Agus Pramusinto
Magister Administrasi Publik, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DESENTRALISASI DAN KEPEMIMPINAN INOVATIF DI INDONESIA Agus Pramusinto
Sosiohumaniora Vol 12, No 3 (2010): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2010
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.756 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v12i3.11557

Abstract

Tulisan ini membahas bagaimana desentralisasi membawa perubahan pada sistem kepemimpinan di daerah. Kajian ini menfokuskan pada pengalaman Indonesia yang telah mengadopsi kebijakan desentralisasi sejak lama. Dalam penulisan ini, kajian hanya menfokuskan perubahan desentralisasi sejak Orde Baru. Pada waktu itu, kepemimpinan yang ditentukan dari pusat hanya diorientasikan pada keamanan dan stabilitas politik sehingga kepemimpinan militer dan birokrat senior menjadi pilihan utama. Dengan adanya perubahan kebijakan desentralisasi dengan konteks politik yang berubah, pola kepemimpinan yang muncul menjadi lebih bervariasi. Kepemimpinan dengan gaya militer dan birokrasi tidak lagi mendominasi, sebaliknya, muncul pemimpin-pemimpin daerah dari kalangan pengusaha, politisi, aktivis kemasyarakatan, pendidik, wanita dan birokrat muda.  Berdasarkan dialog langsung dengan pemimpin yang bersangkutan atau wawancara dengan narasumber lain atau   penelusuran data sekunder, kajian ini menyimpulkan bahwa  pola kepemimpinan dengan latar belakang yang bervariasi memiliki tingkat inovasi yang sangat tinggi dibandingkan model kepemimpinan militer.
Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda Terhadap Gerakan Jogja Independent (JOINT) Dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota Yogyakarta Tahun 2017 Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Pemuda (Studi Pada Relawan Jogja Independent (JOINT) di Kota Yogyakarta) Desiana Rizka Fimmastuti; Agus Pramusinto; Djoko Soerjo
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1428.865 KB) | DOI: 10.22146/jkn.32373

Abstract

ABSTRACTThis article discussed political resilience from society perspective. Drawing on case studies of the youth’s perception of independent political movement in Yogyakarta in 2017, we argued that youth’s opinion and experience had  contibuted to strengthened youth political resilience. Political resilience can not only be seen from state centric aspect but also from the youth as part of local society. The research method used was qualitative descriptive using case studies. Data collections was done through in-depth interviews, observations, and document analysis.This research showed that the youths were optimistic with the existence of Jogja Independent Movement (JOINT). JOINT tried to offered an alternative way with publict involvement as candidate or volunteer. The ideology, vision and mission offered by JOINT were considered as one of the alternatives for young people to actively involved in political practices without taking a part in political parties. However, they argued  that the strategy and management of the movement were not well developed. Furthermore, the volunteers didn’t have wide space to articulated  their needs, because they involved in technical-administrative process only. Although the young people didn’t have the wider space in the substantial matter, they got experience and political practical lessons in JOINT. With their belief, youth were optimist that democratic process could be done with good and clean when we had a good strategy and well preparation. Although there was many volunteers who stopped after the collapse of the movement, the knowledge gained by the volunteers stimulates them to joined a movement, initiated movement and research, and also made a plan political education in the future. Their beliefs, thoughts, and  steps could be seen as a  form of checks and balances in order to responded  political dynamics for better development.ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketahanan politik dari sisi masyarakat, dengan mengamati persepsi para pemuda (relawan) sekaligus political action mereka terhadap gerakan independen di Kota Yogyakarta tahun 2017. Ketahanan politik tidak hanya dapat dikaji dari hal yang sifatnya state centric, namun bisa dilihat pada elemen masyarakat. Pengalaman dan pandangan youth as active citizens terhadap proses di dalam gerakan telah berkontribusi pada ketahanan politik pemuda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, serta pengumpulan berbagai dokumen yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada awalnya para pemuda cukup optimis dengan keberadaan gerakan Jogja Independent yang berusaha menawarkan alternatif cara baru dalam berpolitik. Ideologi, visi, dan misi yang ditawarkan oleh JOINT dianggap relevan sebagai sarana berpolitik tanpa melalui jalur partai politik. Namun mereka menilai bahwa strategi dan pengorganisasian gerakan masih kurang matang dan kurang menyasar masyarakat akar rumput. Di samping itu, para relawan juga belum memiliki ruang untuk mengakomodasi kepentingan pemuda, karena mereka hanya dilibatkan dalam teknis administratif semata. Meskipun secara substansi pemuda belum memiliki ruang sama seperti di dalam parpol, pemuda mendapatkan pengalaman dan pembelajaran berpolitik melalui gerakan. Dari sisi keyakinan, pemuda cukup optimis bahwa berpolitik dapat dilakukan dengan jalan yang bersih dan demokratis, namun hal ini tetap membutuhkan waktu dan strategi yang tepat. Meskipun tidak memungkiri bahwa banyak relawan yang justru berhenti pasca gagalnya gerakan, pengetahuan yang didapatkan dalam gerakan telah menstimulasi para relawan untuk membuat gerakan dan mengadakan edukasi politik di masa mendatang, bahkan bergabung pada gerakan politik dan mengadakan berbagai penelitian. Keyakinan, pemikiran, dan langkah konkret para pemuda merupakan bentuk dari checks and balances dalam merespon dinamika politik dan mengawal pembangunan yang lebih baik.
Dinamika Good Governance di Tingkat Desa Agus Pramusinto; M Syahbudin Latief
JIANA ( Jurnal Ilmu Administrasi Negara ) Vol 11, No 01 (2011)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.5 KB) | DOI: 10.46730/jiana.v11i01.588

