Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Bentuk Dan Fungsi Tari Baris Buntal, Desa Pakraman Pengotan, Kabupaten Bangli Desmi Kartiani, Ni Luh; Arshiniwati, Ni Made; -, Suminto
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.568 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.451

Abstract

Tari Baris Buntal di Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, merupakan tari sakral yang biasanya ditarikan saat piodalan di beberapa pura yang ada di Desa Pakraman Pengotan. Tari Baris Buntal ini memiliki beberapa keunikan dari segi kostum dan koreografinya, sehingga membuatnya berbeda dengan tari baris upacara lainnya. Melihat keunikan tersebut diharapkan tari ini dapat dilestarikan dan didokumentasikan tidak hanya berupa video melainkan juga dokumen tertulis agar bisa bermanfaat bagi masyarakat kedepannya. Namun pada kenyataannya di lapangan tidak ada dokumentasi tertulis seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, penelitian ini perlu dilakukan dengan mengangkat dua permasalahan yaitu bentuk dan fungsi. Untuk menjawab dan menjelaskan hal tersebut digunakan metode penelitian yaitu metode penelitian kualitatif dengan empat teknik pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi, serta dianalisis dengan mengaplikasikan teori estetika dan teori fungsi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil atau jawaban sebagai berikut.Tari Baris Buntal merupakan tarian sakral yang menggambarkan tentang ketangkasan seorang prajurit dalam mengintai musuh, mengejar, dan melawan musuh-musuhnya. Tarian ini ditarikan oleh 8 orang penari yang terdiri dari laki-laki dewasa, dengan menggunakan tata rias dan busana yang sederhana, dan diiringi dengan gamelan Gong Gede. Tari Baris Buntal di Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi primer sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis. Fungsi sekunder sebagai pengikat solidaritas masyarakat, media meditasi dan media terapi. Baris Buntal Dance in Pengotan Village, Bangli District, Bangli District, is a sacred dance that is usually danced at piodalan in some temples in Pengotan Village. Baris Buntal Dance has some uniqueness in terms of costume and choreography, thus making it different from other ritual dance lines. Seeing the uniqueness is expected this dance can be preserved and there should be documentation not only in the form of videos but also written documents in order to be useful for the future community. But in reality in the field there is no written documentation as expected. Therefore, this research needs to be done. To answer and explain things related to the object of research is used research method that is qualitative research method with four data collecting technique that is, observation, interview, literature study, and documentation, and analyzed by applying theory of aesthetics and function theory. Based on the research done then obtained the results or answers as follows. Bareback Dancing is a sacred dance that depicts the agility of a soldier in stalking the enemy, chase, and fight his enemies. This dance is danced by 8 dancers consisting of adult men, using a very simple makeup and clothing, and accompanied by gamelan Gong Gede. Baris Buntal Dance in Pengotan Village, Bangli Subdistrict, Bangli District has two functions, namely the primary function as a means of ritual, personal entertainment, and aesthetic presentation. Secondary function as a binder of community solidarity, media meditation and media therapy.
Gandrung Marsan: Eksistensi Tari Gandrung Lanang Di Banyuwangi Santi, Heni Widya; Arshiniwati, Ni Made; -, Suminto
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.448 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i2.557

Abstract

Tari Gandrung Marsan merupakan objek yang dijadikan penelitian. Tujuan dari penelitian ini sebagai artikel penunjang untuk mendapatkan gelar S-1 Seni Tari di Institut Seni Indonesia Denpasar. Tujuan lainnya adalah untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan keberadaan, bentuk dan keunikan dari tari Gandrung Marsan. Metode yang digunakan pada penelitian adalah kualitatif dengan sumber data berupa primer dan sekunder yang dikumpulkan berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Keseluruhan data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dibagi dalam 3 tahap, yakni: (1) data yang berhubungan dengan keberadaan tari; (2) data yang berhubungan dengan bentuk tari; (3) data yang berhubungan dengan keunikan tari; dan (4) data yang berhubungan dengan fungsi tari. Hasil yang diperoleh dari penelitian menyatakan, bahwa: (1) Gandrung Marsan merupakan satu-satunya tari Gandrung lanang kreasi yang diciptakan setelah sekian lama tenggelamnya era Gandrung lanang pada tahun 1914 di Banyuwangi; (2) inspirasi penciptaan tari adalah kehidupan seorang Marsan, yang pada tahun 1890 adalah penari Gandrung lanang yang paling terkenal; (3) tari Gandrung Marsan dibawakan oleh 9 orang penari laki-laki memakai kostum gandrung perempuan dengan gerak yang lincah dan kemayu. Salah satu keunikan pada tarian terdapat di akhir pertunjukan, yaitu ketika karakter penari yang awalnya perempuan berubah menjadi laki-laki gagah berpakaian wanita dan berkumis.Gandrung Marsan Dance is the object of research. The purpose of this research as a supporting article to get the degree of S-1 of Dance at Institut Seni Indonesia Denpasar. Another purpose is to express and describe the existence, form and uniqueness of Gandrung Marsan dance. The method used in this research is qualitative with the result of primary and secondary data collected based on observation, interview, literature study and documentation study. The entire data is analyzed descriptively qualitative and divided into 4 parts, namely: (1) data relating to the existence of dance; (2) data related to the form of dance; (3) data related to the uniqueness of dance; and (4) data related to function of dance. The results obtained from the study states that: (1) Gandrung Marsan is the only one Gandrung Lanang creations dance were created after the long sinking of the Gandrung Lanang era in 1914 in Banyuwangi; (2) inspiration for the creation of dance is the life of a Marsan, who in 1890 was the most famous Gandrung Lanang dancer; (3) Gandrung Marsan dance performed by 9 male dancers wearing gandrung women’s costume with agility and wood. One of the uniqueness of the dance is at the end of the show, that is when the of the dancer who was originally a female turned into a handsome man dressed in a woman and a mustache. 
Tari Rejang Pusung Di Desa Pakraman Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem Sekar Arini, Ni Luh Ayu; Arshiniwati, Ni Made; -, Suminto
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.119 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i2.559

