Arthur Aritonang
"STT Cipanas"

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pekabaran Injil dalam Pemikiran Andreas A. Yewangoe Arthur Aritonang
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 2, No 2 (2021): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.319 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v2i2.31

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji mengenai pekabaran Injil dalam pemikiran Andreas A. Yewangoe. Dalam penelitian ini penulis mencermati bahwa gereja-gereja dari kalangan Injili di Indonesia memiliki pemahaman bahwa satu-satunya tugas gereja yaitu memenangkan jiwa-jiwa sebanyak mungkin bagi Tuhan. Pandangan ini jelas berorientasi pada penambahan jumlah populasi agama Kristen yang pada akhirnya kaum Injili di Indonesia dicap anti-sosial. Pandangan kaum Injili dapat berakibat terjadinya benturan antar golongan dan agama di masyarakat. Melalui pendekatan kepustakaan (literatur) Yewangoe menyimpulkan bahwa pekabaran Injil di Indonesia harus dipahami secara baru dalam konteks Indonesia yang majemuk diantaranya sebagai berikut: (1) dalam memahami Matius 28:19-20 terkait pemuridan Yewangoe menegaskan bahwa menjadi murid Kristus tidak harus meninggalkan agama sebelumnya (2) Yewangoe menolak pekabaran Injil sebagai kristenisasi (3) Yewangoe menawarkan pekabaran Injil sebagai presensia. Hal ini sepatutnya diapresiasi di tengah berbagai persoalan yang sedang terjadi seperti covid-19 agar kehadiran gereja dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Amerika vs Irak Bahaya Politisasi Agama Arthur Aritonang
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 4, No 1 (2023): Jurnal NPTRS
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47900/nptrs.v4i1.100

Abstract

Buku ini merupakan tesis dari Dr. Richard M. Daulay dalam studi Ilmu Hubungan Internasional di UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta, di bawah bimbingan Prof. Dr. Mochtar Mas’oed dan Diah Kusumaningrum, S.I.P, M.A. Dalam penelitiannya ia memfokuskan perhatiannya terhadap peristiwa yang pernah menjadi perhatian publik dunia pada waktu itu yaitu serangan gedung WTC (pusat ekonomi) dan gedung Pentagon (Departemen militer) di Amerika Serikat [untuk selanjutnya disingkat dengan AS] pada 11 september 2001. Peristiwa tersebut membuat publik dunia bertanya-tanya bagaimana mungkin negara superpower seperti AS bisa lengah terhadap serangan terorisme? Sebelum lanjut kita perlu mengetahui bahwa sejak tahun 1960-an AS berada di puncak kejayaannya baik dari segi ekonomi, politik, militer maupun ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini secara garis besar hendak mengajukan pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana keterlibatan AS di dalam kemenangan Afghanistan melawan Uni Soviet? Selanjutnya, bagaimana reaksi pemimpin Afghanistan terhadap AS paska kemenangannya terhadap Uni Soviet (2) Bagaimana sikap politik Presiden George W. Bush terhadap paska tragedi 11 September 2001? (3) Bagaimana upaya yang dilakukan Presiden Bush dalam memberikan rasa aman bagi masyarakat AS paska tragedi 11 September 2001? (4) Bagaimana reaksi publik terhadap sikap politik luar negeri Presiden Bush paska insiden tersebut? Metode penelitian Daulay yaitu kualitatif (kepustakaan). Untuk memperkuat tesis daripada penelitian ini, Daulay merasa perlu untuk melakukan diskusi yang cukup intens dengan dua narasumber yang memiliki kapasitas untuk berbicara tentang politik Amerika Serikat yaitu Dr. Rizal Mallarangeng dan Prof. Dr. William (Bill) Liddle.Temuan dari penilitian secara garis besar ialah Bush berhasil melakukan politisasi agama dan menyebarkan ideologi neokonservatisme untuk mendukung agenda politik luar negerinya melawan Irak. Hal ini semata-mata untuk memastikan rasa aman bagi AS maupun negara Israel yang berada di tengah-tengah negara Arab yang mayoritas Islam. Meskipun demikian, sikap politiknya Bush dinilai sangat fatal oleh karena beberapa bukti diantaranya: Irak terbukti tidak terlibat dalam insiden 11 September 2001, merugikan keuangan negara, memperkuat aliansi (solidaritas) dari negara-negara Islam internasional, dan yang terakhir merasang lahirnya bibit-bibit terorisme di negara-negara yang berpenduduk muslim.