Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGALAMAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL: STUDI AWAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI (EXPERIENCE AND KNOWLEDGE ON SEXUAL HARASSMENT: A PRELIMINARY STUDY AMONG INDONESIAN UNIVERSITY STUDENTS) Binahayati Rusyidi; Antik Bintari; Hery Wibowo
Share : Social Work Journal Vol 9, No 1 (2019): Share: Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.999 KB) | DOI: 10.24198/share.v9i1.21685

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai pelecehan seksual dan menguji asosiasi faktor-faktor demografis, program studi, dan sikap terhadap peran gender dengan pemahaman mengenai pelecehan seksual di kalangan mahasiswa perguruan tinggi. Responden dalam penelitian ini adalah 133 mahasiswa laki-laki dan perempuan dengan usia rata-rata 19,6 tahun yang sedang menempuh pendidikan sarjana bidang ilmu kesejahteraan sosial dan ilmu politik  pada sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Barat  yang terpilih secara non-random. Pengumpulan data dilakukan menggunakan survey dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai pelecehan seksual relatif baik meskipun perlu ditingkatkan.  Mayoritas responden pernah mengalami paling sedikit satu bentuk pelecehan seksual yang dilakukan oleh pihak yang dikenal maupun pihak yang tidak dikenal.  Bentuk pelecehan seksual yang umumnya dilapokan adalah perhatian seksual yang tidak diinginkan dan pelecehan gender. Penelitian menemukan jenis kelamin, usia, pengalaman pelecehan seksual dan sikap mengenai peran gender merupakan variable-variabel yang mempengaruhi pemahaman mengenai pelecehan seksual. Pengetahuan mengenai pelecehan seksual yang relative lebih baik dilaporkan oleh mahasiswa perempuan, pernah mengalami sedikitnya satu bentuk pelecehan seksual,  berusia 21 tahun atau lebih dan mendukung kesetaraan peran jender. Diskusi diarahkan pada implikasi temuan terhadap pendidikan perguruan tinggi untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa mengenai pelecehan seksual.Kata kunci: kekerasan seksual, perguruan tinggi, pelecehan seksual, pengetahuan dan pengalaman mahasiswa. 
PELATIHAN KONSEP DIRI REMAJA PUTRI UNTUK MEMBANGUN PEMAHAMAN TENTANG STANDAR KECANTIKAN Mahvira Putri Mahanani; Dwi Laraswati; Reva Salsadilla; Hana Nabilah; Hery Wibowo
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 3 (2020): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v3i3.28134

Abstract

Standar kecantikan merupakan fenomena yang dikonstruksikan secara sosial di masyarakat. Dari masa kemasa standarisasi tentang kecantikan ini terus berevolusi dan semakin sulit untuk orang mendefinisikan standar cantik itu sendiri, Berdasarkan hal tersebut, masih banyak masyarakat yang masih bingung atau ragu maupun rancu dengan standar ini. Kebingungan ini, khususnya terjadi pada remaja putri yang masih membangun konsep dirinya. Ketidaksiapan konsep diri indivdu atas sebuah standar kecantikan dapat berakibat pada ketidakpercayaan diri, sehingga diperlukan kiranya sebuah program yang dapat membantu remaja putri agar dapat membangun kepercayaan dirinya atas standar kecantikan yang dimiliki setiap masing-masing orang. Salah satu programnya yaitu mengikuti suatu pelatihan, pelatihan konsep diri remaja putri tentang standar kecantikan ini menggunakan metode penelitian action research yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang beauty standard serta pentingnya konsep diri yang baik atas insecurity di setiap individu. Metode action research ini diaktualisasikan melalui webinar di platform Whatsapp group dengan 80an orang peserta yang mayoritas remaja perempuan. Pelaksanaan webinar ini, menghasilkan sejumlah manfaat bagi peserta, hal ini terlihat dari tanggapan peserta yang menyatakan bahwa dirinya menjadi lebih paham dan percaya diri dengan tampilannya sendiri karena peserta telah memahami bahwa tidak ada standar kecantikan yang baku, dan definisi dari sebuah kecantikan bersifat subjektif. Kecantikan tidak serta merta penampilan fisik saja namun ada hal lain yang menjadikan seorang individu menjadi menarik bagi orang lain baik itu karena kepribadian, kebiasaan, maupun perilaku.