Abstract

Tari Rejang Pusung merupakan tarian sakral yang ada di Desa Pakraman Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Keunikan yang dimiliki terletak pada pemilihan penari, kesederhanaan gerak dan hiasan kepala yang berbahan dasar kulit jeruk jeruti. Melihat keunikan yang dimiliki maka dipandang perlu untuk didokumentasikan dan diteliti. Namun faktanya, tulisan mengenai pementasan tari Rejang Pusung yang kaitannya dengan upacara Ngusaba Goreng masih sangat minim. Dengan demikian penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan. Adapun dua pokok permasalahan yang dikaji, yakni mengenai bentuk dan fungsi tari Rejang Pusung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi tari Rejang Pusung sehingga manfaat dari hasil penelitian ini dapat dijadikan arsip desa yang bisa dibaca oleh generasi penerus agar kelestariannya tetap terjaga. Dalam pembahasannya menggunakan sumber tertulis serta dua buah teori yakni teori estetika dan teori fungsional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara, studi kepustakaan, studi dokumentasi, sehingga didapat hasil sebagai berikut. Tari Rejang Pusung dibawakan dalam bentuk tari kelompok dengan ciri khas terdapat pada rambut penari yang dipusung dan ditarikan oleh gadis yang masih belia. Tari ini dipentaskan di Pura Puseh, Pura Pajenengan, Pura Dalem, dan Pura Dadia yang diiringi oleh kolaborasi baleganjur, kenyong dan gambang. Tari Rejang Pusung memiliki dua fungsi yakni fungsi primer dan sekunder. Fungsi primer yakni sebagai sarana ritual, sebagai hiburan diri dan sebagai presentasi estetis. Untuk fungsi sekundernya adalah sebagai pengikat silidaritas sekelompok masyarakat, sebagai media komunikasi massa, sebagai media terapi, dan sebagai media meditasi.Rejang Pusung dance is a sacred dance in Pakraman Geriana Kauh village, Selat district, Karangasem regency. Its unigueness lies in the selection of dancers, the simplicity of mation and headdress based on orange peel of jeruti. Seing the uniqueness that is owned then it is deemed necessary to be documented and researched. But in writing about Rejang Pusung dance performances that are related to the Ngusaba Goreng ceremony still very minimal. This research is considered important to do. As for the two subject matter studied, mamely about the from and function of Rejang Pusung dance. This research aims to determine the shape and function of Rejang Pusung dance. So that the benefits of the result of this research can be used as village archives that can be read by the next generation tomaintain its sustainability. In the discussion using written sources and two theories namely the theory of aesthetics and functional theory. This research uses qualitative research methods with data collection technigues used those are, observation, interview, study bibliography, study documentation, so obtained the following results. Rejang Pusung dance perpormed in the form of dance group with a characteristic found in the hair of dancers carried and danced by young children. This dance is performed at Puseh temple, Pajenengan temple, Dalem temple, and Dadia temple accompanied by collaboration of baleganjur, kenyong and gambang. Rejang Pusung dance has two function namely primary function and secondary function. The primary function is as a means of ritual, as a self-entertainment and as an aesthetic presentation for its secondary function is as a binder of solidarity of community groups as a medium of mass communication as a medium of therapy and as a medium of meditation. 
Pengaruh Penambahan Spirulina sp. dalam Pakan Buatan Terhadap Jumlah Total Hemosit dan Aktivitas Fagositosis Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Putri, Famelia Meta; -, Sarjito; -, Suminto
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 2, No 1 (2013) : Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.369 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Spirulina sp. terhadap jumlah total hemosit dan aktivitas fagositosis udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2012 di Laboratorium Manajemen Kesehatan Hewan Akuatik (MKHA) BBPBAP Jepara. Metode yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu perlakuan A (tanpa penambahan Spirulina sp.), perlakuan B (penambahan Spirulina sp. 5 gr/kg pakan), perlakuan C (penambahan Spirulina sp. 10 gr/kg pakan), dan perlakuan D (penambahan Spirulina sp. 15 gr/kg pakan). Hewan uji yang digunakan adalah udang vaname stadia juvenil dengan bobot 8,07±0,2 gr/ekor. Pakan diberikan 3 kali sehari dengan feeding rate sebesar 3 % dari total bobot udang/hari, penelitian dilakukan selama 30 hari. Parameter yang diukur yaitu jumlah total hemosit (THC) dan aktivitas fagositosis (AF). Hasil penelitian menunjukkan penambahan Spirulina sp. dalam pakan udang vaname memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas fagositosis sebesar 94,66% pada hari ke-30, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah total hemosit udang vaname. Perlakuan C (10 gr/kg) merupakan dosis terbaik bagi peningkatan jumlah total hemosit dan peningkatan aktivitas fagositosis hemolim udang vaname (L. vannamei) pada aplikasi pemberian selama 30 hari.ABSTRACT The purpose of this research was to find out the effect of addition of Spirulina sp. in artificial diet on the total haemocyte count and phagocytosis activity of White Shrimp (Litopenaeus vannamei). This research was done in July – August 2012 at Aquatic Animals Management Laboratory of Brackishwater Aquaculture Development Centre. The Experiment Method was aplicated in this research with Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments and 3 repetitions. Treatment of A, B, C, and D were Spirulina sp. addition of 0, 5, 10, 15 gr/kg diet, respectively. The animals test used was White Shrimp juvenile with average weight of 8.07±0,2 gr. The foods had been given 3 times a day with feeding rate of 3% from total weight of shrimp. The research had been done for 30 days. The observed parameters were Total Haemocyte Count (THC) and phagocytosis activity. The result of research indicated that Spirulina sp. addition in artificial diet of White Shrimp was highly significant effect on the phagocytosis activity on the added of Spirulina sp. on 30th day (P<0,01), but there was no significant effect on the total haemocyte count of White Shrimp (P>0,05). Treatment C (10 g / kg diet) was the best dose for increasing the total
Pengaruh Penambahan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dalam Pakan Buatan Terhadap Jumlah Total Hemosit dan Aktivitas Fagositosis, Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) Pujiati, Astri; -, Sarjito; -, Suminto
Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 2, No 1 (2013) : Journal of Aquaculture Management and Technology
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.643 KB)

