Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Faktor Risiko Pascanatal Terhadap Kejadian Stunting Baduta Usia 6 – 18 Bulan di Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Titik - Istiningsih
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 8 No 1 (2021): Mei
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v8i1.254

Abstract

ABSTRAK Permasalahan gizi merupakan masalah utama di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kekurangan gizi kronis merupakan penyebab utama perawakan pendek (stunting). Tingginya angka prevalensi stunting Kabupaten Kapuas yaitu 42% yang melebihi dari standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20% yang artinya stunting balita di Kabupaten Kapuas saat ini masih di atas batas toleransi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko pascanatal yang memengaruhi kejadian stunting baduta usia 6-18 bulan di wilayah puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan desain Cross sectional, dengan jumlah sampel penelitian 136 orang ibu yang memiliki Baduta berusia 6-18 bulan di wilayah kerja puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas yang diambil secara consecutive sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran panjang badan untuk data kejadian stunting, wawancara untuk data Status pemberian ASI ekslusif, riwayat penyakit ISPA, riwayat diare, riwayat berat badan lahir, dan riwayat kunjungan posyandu, serta survey konsumsi dengan metode food frequency questionnaires untuk data riwayat asupan energi dan protein, kemudian data diolah dan dianalisis secara deskriptif analitik menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda Hasil penelitian di tempat penelitian menunjukkan prevalensi kejadian stunting sebesar 40,4 %. Faktor yang terbukti berhubungan dengan stunting diantaranya riwayat pemberian ASI ekslusif nilai p = 0,047, asupan energi nilai p = <0,001, riwayat Diare nilai p= 0,048, kunjungan ibu baduta ke posyandu nilai p = 0,006. Sedangkan faktor yang tidak terbukti berhubungan dengan stunting adalah asupan protein nilai p = 0,394, riwayat penyakit ISPA nilai p = 0,809, riwayat BBLR nilai p = 0,351. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah Tingkat Asupan Energi dengan OR 15,990 (IK 6,387 – 40,035) dengan nilai p = 0,000 dan Riwayat Diare OR 3,130 (1,278 – 7,665) dengan nilai p = 0,013. Tingkat asupan energi merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan stunting. Peningkatan pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan pendamping ASI dengan menu gizi seimbang serta kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk mencegah stunting.
Faktor Risiko Maternal Terhadap Kejadian Stunting Balita Usia 12 – 24 Bulan Di Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah Titik Istiningsih; Riyanti Riyanti
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 7 (2022): Volume 4 Nomor 7 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.787 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i7.6673

