This Author published in this journals
All Journal Kultivasi
Vitria Puspitasari Rahadi
PPTK Gambung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kadar pati akar dan sitokinin endogen pada tanaman teh menghasilkan sebagai dasar penentuan pemangkasan dan aplikasi zat pengatur tumbuh Intan Ratna Dewi Anjarsari; Jajang Sauman Hamdani; Cucu Suherman Victor Zar; Tati Nurmala; Heri Sahrian; Vitria Puspitasari Rahadi
Kultivasi Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.569 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i2.16786

Abstract

ABSTRAK Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan salah satunya untuk menginisiasi tumbuhnya banyak tunas sebagai bakal pembentukan pucuk peko. Pemangkasan mengubah luas daun, kapasitas fotosintesis perdu, mempengaruhi keseimbangan metabolisme antara organ di atas dan di bawah tanah dengan  mengurangi  jumlah tumbuh tunas yang berfungsi sebagai sumber dan pengguna untuk nutrisi dan hormon. Sampai saat ini pertumbuhan tunas sebagai bakal daun setelah pemangkasan terjadi secara alami tanpa penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pada dasarnya rekayasa fisiologis dengan menggunakan ZPT sitokinin dapat menjadi pilihan untuk lebih memacu pertumbuhan cabang lateral dan tunas serta memecahkan dormansi pucuk. Tujuan penelitian pendahuluan ini  adalah untuk mengetahui   kadar pati akar, kadar sitokinin endogen, serta status hara tanah  guna menentukan waktu pemangkasan yang tepat dan dasar untuk dilakukan aplikasi zat pengatur tumbuh setelah dipangkas. Penelitian selanjutnya adalah penggunaan sitokinin BAP pada berbgai dosis pada tanaman teh yang sudah dipangkas.  Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus  hingga Oktober 2017 di kebun percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung  pada ketinggian 1250 m di atas permukaan laut (dpl). Metode pengambilan sampel daun, akar, dan tanah di lapangan dilakukan secara komposit untuk setiap ulangan selanjutnya dilakukan analisis pati akar, sitokinin endogen serta hara tanah. Hasil uji kualitatif pati akar menggunakan iodium mengindikasikan bahwa tanaman teh siap untuk dipangkas terlihat dari sampel akar yang ditetesi iodium menunjukkan warna hitam. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar pai akar berada pada kisaran 6.99 % hingga 9,16% dan sitokinin endogen ada pad akisaran 0,0016% hingga0,0019%.  Penentuan kadar pati akar, kondisi lingkungan serta status hara sebelum pemangkas diperlukan agar meminimalisasi tingkat kematian perdu teh serta analisis sitokinin endogen diperlukan untuk lebih  mengoptimalkan dosis sitokinin yang akan diberikanKata Kunci : pemangkasan, sitokinin endogen, kadar pati akar. ABSTRACT  Pruning on tea plants is  perfomed initiating growth of shoots to be pecco stadia. Pruning changes the leaf area, the capacity of photosynthetic tea bush, affecting the metabolic balance between upper and underground organs by reducing the growing number of buds that function as sources and sinks for nutrients and hormones. Until now the growth of shoots as leaf will after pruning occurs naturally without the addition of plant growth regulating substances (PGR). Essentially physiological engineering using  cytokinins can be an option to increase the growth of lateral branches and buds as well as break the shoot dormancy. The preliminary study was conducted from August to October 2017 at experimental field of Gambung Tea and Quinine Research Center (PPTK) at an altitude of 1250 m above sea level (asl). Preliminary method used in the form of analysis of root starch, endogenous cytokinin and soil nutrients to  determined the proper pruning time and the basis for the application of  plant growth regulator substances after pruning. The results of a qualitative test of root content using iodine indicated that the tea plant was ready to be pruned visible from the root samples that iodized spots showed black. The result of  laboratory test  showed that root starch content was in the range of 6.99 to 9.16. and cytokinin endogen  preliminary analysis showed that the levels are in the range of 0.0016 up to 0.0019. Determination of root starch, environmental conditions and nutrient status before pruning is necessary in order to minimize mortality rate of tea bush as well as analysis of endogenous cytokinin is needed to further optimize the dose of cytokinin to be given. Keywords : cytokinins, pruning,  root starch content
Pengaruh metode pemangkasan dan pendekatan hormonal terhadap analisis pertumbuhan tanaman teh klon GMB 7 pada periode pemetikan produksi Intan Ratna Dewi Anjarsari; Erdiansyah Rezamela; Heri Syahrian; Vitria Puspitasari Rahadi
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.31982