Abstract

Good governance telah menjadi wacana penting dalam studi administrasipembangunan dan demokrasi dalam dua dekade belakangan ini. Kegagalanpembangunan di banyak negara berkembang ditengarai karena kuatnya praktikpoor governance, yakni pengelolaan kekuasaan yang cenderung disalahgunakanberdasarkan personal rule maupun patrimonial. Studi ini bertujuan untukmendiskusikan praktik governance di tingkat desa. Metode yang yang digunakanuntuk menganalisis praktik good governance di sini adalah studi kasus denganwawancara mendalam dengan para stakeholder. Studi ini menunjukkan bahwadalam beberapa hal praktik governance belum bekerja dengan baik. Polainteraksi atau network yang seharusnya berjalan antar berbagai stakeholderdalam proses kebijakan publik masih sangat terbatas. Fenomena yang menonjoldi lapangan antara lain: (1) ada kemandulan partai politik dalam menjalankanfungsi sebagai penyampai artikulasi kepentingan warga; (2) pola interaksi antaraktor dalam pembuatan kebijakan cenderung bersifat informal; (3) terdapat dualgovernance antara dua kelompok aktor secara terpisah yang menyebabkan prosespembuatan kebijakan tidak berjalan optimal.
FAMILY FRIENDLY POLICY DAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Agus Pramusinto
Jurnal Manajemen Kepegawaian Vol 5 No 2 November (2011): Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS
Publisher : Badan Kepegawaian Negara | The National Civil Service Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.233 KB)

Abstract

Family Friendly Policy (FPP) merupakan kebijakan yang memungkinkan pegawai menyeimbangkan dan mengintegrasikan antara tuntutan tempat kerja dan tuntutan kehidupan pribadi atau keluarga. Kebijakan ini penting mengingat perkembangan yang terjadi menuntut respon kebijakan yang berbeda agar tidak ada konflik antara kerja dan keluarga (work and family) sehingga produktivitas pegawai tetap terjaga. Selama ini, di Indonesia banyak kebijakan yang tidak sensitif kepada persoalan keluarga sehingga berakibat kerugian pada individu karyawan dan juga organisasi yang memperkerjakannya. Paper ini mendiskusikan pentingnya FFP dan bagaimana praktiknya di banyak negara serta kemungkinan adopsi kebijakan tersebut di Indonesia. Kata Kunci: family friendly policy, workplace-family, produktivitas