Abstract

ABSTRACTStunting is a condition when a child’s height is not in accordance with his/her age due to the lack of nutritional intake during pregnancy and early life. The incidence of stunting in Indonesia is high. Based on data from the Indonesian Toddler Nutrition Status Survey (SSGBI) in 2019, the percentage of stunted toddlers in Indonesia is 27.67% and still above the WHO target of 20%. “The risk needs to be aware because it will affect children’s growth directly both now or in the long term. Children who are in stunting condition will have neurodevelopmental disorders. This research aims to know the Maternal risk factors relatedto the incidence of stunting and the correlation between each variable (mother's height,body mass index, mothers’ occupational status and Antenatal Care (ANC) status) and the incidence of stunting for toddlers aged 12-24 months. This research used analytical observational method with cross sectional design. The total sample was 136 mothers who had toddlers aged 12-24 months in the area of Mantangai Public Health Center, Kapuas Regency, taken by consecutive sampling. The data was analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi-square and multivariate analysis using multiple logistic regressiontest. The results showed the majority of respondents had normal height (75.7%), normalbody mass index (61.8%), mother’s status of jobless (82.4%), complete ANC status (87.5 %)The prevalence of stunting was 30.9%. The result of Chi Squared Status test of mothers’ occupational status with stunting incidence was p=0,007. Mother's height status with stuntingincidence was p = 0.224, maternal BMI status with stunting incidence was p = 0.719, andmaternal ANC status with stunting incidence was p = 0.207. Multivariate analysis showed mothers’ occupational status with stunting incidence was OR 0,285 (0,113-0,721) and p-value 0,008, then Antenatal Care status with stunting incidence was OR = 2,670 (1,093 – 6,526) and p-value 0,031. Mothers’ occupational status and ANC status have an influence on the incidence of stunting for toddlers aged 12-24 months at the Mantangai Public Health Center, Kapuas Regency, Central Kalimantan. Keywords: Risk, Maternal, Stunting, Toddler ABSTRAK Stunting merupakan kondisi  tinggi  badan seorang anak yang tidak  sesuai dengan  usianya  disebabkan  kekurangan  asupan gizi   pada   saat   dalam   kandungan   dan   awal kehidupan.  Angka kejadian stunting di Indonesia tergolong tinggi. Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 angka stunting di Indonesia yaitu 27,67 persen dan masih di atas angka yang ditargetkan WHO yaitu 20 persen. Risiko perlu diwaspadai karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung baik sekarang maupun dalam jangka panjang. Anak yang mengalami stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui faktor risiko Maternal yang berhubungan dengan kejadian stunting dan hubungan antara masing-masing variabel (Tinggi badan ibu, Indek Massa Tubuh, status pekerjaan dan status ANC)  terhadap kejadian stunting balita usia 12 – 24 bulan. Observasional analitik dengan design Cross sectional, dengan jumlah sampel 136 orang  ibu yang memiliki Balita usia 12-24 bulan di wilayah kerja puskesmas Mantangai kabupaten Kapuas, diambil secara consecutive sampling. Analisis data dengan analisis univariat, analisis bivariat dengan chi-square dan analisis multivariate menggunakan uji regresi logistic ganda. sebagian besar responden memiliki tinggi badan normal (75,7%), indeks masa tubuh (IMT) yang normal (61,8%), status pekerjaan tidak bekerja (82,4%), status ANC yang lengkap (87,5%). Prevalensi kejadian stunting sebesar 30,9%. Hasil uji chi Square Status Pekerjaan Ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p=0,007. Status Tinggi Badan Ibu dengan kejadian stunting nilai  p=0,224, Status IMT Ibu dengan kejadian stunting (p=0,719), dan Status ANC Ibu dengan kejadian stunting (p=0,207).  Analisis multivariat menunjukkan Status Pekerjaan Ibu dengan kejadian stunting, ditunjukkan dengan nilai OR 0,285 (0,113-0,721) dan p-value 0,008 dan Status ANC Ibu dengan kejadian stunting dengan nilai OR = 2,670 (1,093 – 6,526) dan p-value 0,031. Kesimpulan: Status pekerjaan dan status ANC memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting Balita Usia 12 – 24 Bulan di Puskesmas Mantangai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Kata Kunci: Risiko, Maternal, Stunting, Balita
Tiga Aspek Penting dalam Kesehatan Riny Natalina; Happy Marthalena Simanungkalit; Titik Istiningsih; Aisyah Nurjanah
Jurnal Forum Kesehatan : Media Publikasi Kesehatan Ilmiah Vol 12 No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52263/jfk.v12i1.238

Abstract

Abstract – Humans place a high value on their health. Health is influenced by a variety of factors, including diet, exercise, stress levels, personality, and behavior. A decent quality of life is influenced by excellent health. The three key facets of health—physical, mental, and social—are the focus of this study. The findings of the study indicate that wellbeing includes not only physical but also mental and social wellbeing. These are three crucial and connected facets of health. Our health can be impacted by a healthy diet, enough sleep, exercise, stress reduction, and social connection. The purpose of this study is to enlighten readers on the significance of considering one's physical, mental, and social health because it influences one's quality of life.
Pelayanan Vaksinasi Covid-19 Bagi Remaja Usia 12-17 Tahun Di Sentra Vaksinasi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Seri Wahyuni; Greiny Arisani; Noordiati Noordiati; Wahidah Sukriani; Wijaya Atmaja Kusuma; Titik Istiningsih
Abdimas Mandalika Vol 1, No 2 (2022): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/am.v1i2.7489

Abstract

Abstract:  : Vaccination activities for adolescents aged 12-17 years at the Vaccination Center of the Health Poltekkes Palangka Raya are a form of community service. The purpose of the COVID-19 vaccination service is to protect adolescents from exposure to COVID-19, establish herd immunity, and provide security when they carry out face-to-face learning (PTM). The method of implementing this activity includes socialization, taking care of activity permits, preparing suggestions and infrastructure, preparing officers, implementing, evaluating. The number of participants who were vaccinated was 6000 teenagers from various junior and senior high schools in Palangka Raya City, with a duration of 13 days. Recipients of adolescent vaccines who meet the requirements as many as 6000 people with dose 1 vaccination, 3 people with mild Post-Immunization Adverse Events (AEFI).Abstrak: Kegiatan Vaksinan bagi remaja usia 12-17 tahun di Sentra Vaksinasi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat. Tujuan pelayanan vaksinasi COVID-19 adalah melindungi para remaja dari paparan COVID-19,membentuk herd immunity, dan memberikan keamanan saat mereka melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi sosialisasi, mengurus perijinan kegiatan, menyiapkan saran dan prasarana, penyiapan petugas, pelaksanaan, evaluasi.    Jumlah peserta yang divaksin sebanyak 6000  remaja dari berbagai SMP dan SMA di Kota Palangka Raya, dengan lama pelaksanaan selama 13 hari. Penerima vaksin remaja yang  memenuhi syarat sebanyak apaian vaksinasi dosis 1 sebanyak 6000 orang, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ringan sebanyak  orang 3 orang.