Digarizki, Iftahul
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Ayat-Ayat Perdamaian dalam Tafsir Al-Azhar Perspektif Teori Double Movement Fazlurrahman Digarizki, Iftahul
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol 10 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr
Publisher : Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Mahasiswa UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/jimrf.v10i1.4638

Abstract

Religion is often used as an excuse for the emergence of conflicts, but is every conflict that occurs really on the pretext of religion? In the last few decades, conflicts on the pretext of religion have “broken” in several parts of Indonesia. In addition, religion is full of equal values ​​and norms with the term “peace”. Hamka is a religious figure, humanist, and writer whose most of his writings are dedicated to improving the moral aspects of human beings. In this study, the author uses the theory of double movement to analyze Hamka's intention in explaining QS. Al-Hujurat [49]:9-10. In collecting of data, the author uses a library research approach. The results of this study are from the first step of reconstructing Hamka's interpretation by taking the moral ideals contained in QS. al-Hujurat :9-10 namely Justice, tolerance, mutual help, interrelationship deliberation, and the spirit of humanity. From these values ​​the author develops them into two forms, first, “inward movement” as a logical consequence of self-defense from immaturity in taking a stance that triggers division. Second, the “outward movement” is the impact of the depth of science and spirituality so that it can be a "medicine for the soul" in social life, especially in this era of technological progress.
Epistemologi Thomas S. Kuhn: Kajian Teori Pergeseran Paradigma dan Revolusi Ilmiah Digarizki, Iftahul; Anang, Arif Al
Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan Vol 7 No 1 (2020): Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/jhm.v7i1.3285

Abstract

Ketika sebuah ilmu tidak perlu dikritik, ketika kemapanan ilmu menjadi hal yang sakral, dan ketika  sebuah paradigma menindih dan menyelimuti semua paradigma lainnya. Kuhn berangkat dari kritik terhadap paradigma yang dianggap absolut seolah paradigma tersebut menjadi primadona diantara paradigma lainnya. Dari problem tersebut lahirlah apa yang disebut Paradigm Shift dan Revolution Scientific. Tulisan ini melihat epistemologi pemikiran Kuhn terkait revolusi saintifiknya dengan metode deskriptif-analitis. Kuhn mengatakan pada fase normal science, paradigma yang sakral tidak dilihat secara kritis. paradigma tersebut diterima begitu saja tanpa kritik. Kemudian pada satu titik muncullah anomali yakni ketika paradigma lama tidak mampu untuk menjawab tantangan zaman yang terus mengalir deras dan masuk pada fase krisis. Pada fase krisis, paradigma lama bertarung dengan paradigma baru dan saling menjatuhkan. Kuhn melihat objektivitas keilmuan dalam perkembangan pengetahuan sebagai sesuatu yang tidak bisa bersifat tunggal (komulatif). Dengan demikian, sebenarnya tidak terdapat ilmu yang benar-benar bertahan terus-menerus dan menjadi absolut/abadi disebabkan sebuah paradigma pasti berada karena tuntutan dari dinamika sosial tertentu.