Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Nalar Infiltratif-Substantif Tafsir Al-Qur’an (Studi Arkeologi “Ashâlah" dan “Dakhîlah” dalam Narasi Penafsiran) Aik Iksan Anshori
Syntax Idea Vol 1 No 5 (2019): Syntax Idea
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/syntax-idea.v1i5.39

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu tidak lain untuk menjustifikasi rupa-bentuk terma “ashâlah” ketika menemui “kerancuan” ilmiah Metode pendekatan yang diketangahkan dalam tulisan ini adalah berdasarkan kaidah kritik evaluatifrekonstruktif tanpa dekontruktif-destruktif (al-naqdu li al-taqwîm wa i’âdat al-binâ la ila al-tafkîk wa al-ifnâ’). Dimana penting untukmerekontruksi dan mencari ide-ide struktural dalam bangunan penafsiran ad-dakhîlah (sesat) yang dianggap penyelewengan untuk membedakan dari penafsiran al-ashâlah (lurus) demi menjaga orisinalitas tafsir. Tulisan ini menyoroti arkeologi dan epsitemologi yang ada dalam narasi pembacaan Infiltratif-Substansif sebagai intrumen penafsiran alQur’an.
Narasi Islam dalam Studi Orientalisme dan Post Kolonialisme Aik Iksan Anshori
The International Journal of Pegon : Islam Nusantara civilization Vol 6 No 02 (2021): Narasi Islam Nusantara, Peta Dakwah dan Poskolonialisme
Publisher : INC- Islam Nusantara Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1009.948 KB) | DOI: 10.51925/inc.v6i02.50

Abstract

Abstract This paper will try to uncover the affair of orientalism and (post) colonialism in which the orientalist discourse, at the practical level, cannot be separated from the intertwined network of colonialism. In fact, between the two there is a reciprocal relationship that is so intimate in the form of cultural hegemony of orientalism which is fully supported by the authority of colonialism or vice versa, depending on the frame of the object being studied. But the first option is more appropriate to be my choice--for the sake of adaptation of the basic theme that will be raised. This lengthy presentation, aside from presenting paradoxical historical accounts between the two—in fact, each has its own historical identity—it will also strip down the motivation, background and epistema of the two. And with a little rash, because of my limitations, it can also be said as a case study of both at once. Tulisan ini akan mencoba menguak perselingkuhan orientalisme dan (post) kolonialisme dimana wacana orientalis, dalam tataran praksis, tidak bisa dilepaskan dari jejaring kolonialisme yang bererat-kelindan. Bahkan antar keduannya ada hubungan timbal balik yang begitu mesra berupa hegemoni kebudayaan orientalisme yang disokong penuh oleh otoritas kekuasaan kolonialisme atau bisa juga kesebalikannya, bergantung frame objek yang dikaji. Namun opsi yang pertama lebih tepat jadi pilihan saya--demi adaptasi dari tema dasar yang akan diangkat. Paparan panjang ini, disamping akan mempresentasikan paparan-paparan sejarah yang paradoks antar keduanya—bahkan sejatinya masing-masing memiliki ciri identitas sejarah sendiri—pun juga akan mempreteli motivasi, latar belakang dan epistema keduannya. Dan dengan sedikit gegabah, karena keterbatasan saya, bisa dikatakan pula sebagai studi kasus keduanya sekaligus.
NILAI-NILAI KETABAHAN (STUDI GRIT) DESKRIPSI FAMILY SUPPORT SCALE DAN HABITUASI DI PONDOK PESANTREN Shafira Nurdini Salsabila; Iman Subasman; Agus Zamzam Nur; Aik Iksan Anshori
Jurnal Fakultas Ilmu Keislaman Kuningan Vol. 3 No. 2 (2022): Jurnal Fakultas Ilmu Keislaman UNISA Kuningan
Publisher : Jurnal Fakultas Ilmu Keislaman Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Para tokoh yang berasal dari pondok pesantren memberikan sumbangsih yang tidak sedikit dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Diantaranya Kyai Haji Ahmad Dahlan, Kyai Haji Hasyim Asy’ari, Kyai Wahid Hasim dan para tokoh kyai lainnya. Eksistensi pesantren dalam memberikan kontribusi di bidang sosial keagamaan kepada masyarakat telah membuktikan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan dengan akar yang kuat (indigenous). Grit (ketabahan) merupakan aset berharga yang dimiliki oleh para kyai dalam memimpin pondok pesantren. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan ketabahan para kyai dalam teori grit. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini, yaitu: (1) Family Support Scale yang mendeskripsikan bahwa ketabahan para kyai berasal dari peran keluarga dalam hal ini orang tua yang menjadi teladan ketabahan. Dukungan dari keluarga memberikan kekuatan tersendiri bagi para kyai untuk tabah. (2) Habituasi para kyai merupakan pengamalan yang dilakukan secara konsisten selama menempuh pendidikan di pesantren sebagai individu, sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk yang memiliki kesadaran akan keberadaan Tuhan (transendensi). Grit merupakan sifat pengasuhan yang dapat ditingkatkan oleh siapa saja tanpa mengenal usia maupun gender. Peneliti berharap agar spirit ketabahan para kyai ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari agar tercapainya kualitas hidup yang lebih baik. Kata Kunci: Grit, Family Support, Habituasi