Inflamasi parenkim paru merupakan manifestasi klinis utama COVID-19, mulai dari gejala ringan hingga berat yang menyebabkan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), akibat dari inflamasi badai sitokin, yang ditandai dengan peningkatan Interleukin-6 (IL-6). Tosilizumab merupakan penghambat aktivitas IL-6 yang diharapkan dapat mencegah terjadinya perburukan akibat badai sitokin. Untuk mengevaluasi efektivitas dari penambahan tosilizumab pada terapi standar COVID-19, maka dilakukan sebuah studi kohort retrospektif pada pasien yang terkonfirmasi Covid-19 derajat sedang dan berat. Terdapat 90 pasien, di antaranya 24 pasien dengan terapi standar dan 66 pasien yang mendapatkan penambahan tosilizumab. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna terhadap perbaikan secara klinis, laboratorium, dan radiologis antara kelompok standar terapi dengan kelompok dengan penambahan tosilizumab dalam 14 hari dalam periode pengamatan (p > 0,05). Pada kelompok dengan penambahan tosilizumab, ditemukan lebih tinggi akan kebutuhan ventilator mekanik dan tingkat mortalitasnya (p < 0,05). Namun setelah dilakukan analisa multivariat, tidak ada perbedaan yang bermakna akan kebutuhan ventilator mekanik (adjusted OR(Odd Ratio) 6,31; 95%IK (Interval Kepercayaan) 0,78-50,93) dan tingkat mortalitas (adjusted OR 2,24; 95% IK 0,46-10,95) antar kedua kelompok. Dapat disimpulkan dari studi ini bahwa penambahan tosilizumab pada terapi standar pada pasien COVID-19 derajat sedang-berat tidak signifikan dalam menurunkan kebutuhan akan ventilator dan tingkat mortalitas.