Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh kata serapan dari bahasa Belanda dan Portugis terhadap struktur dan leksikal Bahasa Manado. Sebagai salah satu bahasa daerah yang berkembang di wilayah Indonesia timur, Bahasa Manado telah mengalami banyak perubahan akibat kontak budaya dan sejarah kolonialisme. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitik. Data dikumpulkan melalui studi pustaka dan pengamatan terhadap penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan kata-kata serapan yang ditemukan, menelusuri asal-usul katanya, serta menganalisis perubahan bentuk dan maknanya dalam konteks lokal. Bahasa Manado, meskipun dianggap sebagai variasi dari Bahasa Melayu, memiliki kekhasan tersendiri yang muncul dari interaksi panjang dengan bangsa Portugis dan Belanda, terutama selama masa kolonial. Beberapa kosakata seperti "capeo" dari chapéu (Portugis), "lenso" dari lenço, atau "vork" dari vork (Belanda) menunjukkan bahwa kontak bahasa telah memperkaya ranah leksikal, terutama dalam bidang domestik, sosial, dan administrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata serapan dari bahasa Belanda dan Portugis memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya kosakata Bahasa Manado, tanpa mengganggu struktur sintaksis dasar yang tetap mempertahankan bentuknya sebagai bahasa daerah. Temuan ini menegaskan bahwa pengaruh bahasa asing tidak serta-merta mengubah identitas linguistik lokal, melainkan berperan dalam membentuk dinamika bahasa yang adaptif dan berlapis sejarah. Penelitian ini berkontribusi pada studi linguistik historis dan sosiolinguistik, serta menjadi landasan untuk pelestarian bahasa daerah dalam menghadapi perubahan zaman.