Abstract

Abstrak   Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung cacing tanah terhadap jumlah total hemosit (THC) dan aktivitas fagositosis (AF) pada hemolim udang vannamei, serta mengetahui dosis terbaik. Materi yang digunakan udang vannamedengan berat ± 8 gram yang dipelihara selam 30 hari. Metode yang digunakan metode eksperimental dengan  rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, yaitu perlakuan A (tanpa penambahan tepung cacing tanah), perlakuan B (pemberian 40 gr/kg tepung ke pakan), perlakuan C (pemberian 60 gr/kg tepung ke pakan), dan perlakuan D (pemberian 80 gr/kg tepung ke pakan) masing-masing 3 ulangan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari. Parameter yang diukur yaitu jumlah total hemosit (THC) dan aktivitas fagositosis (AF). Hasil penelitian menujukkan bahwa tepung cacing tanah memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah total hemosit dan aktivitas fagositosis hemolim. Hasil terbaik didapatkan pada hari ke-30 pada perlakuan D (80 gr/kg) yaitu sebesar 45,8x106 sel/mm3, dan  aktivitas fagositosis pada perlakuan D (80 gr/kg) sebesar 92,6%. Dosis yang terbaik  diperoleh pada perlakuan D (80 gr/kg).  Abstract The aims of this experiment was to find out the effect of earthworm meal of  total hemocyte (THC) and phagocytic activity  hemolim vannamei shrimp. This experiment used vanname shrimp with ± 8 grams weight and cultured in 30 days. This experiment used was experimental method with complete random design with 4 treatmens, i.e.  treatment A (without  meal earthworms addition), treatment B (addition 40 g / kg meal to diet); treatment C (addition 60 g / kg meal to diet), and treatment D (addition 80 g / kg meal to diet) will 3 replications. Feeding frequency apply cared 3 times/day. Measured variables were the total number of hemocytes (THC) and phagocytic activity. The results showed that earthworm meal  was highly significant effect (P <0.01) on  total hemocytes count (THC) and phagocytic activity hemolim of vanname shrimp. The best dose of earthworm meal’s was 80gr/kg (treatment D).