Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Pengelolaan Keuangan Desa Kureksari Tahun Anggaran 2024 Azkiya, Shalwa; Azzahra, Nabila; Wafa, Oktavia; Yuninda, Revina; Salsabila, Rifda
Jurnal Administrasi Publik dan Bisnis Vol 7 No 2 (2025): September
Publisher : LPPM STIA Lancang Kuning Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36917/japabis.v7i2.259

Abstract

Penelitian ini menganalisis pengelolaan keuangan di Desa Kureksari, Kabupaten Sidoarjo, untuk Tahun Anggaran 2024, sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang memberikan otonomi lebih besar. Fokus analisis meliputi tiga aspek krusial: struktur pendapatan desa, alokasi Dana Desa (ADD), dan tingkat kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, khususnya Permendagri No. 20 Tahun 2018 dan peraturan terkait Dana Desa (DD) tahun 2024. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus, data dikumpulkan melalui studi dokumentasi APBDes 2023-2024 dan wawancara mendalam dengan Kepala Desa serta Sekretaris Desa. Hasil analisis menunjukkan struktur pendapatan Desa Kureksari sangat bergantung pada dana transfer (DD, ADD, BHPR mencapai 96,03% pada Anggaran 2024), sementara kontribusi Pendapatan Asli Desa (PADesa) sangat minimal (1,33%) dan stagnan, menimbulkan isu kemandirian fiskal. Alokasi Dana Desa (ADD) TA 2024 mengalami penurunan dan tidak mencukupi untuk menutup seluruh kebutuhan belanja bidang pemerintahan, sehingga memerlukan subsidi dari sumber lain. Secara formal, penyusunan APBDes telah sesuai regulasi, namun secara substansial, tingginya earmarking Dana Desa (DD) untuk prioritas nasional (kemiskinan ekstrem, ketahanan pangan, stunting) secara signifikan membatasi fleksibilitas desa dalam merespon kebutuhan lokal spesifik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun secara struktural patuh, pengelolaan keuangan Desa Kureksari menghadapi tantangan ketergantungan fiskal, keterbatasan ADD, dan berkurangnya otonomi belanja akibat earmarking DD, yang berimplikasi pada terbatasnya ruang inovasi dan responsivitas terhadap kebutuhan unik desa.Kata Kunci : Pengelolaan Keuangan Desa, Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Kepatuhan Regulasi, Kemandirian Fiskal
Dari Impor Hingga Ke Tangan Konsumen: Perdagangan Opium di Karesidenan Surabaya, 1870-1898 Salsabila, Rifda; Widiadi, Aditya Nugroho; T. Leksana, Grace
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 6 No 1 (2022): Juni
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v6i1.5349

Abstract

Opium is a narcotic that the Javanese people widely consumed in the 19th century. The high level of consumption of opium by the public raises concerns because of its detrimental effects if consumed in excess. This made the government exercise control over opium by trading it, which also provided income for the Dutch East Indies government. One of the areas in the Dutch East Indies that had a high level of consumption of opium was the Residency of Surabaya. Therefore, this article analyzes how the opium trade took place in the Surabaya Residency from 1870 to 1898. During that period, the system used in the opium trade was the rental system (opium patch). In this study, the historical method consists of the stages of topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicate that the opium circulating in the Residency of Surabaya from 1870 to 1898 experienced ups and downs because it was affected by several conditions, such as the change in the distribution system to tenants and the economic crisis of the 1880s. Even so, the opium trade in the Surabaya Residency has become a lucrative business for those involved.Opium merupakan salah satu jenis narkotika yang banyak dikonsumsi masyarakat Jawa pada abad ke-19. Tingginya tingkat konsumsi opium oleh masyarakat menimbulkan kekhawatiran karena efeknya yang merugikan jika dikonsumsi secara berlebihan. Hal ini membuat pemerintah melakukan kontrol atas opium dengan memperdagangkannya, yang juga memberikan pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda. Salah satu daerah di Hindia Belanda yang memiliki tingkat konsumsi opium yang tinggi adalah Karesidenan Surabaya. Oleh karena itu, artikel ini menganalisis bagaimana perdagangan candu terjadi di Karesidenan Surabaya dari tahun 1870-1898. Pada masa itu, sistem yang digunakan dalam perdagangan candu adalah sistem sewa (patch candu). Dalam penelitian ini, metode sejarah terdiri dari tahapan pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa candu yang beredar di Karesidenan Surabaya dari tahun 1870 sampai 1898 mengalami pasang surut karena dipengaruhi oleh beberapa kondisi, seperti perubahan sistem distribusi ke penyewa dan krisis ekonomi tahun 1880-an. Meski begitu, perdagangan candu di Karesidenan Surabaya menjadi bisnis yang menggiurkan bagi mereka yang terlibat