Oinike Laia
Sekokah Tinggi Teologi Cipanas / Cipanas Theological College

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Gagasan tentang Kekuasaan dan Penderitaan Allah: Relevansinya terhadap Pemahaman Berteologi Masa Kini Oinike Laia
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 2 (2020): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.405 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i2.7

Abstract

In general, the idea of an almighty, exalted, great, and infinite is attribute used to explain the name of God, and receives important attention in Christian theology. But it has a problem when the idea of an omnipotent God is related to God's suffering, specifically confronted with classical Christian theology which accepts God's omnipotence in absolute terms with the idea of Divine Impassibility, an understanding that recognizes that God cannot suffer. Therefore, this paper is the result of a study of the problems that arise from the two ideas, using descriptive qualitative methods. Through research conducted found a solution to connect both of these ideas, with a Practical-Christological approach, to see the suffering of God from the viewpoint of the cross. Then the results of the study conducted proposed the idea of Divine Passibility, that God can suffer as a form of love for humans. Thus, the idea of God's power and suffering is not a contradiction, but the two are interconnected.Pada umumnya gagasan mengenai Allah Mahakuasa, Mahamulia, Agung, dan tak terbatas, merupakan atribut yang digunakan untuk menjelaskan nama Allah, dan mendapat perhatian penting dalam teologi Kristen. Namun mendapat masalah apabila gagasan tentang Allah yang Mahakuasa dihubungkan dengan penderitaan Allah, secara khusus diperhadapkan dengan teologi Kristen klasik yang menerima kemahakuasaan Allah secara aboslut dengan gagasan Impasibilitas Ilahi, pemahaman yang mengakui bahwa Allah tidak mungkin dapat menderita. Karena itu, tulisan ini merupakan hasil kajian terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dari kedua gagasan tersebut, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Melalui penelitian yang dilakukan ditemukan solusi untuk menghubungkan kedua gagasan tersebut, dengan pendekatan Kristologis-praktika, melihat penderitaan Allah dari sudut pandang salib. Maka hasil dari studi yang dilakukan mengusulkan gagasan tentang pasibilitas ilahi, bahwa Allah bisa menderita sebagai wujud kasih kepada manusia. Dengan demikian, gagasan tentang kekuasaan dan penderitaan Allah bukan kontradiksi, tetapi keduanya saling berhubungan.
Model Pemuridan yang Relevan untuk Pelayanan Pendidikan Kristen Oinike Laia
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.609 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.3

Abstract

Tujuan pendidikan Kristen adalah membangun dan mendewasakan iman peserta didik menjadi murid Kristus yang sejati. Tetapi dalam penerapannya tujuan tersebut tidak tercapai bahkan cenderung orientasi pendidikan bergeser hanya untuk memenuhi tuntutuan akadamis semata. Maka tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengkajian terhadap pengajaran pendidikan Kristen dan berupaya untuk menemukan metode yang relevan bagi pelayanan pendidikan Kristen. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis kualitatif terhadap konsep dan penerapan pendidikan Kristen, serta melakukan pengkajian secara objektif terhadap permasalahan yang terjadi dari temuan penelitian. Pembahasan selanjutnya akan melakukan pengkajian terhadap konsep pemuridan dan hubungannya dengan pendidikan Kristen. Melalui hasil kajian tersebut diharapkan dapat menghasilkan gagasan atau model pendidikan yang alkitabiah, sehingga dapat membangun fondasi pendidikan dan mengembalikan fungsi pendidikan Kristen, bukan hanya menghasilkan lulusan yang berkualitas secara akademis tetapi juga menghasilkan peserta didik (murid) yang lebih beriman. Dalam pembahasan terakhir akan mengusulkan model atau pendekatan pemuridan yang dapat diterapkan dalam komunitas Kristen secara khusus di lingkungan pendidikan baik di tingkat Sekolah Menengah Atas dan di Perguruan Tinggi.