Abstract

Abstrak. Teh (Camellia sinensis  L.(O) Kuntze) merupakan tanaman tahunan yang pucuknya rutin dipetik, sehingga proses fotosintesis harus optimal. Fotosintesis adalah proses fisiologis yang bertanggung jawab dalam hampir semua akumulasi bahan kering pada tanaman. Peningkatan bahan kering adalah  bagian yang paling penting untuk analisis kuantitatif pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan pada tanaman teh setelah diberikan perlakuan jenis pangkasan, tinggi pangkasan, dan zat pengatur tumbuh. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung, Ciwidey. Penelitian dimulai Juli 2018 hingga Oktober 2018. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan membentuk model regresi polinomial untuk menentukan tinggi pangkasan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh terbaik pada setiap jenis pangkasan. Jenis pangkasan meliputi pangkasan bersih dan pangkasan ajir. Tinggi pangkasan meliputi ketinggian pangkasan, diantaranya 40, 50, dan 60 cm. Konsentrasi zat pengatur tumbuh meliputi 0 ppm, 60 ppm benzil amino purin, 50 ppm asam giberelat, dan 60 ppm benzil amino purin + 50 ppm asam giberelat. Sampel pucuk yang digunakan untuk analisis pertumbuhan tanaman diambil dari pemetikan produksi, dengan daur petik 14 hari sekali dan dilakukan sebanyak 6 kali pemetikan. Pengukuran analisis pertumbuhan teh meliputi nisbah luas pucuk, laju asimilasi pucuk, dan laju pertumbuhan pucuk.  Hasil analisis menunjukkan bahwa aplikasi pemangkasan bersih pada tinggi pangkasan 60 cm disertai 50 ppm asam giberelat cenderung meningkatkan nisbah luas pucuk, laju asimilasi pucuk, dan laju pertumbuhan pucuk, sedangkan aplikasi pemangkasan ajir/jambul pada tinggi pangkasan 60 cm disertai 60 ppm benzil amino purin cenderung meningkatkan laju asimilasi pucuk serta laju pertumbuhan pucuk.Kata kunci: Analisis pertumbuhan, Hormon, Klon GMB 7, Pangkasan, Pemetikan produksi. Abstract. Tea (Camellia sinensis  L.(O) Kuntze) is an perennial plant whose shoots are regularly picked, so the photosynthesis process have to be optimal. Photosynthesis is a physiological process which is responsible for almost all dry matter accumulation in plants. The increase in dry matter is the most important part for quantitative analysis of plant growth. The purpose of this study was to analyze the growth in tea plants after being treated by the types of pruning, cutting height, and growth regulator applications. The research was carried out at the Experimental Station of Research Institute for Tea and Cinchona, Gambung, Ciwidey. The study was started from July to October 2018. The research was conducted descriptively by forming a polynomial regression model to determine the best pruning height and concentration of growth regulators for each type of pruning. Types of pruning included clean pruning and stalk trimming. Pruning height included height of 40, 50, and 60 cm. The concentration of growth regulators included 0 ppm, 60 ppm benzyl amino purine, 50 ppm gibberellic acid, and 60 ppm benzyl amino purine + 50 ppm gibberellic acid. Shoot samples which used for plant growth analysis were taken from production picking, with a picking cycle 14 days and carried out 6 times. Measurement of shoot growth analysis included shoot area ratio, net assimilation rate, and pecco growth rate. The results of the analysis showed that the application of clean pruning at 60 cm pruning height accompanied by 50 ppm of gibberellic acid tended to increase the ratio of shoot area, shoot assimilation rate, and shoot growth rate, while the application of stalk trimming at 60 cm pruning height accompanied by 60 ppm benzyl amino purine tended to be increase net assimilation rate and pecco growth rate.Keywords: Clones GMB 7, Growth analysis, Hormone, Production plucking, Pruning.