Stroke merupakan penyebab kecacatan utama di dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Biaya pengobatan dan rehabilitasi pasca-stroke diperkirakan mencapai US$ 140.000/pasien, sehingga penderita stroke dengan kecacatan merupakan beban ekonomi bagi keluarga dan sistem asuransi kesehatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan terapi stroke yang efektif, sejauh ini terbatas pada bidang neuroproteksi untuk mencegah perluasan cedera otak. Hal ini disebabkan karena paradigma lama menyatakan bahwa sistem saraf pusat sifatnya permanen, neuron yang mengalami kematian tidak dapat mengalami regenerasi. Penelitian neuroscience dewasa ini membuktikan adanya aktivitas neuroregenerasi dan neuroplastisitas pada susunan saraf pusat yang terus berlangsung sepanjang kehidupan mamalia, termasuk manusia. Neurorestorasi meliputi proses pembentukan neuron baru (neurogenesis), vaskulerisasi baru (angiogenesis), dan hubungan antar neuron yang baru (sinaptogenesis). Proses ini dapat ditingkatkan melalui terapi farmakologis dan latihan berulang. Fakta ini memberi harapan baru bagi penderita stroke di masa mendatang.Stroke is the major leading cause of disability in the world, either in developed and developing country. The estimated cost for stroke treatment and rehabilitation is about US$ 140.000/patient, causing financial burden for family and also for insurance and health care system. Several efforts had been made to develop effective stroke treatment, but are still limited in neuroprotective area to prevent further brain injury. Contrary to central dogma that once the neuron died, it cannot regenerate, neuroscience research found an evidence that neuroregeneration and neuroplasticity in human central nervous system is an ongoing process during lifetime. Neurorestoration is a definition that covered neurogenesis, angiogenesis, and synaptogenesis. This process can be enhanced by pharmacological agent and repetitive exercise. This fact gives a new hope for stroke patient.