Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Proses Pembelajaran Memasak bagi Disabilitas Netra di SMPLB-A YPAB sebelum Pandemi Muhaidhori, Mohamad Ali; Umi Sa'adah; Desutandry Nasofti Martha; Hersiwi Kustndyah; Saraswati Ayu Indhiraswari
SPECIAL: Special and Inclusive Education Journal Vol 2 No 1 (2021): Special and Inclusive Education Journal (SPECIAL)
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/special.vol2.no1.a3342

Abstract

Kemandirian disabilitas netra dalam beraktivitas di kehidupan sehari – hari sangat penting diajarkan. Sebagai kerjasama YPAB dengan Universitas Petra, Mata Kuliah Service Learning Desain Inklusif memfasilitasi kegiatan tatap muka ini pada tahun 2018, atau sebelum pandemi Covid-19. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan metode belajar memasak yang efektif dalam desain dapur yang ramah bagi disabilitas netra. Metodenya ialah dengan desain partisipatif bersama disabilitas netra dan mengajar mikro untuk memasak bagi disabilitas netra. Kegiatan ini menghasilkan desain dapur yang aman, mudah ditemukan dan mudah dibersihkan bagi disabilitas netra. Kegiatan belajar memasak juga harus disesuaikan dengan jenis masakan rumah siswa disabilitas netra dan kemampuan memasak yang dikuasai. Kegiatan ini seharusnya dapat direplikasi pada masa pandemi Covid-19 dengan penggunaan game yang bermain peran dan juga media online seperti Youtube.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Mental Wanita Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo di Surabaya Saraswati Ayu Indhiraswari
eDimensi Arsitektur Petra Vol 4, No 2 (2016): Juli 2016
Publisher : eDimensi Arsitektur Petra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka pravelensi Gangguan Mental dan Emosional (GME) di Indonesia Timur tergolong tinggi. RSUD Dr Soetomo Surabaya merupakan tumah sakit pusat rujukan Indonesia Timur. Meski telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan mental, perbedaan zona pria dan wanita kurang jelas sehingga menimbulkan bias. Wanita lebih mudah terserang penyakit mental. Diharapkan dengan adanya fasilitas ini, wanita penderita GME dapat sembuh, memiliki kesempatan untuk memahami dirinya, dan mengembangkan diri sehingga wanita dengan GME dapat diterima kembali di masyarakat. Dengan harapan mengkaburkan stigma di masyarakat mengenai penderita GME. Fasilitas harus mampu memberikan rasa aman bagi penderita GME karena seringkali penderita GME di kucilkan dan dipandang sebelah mata.