Penelitian ini membahas dua isu, underpricing pada penawaran umum perdana (InitialPublic Offerings-IPO) dan kinerja keuangan sekitar IPO di pasar modal Indonesia.Underpricing telah menjadi teka-teki dalam literatur keuangan karena seakan menentanghipotesis pasar efisien. Fenomena underpricing ditemukan di semua pasar modal diseluruh dunia. Bukti empiris tampaknya setuju bahwa perusahaan yang melakukan IPOsecara rata-rata tidak mampu meningkatkan kinerja keuangan setelah IPO. Penelitian inibertujuan menganalisis abnormal return dan pengaruh go public terhadap kinerjaoperasi perusahaan IPO di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampelsebanyak 33 perusahaan yang melakukan IPO dari 2007-2010. Return yang disesuaikandengan return pasar di samping return riil digunakan untuk menguji derajat underpricing.Penelitian ini menggunakan pendekatan yang digunakan dalam Jain dan Kini (1994)dalam pengujian kinerja kinerja keuangan perusahaan di sekitar tahun IPO. Serupadengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yangmelakukan IPO rata-rata mengalami underpricing sebesar 6,3% pada hari pertamadilakukan perdagangan saham. Kinerja perusahaan setelah go public cenderungmenurun tetapi tidak semua pola berbeda secara signifikan antara periode. Kinerjaoperasi cenderung meningkat mendekati tanggal penawaran, tetapi sedikit menurunsetelah itu. Angka-angka underpricing berfluktuasi pada hari 2 sampai hari ke-5. Hasilpengujian atas kinerja keuangan perusahaan menunjukkan bahwa empat proksi untukmengukur kinerja operasional keuangan memiliki kecenderungan menurun setelah IPO.Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat menggunakan dana yangdiperoleh dari IPO untuk kegiatan produktif atau mungkin diperlukan waktu lebih lamaagar penggunaan dana akan berdampak positif bagi perusahaan.