Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Dari Simbolisasi Kesultanan Menjadi Pusat Pariwisata: Studi Perubahan Sosial dalam Ritualisasi Keagamaan di Masjid Gedhe Kauman Septiana Arfiani, Anindya
Jurnal Dakwah Vol. 22 No. 2 (2021)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi ini berusaha untuk mengeksplorasi perubahan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Untuk lebih memahami topik tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Data studi perubahan Masjid Gedhe Kauman merujuk pada sumber kepustakaan. Studi ini menunjukkan bahwa apa yang selama ini dipandang sebagai ikon kesultanan sebagai salah satu daerah keistimewahan di Indonesia telah bermetamorfosis. Perubahan ini tidak hanya sebagai pusat ritualisasi keagamaan Islam, namun juga menjadi tujuan pariwisata. Ini dibuktikan oleh kehadiran artefak sejarah—kumpulan sejarah tata letak, arsitektur yang masih kental dengan Jawa kuno, asal muasal organisasi Muhammadiyah hingga menjadi sumber rezeki bagi warga karena aktivitas keagamaan yang mengundang sejumlah wisatawan. Relevansi temuan tersebut mengindikasikan bahwa pelestarian artefak menjadi kekuatan dalam menghargai peninggalan sejarah–tangible maupun intangible—dan keberlanjutan pembangunan berbasis pariwisata keagamaan. Hal ini berimplikasi terhadap pola dan cara tentang bagaimana ritualisasi keagamaan menjadi simbol kekuatan pelestarian budaya.The study sought to explore the changes of Yogyakarta’s Gedhe Kauman Mosque. To gain further understand this topic, the study uses qualitative methods with a narrative approach. The study data on the change of the Kauman Gedhe Mosque refers to literature sources. This study shows that what has been seen as an icon of the sultanate as one of the special region in Indonesia has metamorphosed. This change is not only a center for Islamic religious ritualization, but also a tourism destination. This is evidenced by the presence of historical artifacts—a collection of historical layouts, architecture that is still thick with ancient Javanese, the origin of the Muhammadiyah organization to become a source of sustenance for residents because of religious activities that invite a number of tourists. The relevance of these findings indicates that the preservation of artifacts is strength in appreciating historical heritage– both tangible and intangible– and the sustainability of religious tourism-based development. It has implications for patterns and ways of how religious ritualization becomes a symbol of the power of cultural preservation.