones, isoflavone glycoside, soybean tempeh Abstrak—Kedelai varietas Devon 1 merupakan varietas unggul yang dikembangkan di Indonesia. Kandungan isoflavonnya menjadikan kedelai ini sebagai pilihan utama untuk pembuatan pangan fungsional. Namun, proses fermentasi kedelai menjadi tempe, serta pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk turunan dapat memengaruhi kandungan akhir isoflavonnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kandungan total isoflavon dan turunannya pada kedelai Devon 1, tempe kedelai, tepung tempe kedelai, serta bakpao yang dibuat dari tepung tempe. Kandungan masing-masing jenis isoflavon diuji menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi pada panjang gelombang λ249 dan λ260 nm. Adapun bakpao dibuat dari tepung tempe dengan variasi substitusi tepung tempe sebesar 0, 10, 20, dan 30%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi kedelai Devon 1 dan pengolahan tempe lebih lanjut secara signifikan mengubah komponen dan kandungan isoflavon. Kandungan daidzin dan genistin dalam tempe menurun, sedangkan kandungan daidzein dan genisteinnya mengalami peningkatan. Pengolahan tempe menjadi tepung lebih lanjut meningkatkan seluruh kandungan isoflavon secara signifikan, yang kemungkinan disebabkan oleh transformasi isoflavon selama proses pengeringan dan aktivitas enzimatis. Substitusi tepung terigu dengan tepung tempe meningkatkan kandungan keempat jenis isoflavon pada bakpao. Dengan demikian, tepung tempe kedelai Devon 1 berpotensi digunakan sebagai bahan pangan fungsional yang kaya akan senyawa bioaktif untuk menunjang kesehatan. Kata kunci: aglikon isoflavon, glikosida isoflavon, pemanasan, tempe kedelai, tepung