Masyarakat Bali Muslim merupakan masyarakat yang memiliki sikap religi yang tinggi dan dikenal sebagai masyarakat yang dapat menjaga tradisi nenek moyang. Dibuktikan dengan upaya mereka untuk selalu menjalankan tradisi salah satunya tradisi Muludan, tradisi Muludan menjadi tradisi yang penting dan selalu dirayakan dengan meriah oleh masyarakat Bali Muslim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan rangkaian acara Muludan dan makna simbolik yang terkandung didalamnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi Pustaka. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah rangkaian acara Muludan terdiri dari tiga tahap yaitu pramuludan, hari Muludan, dan pascamuludan. Pramuludan dimulai dari musyawarah, membuat cerane, bersih-bersih, dan membuat nasi kebuli. Hari Muludan terdiri dari pembacaan berzanji, murak kebuli, ngurisang, metabur, doa bersama, dan megibung. Pascamuludan adalah bersih-bersih dan perlombaan. Kemudian makna simbolik tradisi Muludan seperti pembacaan berzanji memiliki makna ucapan rasa syukur, murak kebuli memiliki makna kebersamaan dan keberkahan, ngurisang memiliki makna doa baik untuk bayi serta keberkahan, metabur memiliki makna berbagi keberkahan, megibung memiliki makna kebersamaan menjalin silahturahmi dan perlombaan memiliki makna kebersamaan dan kerjasama. Selain itu nasi kebuli memiliki makna tujuh lapis alam semesta dan daun penutupnya sebagai penutup bayi agar tidak sombong dan dapat menjaga harga dirinya. Cerane memiliki makna sebagai nabi Muhammad saw, kemudian air kumkuman memiliki makna rasa kesejukan untuk bayi. Semua makna yang ada memiliki arti yang penting bagi kehidupan masyarakat Bali Muslim. Kata kunci: Tradisi Muludan, Makna Simbolik, Masyarakat Bali Muslim