Infeksi intra abdomen adalah penyebab kedua tersering dari sepsis dan kematian akibat infeksi pada pasien-pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Faktor kunci yang menentukan keberhasilan terapi pada infeksi intra-abdomen adalah diagnosis segera, source control yang adekuat dan pemberian antibiotik yang tepat. Resusitasi yang adekuat dengan pemberian obat vasopresor dini bila pasien mengalami syok sepsis merupakan tindakan yang sangat penting. Pemberian antibiotik empiris untuk kasus sepsis maupun syok sepsis akibat infeksi intraabdomen complicated dapat mengikuti panduan The Infection Diseases Society of America (IDSA) atau panduan antibiotik di Indonesia. Perawatan pasca operasi di ICU harus dilakukan dengan optimal, diantaranya dengan memberikan dukungan ventilasi mekanik dan terapi cairan yang tepat. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan dan mendokumentasikan keberhasilan tatalaksana penanganan perforasi difus dengan komplikasi sepsis yang disebabkan oleh perforasi duodenum, di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta pada bulan Agustus 2020. Metode yang digunakan adalah laporan kasus dengan pendekatan retrospektif kemudian dianalisis secara deskriptif. Pasien dirawat 2 hari dengan ventilasi mekanik dan pindah ruangan setelah 3 hari dirawat di ruang perawatan intensif. Dapat disimpulkan bahwa angka mortalitas sepsis akibat perforasi difus masih tinggi disebabkan komplikasi dan kebutuhan pengelolaan kondisi kritis di ruang perawatan intensif dalam jangka waktu panjang.