Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERFORMANCES OF TIGER SHRIMP CULTURE IN ENVIRONMENTALLY FRIENDLY PONDS Ahmad, Taufik; Tjaronge, M.; Suryati, E.
Indonesian Journal of Agricultural Science Vol 4, No 2 (2003): October 2003
Publisher : Indonesian Agency for Agricultural Research and Development - MOA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mangrove ecosystem plays an obvious role in maintaining the biological balance in the coastal environment where shrimp ponds are usually constructed. The removal of mangroves around shrimp ponds has frequently brought about harvest failure. The study evaluated the performance of tiger shrimp culture in ponds provided with water from a water body where there was mangrove vegetation (hereafter mangrove reservoir). Twelve ponds, each measuring 2,500 m2, were filled with seawater from the mangrove reservoir until the water depth of 100 cm and then stocked with 20-40 PL/m2. In the first six ponds, the bottom water was released into the reservoir when the water depth reached 140 cm and then the water depth was maintained at 100 cm. In the second six ponds, the water was released from the ponds until the water depth reached 60 cm and then refilled with reservoir water until a depth of 100 cm. Both treatment ponds received water from the reservoir which also received the wastewater. The feeds for the shrimps were broadcast into the ponds twice a day to meet the 3% shrimp biomass requirement, which adjusted every other week through sampling. The result showed that mangrove  vegetation is capable of removing excessive nutrients, up to 70% for NO3-N and NH4 +-N, reducing PO4 =-P fluctuation, and producing bioactive  compounds. In the second treatment ponds, shrimp mortality started to occur in day 28 and most died by day 54 after stocking due to white spot disease outbreak. Mass mortality took place 54 days after stocking in two out of six of the first treatment ponds.
PRODUKSI DAN REPRODUKSI MEMORI: PENGALAMAN KELUARGA EKS TAHANAN POLITIK PKI DI SULAWESI SELATAN Ahmad, Taufik
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (932.422 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i2.48

Abstract

Pergeseran politik dari rezim Orde Baru ke era reformasi pada dasarnya telah memberi ruang gerak lebih luas kepada eks tapol untuk mereproduksi memori trauma dalam bentuk formal. Jika era Order Baru produksi memori eks tapol hanya dalam lingkunga keluarga, maka di era reformasi mereka mentransmisikan memori ke post-memori dengan cara lebih terbuka. Artikel ini mencoba untuk melihat produksi dan reproduksi memori dengan mengambil kasus dua keluarga eks tahanan politik (Tapol) PKI di Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metodologi sejarah dan menekankan pada proses, studi ini membuktikan bahwa produksi memori tapol diekspresikan melalui catatan-catatan harian, surat-surat, dan sketsa. Memori tersebut kemudian ditransmisikan ke generasi post-memori melalui cerita-cerita keluarga, gambar dan prilaku seharihari. Selanjutnya, generasi post-memori mereproduksi dan menerjemahkan ulang warisan memori tersebut di tengah perubahan-perubahan sosial politik. Konteks ini mengindikasikan bahwa pada masa Orde Baru, memori eks tapol hanya menjadi bagian dari domestic memory, kemudian berubah menjadi public memory yang diartikulasikan secara terbuka di era reformasi. Akan tetapi, terdapat cara-cara yang berbeda setiap tapol dalam memproduksi dan mentransmisikan memorinya. Latar belakang eks tapol; Pendidikan, kehidupan keluarga, dan aktivitas di masa lalu, memberi pengaruh signifikan terhadap pilihan-pilihan dalam menentukan model transmisi memori.
TANDOALE: DARI TRADISI KE AGENDA POLITIK-EKONOMI ERA REFORMASI DI BOMBANA SULAWESI TENGGARA Ahmad, Taufik
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 2 (2017)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v8i2.120

Abstract

Dalam proses relasi sejarah, budaya dan kekuasaan antara etnis Bugis dan Moronene memproduksi tandoale sebagai sumpah persaudaraan antara kedua etnis. Tandoale dimaknai sebagai kohesi sosial pada akhirnya menjadi identitas budaya baru “Bugis-Moronene”. Penelitian ini bermaksud untuk memeriksa perubahan makna tandoale dari tradisi ke agenda politik-ekonomi di era reformasi .Dengan menggunakan metodologi sejarah dan pendekatan antropologi, penelitian ini menunjukkan bahwa makna dari identitas budaya tandoale senantiasa berubah seiring dengan perubahan-perubahan sosial-politik dalam konteks lebih luas.Di era Pilkada, tandoale selain sebagai perekat sosial, juga dimaknai sebagai politik representasi Bugis-Moronene dalam berdemokrasi, dan sekaligus diartikulasikan oleh elite politik di tingkal lokal untuk memuluskan tujuan-tujuan politik tertentu.Ketika sektor pertambangan emas berkembang, identitas budaya tandoale menguat di tengah munculnya persilangan kepentingan di dalamnya. Kepentingan masyarakat adat Moronene mempertahankan tanah adat dari ekspansi pertambangan bersinergi dengan kepentingan ekonomi orang Bugis dalam mengakses pertambangan.Tandoale muncul dan dimaknai kembali sebagai ruang budaya yang memfasilitasi kepentingan Bugis-Moronene. Pada saat yang sama, perusahaan penambang, penambang pendatang, pemerintah daerah dan elite birokrasi juga memiliki kepentingan dalam pertambangan. Persilangan kepentingan ini mengakibatkan Bugis-Moronene dengan tandoale-nya terartikulasi di berbagai level, menguat dalam kompetisi ekonomi di sektor pertambangan dan menjadi politik representasi dalam Pilakada.
Manajemen Ekonomi Syariah Dalam Prespektif Bisnis Islam Edwar, Ahmad; Ahmad, Taufik
Zhafir | Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking Vol 2 No 1 (2020): Zhafir | Journal of Islamic, Economics, Finance, and Banking
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam bisnis syariah, manajemen digunakan sebagai elemen dasar yang melekat pada proses bisnis yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam menjalankan aktivitas untuk mencapai tujuan. Urgensi manajemen dalam bisnis dirancang untuk mencakup empat fungsi, yaitu produksi, personalia, pemasaran dan keuangan. Bisnis dalam Islam juga bertujuan untuk mencapai empat hal utama: target hasil, keuntungan material dan non material, keberlanjutan pertumbuhan, dan keberkahan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan kualitatif dengan menggunakan sumber dari berbagai referensi yang dilakukan secara deskriptif dan analitik. Hasil temuan menunjukkan bahwa dalam penerapannya, manajemen bisnis tidak lepas dari keyakinan dan nilai-nilai yang melandasinya, yang harus sesuai dengan pandangan hidup dan Islam.