Jaringan yang dibangun oleh penyedia layanan telekomunikasi hampir semuanya ubah ke jaringan optik dikarenakan keunggulannya dibandingkan dengan jaringan kabel tembaga. Keunggulannya yaitu memiliki kapasitas bandwidth yang lebih besar, karena berbanding lurus dengan jumlah permintaan pelanggan yang semakin banyak serta teknologi komunikasi yang semakin berkembang. Instalasi dan perawatan jaringan yang baik sangat dibutuhkan demi menjaga kenyamanan pelanggan. Namun, apapun performa dan keunggulan dari fiber optik yang dijaga tidak akan menutup kemungkinan akan terjadinya gangguan (trouble) dalam proses transmisi. Dalam tulisan ini, dianalisis Troubleshooting pada jaringan FTTH STO Tanjung Morawa (TJR) ke Komplek Rivera Medan, penelitian dilakukan untuk memperoleh solusi dari gangguan yang terjadi pada sistem teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network). Ditinjau dari besar anggaran daya berdasarkan teori dan standard ITU (International Telecomunication Union), dengan menggunakan alat ukur OPM (Optical Power Meter) dan fusion splicer sebagai alat penyambung kabel fiber optik dan menghitung rugi-rugi menggunakan Power Link Budget. Hasil pengukuran nilai total redaman menurut perhitungan secara teoritis, ialah sebesar 13,973 dB pada sisi downlink dan 14,2236 dB pada sisi uplink dan menurut hasil pengukuran ialah sebesar 15.0714 dB pada sisi downlink dan 15.6080 dB pada sisi uplink.