Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

APLIKASI LOUVER UNTUK PENGONTROLAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH TINGGAL Yunita Ardianti Sabtalistia
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 5 No 2 (2021): Pawon: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v5i2.3673

Abstract

Pemanfaatan pencahayaan alami pada rumah tinggal dapat tercapai secara optimal jika mampu memanfaatkan bukaan-bukaan, seperti: jendela, skylight, dan ventilasi. Pencahayaan matahari yang masuk dari samping atau dari atas bangunan dapat diatur kuantitasnya dengan menggunakan louver. Pada masa pandemi Corona seperti saat ini menyebabkan waktu kita sebagian besar dihabiskan di rumah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan menemukan model louver yang paling mampu mengoptimalkan pencahayaan alami pada rumah tinggal khususnya pada ruang kerja, ruang makan, dan dapur. Sampel penelitian yang digunakan adalah rumah tipe 27/60 yang menghadap ke arah barat daya. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan simulasi Ecotect. Ada 3 model rumah yang disimulasikan, yaitu: model rumah eksisting dan 2 model rumah yang dimodifikasi baik dari bentuk rumah dan model bukaannya. Ketiga model rumah tersebut disimulasikan menjadi 3 kondisi, yaitu: tanpa louver, horizontal louver, dan vertical louver. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan horizontal louver lebih mampu mengurangi cahaya matahari yang masuk dibandingkan vertikal louver. Model yang terbaik adalah model 2 dengan solar control berupa horizontal louver. Hal tersebut disebabkan karena model 2-horizontal louver mempunyai selisih nilai lux dengan SNI 6197:2020 yang paling rendah dan mempunyai tingkat uniformity ratio cukup tinggi.
PENGARUH DIMENSI DAN SUDUT KEMIRINGAN LOUVER TERHADAP PENCAHAYAAN ALAMI Yunita Ardianti Sabtalistia
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 7 No 1 (2023): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v7i1.4559

Abstract

Jendela memiliki potensi besar dalam memasukkan cahaya matahari langsung yang menimbulkan panas dan silau. Oleh karena itu jendela perlu diberi pelindung agar cahaya yang masuk merupakan cahaya yang terpantul. Kisi-kisi (louver) banyak diaplikasikan di rumah. Model louver yang dipasang horisontal lebih mampu mengoptimalkan pencahayaan alami daripada yang dipasang vertikal. Tujuan penelitian adalah menemukan dimensi dan sudut kemiringan pada louver yang dipasang horisontal agar pencahayaan alami bisa berfungsi optimal. Obyek penelitian adalah rumah tinggal sederhana. Lebar louver dan jarak antar louver divariasikan menjadi 2.5 cm, 5 cm, 7.5 cm, dan 10 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model louver dengan lebar 7.5 cm dan sudut kemiringan 0◦ (terbuka penuh) yang paling mampu mengoptimalkan daylighting karena mempunyai tingkat keseragaman cahaya paling tinggi. Dengan mengatur sudut louver menjadi 0 derajat maka cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh louver ke plafon baru kemudian dipantulkan ke ruangan. Hal tersebut yang menyebabkan louver dengan sudut 0 derajat lebih mampu mengurangi daylighting level dan meningkatkan keseragaman cahaya. Penelitian berikutnya dapat menguji coba berbagai jenis material pada louver sehingga dapat diketahui jenis material louver apa yang paling baik untuk direkomendasikan. Selain itu saran penelitian berikutnya adalah menguji sudut louver menjadi 30 derajat dan 60 derajat serta 45 derajat dengan arah yang berbeda.
OPTIMALISASI KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA Yunita Ardianti Sabtalistia
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 7 No 2 (2023): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v7i2.5153

Abstract

Rumah tinggal sederhana yang ditawarkan oleh pengembang sering kali belum ada atap untuk carport dan dapur. Oleh karena itu pada akhirnya pemilik rumah menambahkan atap untuk carport dan membangun dapur di lahan sisa yang ada di belakang rumah. Dengan penambahan atap pada carport dan dapur tersebut maka dapat mengubah nilai kenyamanan termal. Tujuan penelitian ini adalah menemukan solusi untuk mengoptimalkan kenyamanan termal pada rumah tinggal sederhana. Obyek penelitian yang digunakan adalah 2 buah rumah yang mempunyai tipe 32/65. Rumah pertama masih bangunan asli (belum direnovasi) sedangkan rumah kedua sudah direnovasi (terdapat tambahan atap pada teras, carport, dan dapur). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Dengan menggunakan diagram Temperatur Efektif, dapat diketahui ternyata dengan menambah kecepatan angin dapat menurunkan temperatur lembab. Hal tersebut memberikan efek positif bagi penghuni karena penghuni merasakan udara yang lebih sejuk dengan turunnya temperatur lembab. Strategi untuk meningkatkan kecepatan angin adalah dengan cara memperbesar bukaan atap di area dapur, menambah luasan jendela, mengganti model bukaan jendela menjadi casement, dan mengganti pagar dinding bata menjadi pagar besi.
PENGARUH INNERCOURT TERHADAP PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH TINGGAL Yunita Ardianti Sabtalistia
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 8 No 1 (2024): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v8i1.6469

Abstract

Pemanfaatan bukaan dari atas bangunan diharapkan mampu membuat seluruh ruangan yang jauh dari jendela bisa mendapatkan cahaya matahari. Salah satu solusi untuk mendapatkan bukaan dari atas bangunan adalah dengan menghadirkan innercourt. Pemberian tanaman dan kolam ikan di innercourt juga mampu menambah kesejukan dan kenyamanan di dalam rumah. Tujuan penelitian ini adalah menemukan model atap pada innercourt yang paling mampu mengoptimalkan pencahayaan alami. Sampel penelitian yang digunakan adalah rumah tinggal dengan tipe 27/90 yang menghadap ke arah utara. Ekpserimen yang dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu innercourt dengan tanpa diberi atap, louver dengan sudut 45°, louver dengan sudut 90°, louver dengan sudut 135°, dan diberi penutup atap berupa dag beton tapi hanya menaungi sebagian dari luasan innercourt. Hasilnya menunjukkan model atap yang direkomendasikan adalah penggunaan louver (model eksperimen 2) sedangkan yang paling tidak direkomendasikan adalah model atap dag beton yang menutupi sebagian innercourt (model eksperimen 3). Pada saat aktivitas makan atau kerja, sudut kemiringan louver diatur sebesar 90° (terbuka penuh) agar pencahayaan pada ruang makan atau ruang kerja menjadi lebih seragam. Pada saat aktivitas memasak louver diatur dengan sudut 45° (miring ke arah dapur) agar pencahayaan di dapur menjadi lebih seragam.