Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Daya Lenting Masyarakat Pasca Bencana Banjir Bandang di Desa Alasmalang, Banyuwangi Priambudi, Pramudia; Mulyono, Joko
Jurnal ENTITAS SOSIOLOGI Vol 9 No 02 (2020)
Publisher : Laboratorium Sosiologi FISIP Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jes.v9i02.26945

Abstract

The research entitled "People Resilience Post Flash Flood Disaster in Alasmalang Village, Banyuwangi" was based on the occurrence of the Banjir Bandang disaster in the village, which had occurred three times. Banjir Bandang disasters have consequences that affect the economy, the environment, and also humans. The Banjir Bandang disaster caused many material and non-material losses, but the people's resilience, which could later become "habitus," was good. The strength of the Alas Malang community after the flash flood disaster did not just happen. Still, it requires a long time, experience, and a critical awareness process not only by its strength but also through networks, space, and time. The formulation of the problem in this study is "How is the process of habitus built which then forms the resilience of Alasmalang Village Singojuruh Subdistrict Banyuwangi Regency after the occurrence of flash flood disaster?". The theory used in this study is the theory of habitus proposed by Pierre Bourdieu. Using a qualitative method with a case study approach, the results obtained in this study were forming a habitus process in the community. Firstly, habitus was constructed for a long time through the experience of dealing with floods or often referred to as the realm of time and time. Secondly, in the community, there are economic, social, cultural, and symbolic capital forces that are intertwined and form the capacity of the community.Keywords: Disaster, Flash Flood, Resilience, Habitus Penelitian dengan judul “Daya Lenting Masyarakat Pasca Bencana Banjir Bandang di Desa Alasmalang, Banyuwangi” didasari oleh terjadinya bencana Banjir Bandang di desa tersebut sebanyak 3 kali. Bencana Banjir Bandang menimbulkan konsekuensi yang berdampak pada ekonomi, lingkungan, dan juga manusia. Terjadinya bencana Banjir Bandang menimbulkan banyak kerugian baik materiil maupun non materiil, namun kemampuan bertahan / daya lenting masyarakat yang kemudian bisa menjadi “habitus”dikatakan baik. Daya lenting masyarakat Alas Malang pasca bencana banjir tidak begitu saja terjadi, akan tetapi membutuhkan waktu panjang, pengalaman, dan proses kesadaran kritis yang tdak hanya dengan kekuatan sendiri, akan tetapi juga melalui jaringan, ruang dan waktu. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses habitus terbangun yang kemudian membentuk daya lenting masyarakat Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi pasca terjadinya bencana Banjir Bandang?”.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana habitus dikonstruksi atau terbentuk dalam masyarakat yang kemudian memperkuat daya lenting masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori habitus yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan yakni metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terbentuknya proses habitus dalam masyaraka. Pertama, bahwa habitus dikonstruk dengan waktu lama melalui pengalaman menghadapi bencana banjir atau sering disebut adanya ranah dan waktu. Kedua, di masyarakat terdapat kekuatan modal ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik yang saling berkelindan membentuk kapasitas masyarakat.Kata Kunci: bencana, banjir bandang, daya lenting, habitus