Wilayah pesisir Kota Semarang, bagian dari pantai utara Jawa, menghadapi dinamika pantai yang kompleks akibat abrasi, akresi, banjir pesisir, dan perubahan garis pantai yang signifikan dalam dua dekade terakhir. Permasalahan ini diperburuk oleh intensitas pembangunan yang tidak mempertimbangkan kondisi geomorfologi, topografi, dan sistem drainase, yang mengakibatkan kerentanan terhadap abrasi dan sedimentasi tidak merata. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan garis pantai, memahami pengaruh faktor oseanografi dan antropogenik terhadap dinamika pantai, serta memberikan dasar untuk perencanaan pengelolaan pesisir yang berkelanjutan. Penelitian menggunakan metode integrasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk memetakan perubahan garis pantai berdasarkan data multi-temporal dari citra satelit selama 20 tahun. Selain itu, dilakukan analisis energi fluks gelombang melalui metode hindcasting menggunakan data angin selama 10 tahun dari National Centers for Environmental Information (NCEI) NOAA. Data angin dianalisis menggunakan koreksi elevasi, stabilitas, durasi, lokasi pengamatan, serta klasifikasi berdasarkan arah dan kecepatan menggunakan Beaufort Scale. Selanjutnya, energi fluks gelombang dihitung untuk mengidentifikasi pola distribusi sedimen dan pengaruhnya terhadap proses abrasi dan akresi. Verifikasi lapangan dilakukan melalui survei langsung untuk mengamati karakteristik pantai, termasuk jenis sedimen, morfologi pantai, dan pola vegetasi di berbagai lokasi strategis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Genuk mengalami abrasi paling luas, sedangkan akresi terbesar terjadi di Kecamatan Semarang Barat. Faktor oseanografi seperti arus sejajar pantai (longshore current), gelombang, serta reklamasi yang dilakukan di beberapa titik turut memengaruhi distribusi sedimen. Analisis energi fluks gelombang mengungkapkan pola transportasi sedimen yang dominan dari timur ke barat, menyebabkan perubahan geomorfologi pantai yang dinamis. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa pemanfaatan SIG dan DSAS memberikan gambaran komprehensif tentang dinamika pantai, yang dilengkapi dengan hasil analisis energi fluks untuk memahami transportasi sedimen. Studi ini merekomendasikan penerapan kebijakan mitigasi berbasis data untuk mengurangi dampak abrasi, memaksimalkan manfaat akresi, dan meningkatkan ketahanan pesisir Kota Semarang terhadap perubahan iklim dan aktivitas manusia.