Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGGALIAN DAN INVENTARISASI 1000 JUDUL NASKAH MELAYU DI BANDA ACEH Nurdin AR
Center of Middle Eastern Studies (CMES): Jurnal Studi Timur Tengah Vol 10, No 2 (2017)
Publisher : Arabic Literature Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/cmes.10.2.20206

Abstract

The most Indonesian written manuscripts were written in the Netherlands language. These manuscripts could be accessed by one of the following catalogs: Juynboll Catalogue (1899), Ronkel Catalogues (1909), Riclefs and P. Voorhoeve Catalogue (1977) etc. Unfortunately, the Indonesian researchers have no way to utilize them. According to the international catalogs written in Indonesian and foreign languages, The Malay manuscripts found in Banda Aceh reached about 300 titles. After conducting preliminary research and direct observation to the individual and institutional collectors, it was found that the real numbers of them could reach to a thousand titles of manuscripts that still have separated in various local places. On behalf these facts, the research aims to rescue these manuscripts from a disappearing and extinction by conducting inventory that is predicted to be able to push the Indonesian researchers ahead to discovering their substantial contents that in opinion useful for human life. The output of the research is compiling catalog documents of 1000 titles of Malay manuscripts found in Banda Aceh.The theory and method used in this research are the theory of the codicology and the method of the catalog of manuscripts register. The codicology is subfield studying all of the manuscript’s aspects in details such as the place of storing, the owner of the manuscript, the content of the manuscript, etc. Whereas the catalog of a manuscript register is describing all of systematically manuscript’s physical and objective aspect in details. The results of the research will be proposed to be the main gate for entering later philology works i.e. presenting and interpreting the text that in turn can be positioned as a manual directive in social and national life.
LITERASI MANUSKRIP TASAWUF Nurdin AR
An-Nahdah Al-'Arabiyah Vol 3 No 1 (2023)
Publisher : An-Nahdah Al-'Arabiyah is published by Department of Arabic Language and Literature in cooperation with The Center for Research and Community Service (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/nahdah.v3i1.2331

Abstract

Tasawuf telah diajari dan dipelajari di nusantara sejak akhir abad 16. Literasi Tasawuf yang diajarkan serta diwarisi oleh tokoh-tokoh intelektual ulama nusantara dengan berbagai hasil karya-karya yang ditinggalkan mereka. Berdasarkan definisi literasi, kata tasawuf masih menjadi perbedaan pendapat di kalang ilmuan atau ulama, walaupun tujuan dari tasawuf itu sama yaitu mendekat diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peninggalan jejak keilmuan khususnya bidang taswauf di nusantara dalam bentuk karya-karya ulama pada masa dahulu dapat dilihat dalam bentuk manuskrip. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kerajaan Islam pertama di nusantara yang berada di Aceh, menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan politik sehingga muncul para ulama-ulama yang mendalami ilmu tasawuf. Di antara ulama Aceh yang termasyhur di bidang ilmu tasawuf dengan hasil karya-karya mereka yang masih dipelajari hingga saat ini adalah: Hamzah Fansuri, Syamsuddin As Sumatraniy, Nuruddin Ar-Raniri, dan Abdurrauf As Singkiliy. Ulama-ulama tersebut adalah ulama yang termasyhur khususnya di bidang tasawuf dengan warisan keilmuan mereka dapat kita pelajari dari manuskrip yang ditinggalkan dan masih diwarisi untuk dipelajari sebagian dari karya mereka oleh para santri di pondok pesantren tradisional khususnya di daerah Aceh.
LITERASI MANUSKRIP TASAWUF Nurdin AR
An-Nahdah Al-'Arabiyah Vol 3 No 1 (2023)
Publisher : An-Nahdah Al-'Arabiyah is published by Department of Arabic Language and Literature in cooperation with The Center for Research and Community Service (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/nahdah.v3i1.2331

Abstract

Tasawuf telah diajari dan dipelajari di nusantara sejak akhir abad 16. Literasi Tasawuf yang diajarkan serta diwarisi oleh tokoh-tokoh intelektual ulama nusantara dengan berbagai hasil karya-karya yang ditinggalkan mereka. Berdasarkan definisi literasi, kata tasawuf masih menjadi perbedaan pendapat di kalang ilmuan atau ulama, walaupun tujuan dari tasawuf itu sama yaitu mendekat diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peninggalan jejak keilmuan khususnya bidang taswauf di nusantara dalam bentuk karya-karya ulama pada masa dahulu dapat dilihat dalam bentuk manuskrip. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kerajaan Islam pertama di nusantara yang berada di Aceh, menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan politik sehingga muncul para ulama-ulama yang mendalami ilmu tasawuf. Di antara ulama Aceh yang termasyhur di bidang ilmu tasawuf dengan hasil karya-karya mereka yang masih dipelajari hingga saat ini adalah: Hamzah Fansuri, Syamsuddin As Sumatraniy, Nuruddin Ar-Raniri, dan Abdurrauf As Singkiliy. Ulama-ulama tersebut adalah ulama yang termasyhur khususnya di bidang tasawuf dengan warisan keilmuan mereka dapat kita pelajari dari manuskrip yang ditinggalkan dan masih diwarisi untuk dipelajari sebagian dari karya mereka oleh para santri di pondok pesantren tradisional khususnya di daerah Aceh.