This current study aims to discuss the collective religious narcissism in social media accounts in a pragmatic study. It tries to scrutinize the functions and the strategies of illocutionary acts used in the collective religious narcissism discourses of young Indonesian Muslims on Instagram. This study is descriptive qualitative research, and the data are the collective religious narcissism discourses taken from the Instagram captions of three young Indonesian Muslim accounts, namely Pemuda Muhammadiyah (PM), Generasi Muda NU (GMNU), and Indonesia Tanpa Pacaran (ITP). In analyzing the data, Searle's (1979) speech act classification and Meyer's (2009) speech act strategies are applied to achieve the aim of this study. The results show that illocutionary acts in the collective religious narcissism discourses are presented in several functions, such as to state some affairs (representatives), to invite the readers, especially the cadres, to join the organization activities and to prohibit the cadres from doing something that is not in line with the ingroup’s beliefs (directives), to express congratulation and to say thanks and wishes (expressives), to commit a future action responding recent issues (commissives), and to declare or confirm organization agendas that bring a change on the next day (declarations). In the strategies of the illocutionary acts in the collective religious narcissism discourses, the results show that PM, ITP, and GMNU use similar strategies which are direct, explicit, and implicit. Penelitian ini bertujuan untuk membahas narsisme kolektif keagamaan di media sosial dengan kajian pragmatik. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji fungsi dan strategi tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana narsisme kolektif anak muda Muslim Indonesia di Instagram. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan data berupa wacana narsisme kolektif keagamaan yang diambil dari takarir Instagram tiga akun anak muda Muslim Indonesia, yaitu Pemuda Muhammadiyah (PM), Generasi Muda NU (GMNU), dan Indonesia Tanpa Pacaran (ITP). Dalam menganalisis data, klasifikasi tindak tutur berdasarkan fungsi yang diajukan oleh Searle (1979) dan strategi tindak tutur oleh Meyer (2009) diterapkan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak ilokusi dalam wacana narsisme religius kolektif disajikan dalam beberapa fungsi, seperti untuk menyatakan suatu hal (representatif), untuk mengajak pembaca, terutama kader, untuk bergabung dalam kegiatan organisasi dan untuk melarang kader melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan kelompok (direktif), mengucapkan selamat dan mengucapkan terima kasih serta harapan (ekspresif), melakukan suatu tindakan di masa depan dalam menanggapi isu-isu yang sedang berkembang (komisif), dan juga mendeklarasikan atau mengkonfirmasi agenda-agenda organisasi yang membawa perubahan di kemudian hari (deklarasi). Dalam strategi tindak ilokusi dalam wacana narsisme agama kolektif, hasil penelitian menunjukkan bahwa PM, ITP, dan GMNU menggunakan strategi yang sama yaitu langsung, eksplisit, dan implisit.