Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hiperurisemia dan Cystatin C Meri Meri; Yane Liswanti
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 7, No 1 (2020): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jambs.v7i1.161

Abstract

Hiperurisemia merupakan keadaan kadar asam meningkat dalam darah. Kadarnya yang meningkat dapat menyebabkan penyakit, salah satunya yaitu adalah gangguan ginjal. Parameter cystatin C dipakai sebagai parameter yang lebih unggul dibanding kreatinin dalam menilai fungsi ginjal. Kondisi ginjal yang sedang hiperurisemia masih belum dapat dijelaskan secara lengkap, dengan demikian dilakukan pemeriksaan cystatin C untuk mengukur fungsi ginjal akibat hiperurisemia. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran cystatin C pada hiperurisemia. Metode penelitian  yaitu deskriptif. Partisipan pada penelitian ini adalah laki-laki berusia 18-65 tahun (25 orang) sesuai kriteria yaitu  hiperurisemia,  berpuasa, tidak obesitas. Hasil penelitian : kadar asam urat (mean)= 8,928 mg/dL dan Cystatin C (mean) =1,08 mg/dL. Kadar asam urat tersebut berada diatas nilai normal (hiperurisemia) karena nilai normalnya adalah 3,4-7,0 mg/dL. Pada kadar tersebut diakukan pemeriksaan cystatin C yang memiliki kadar peningkatan diatas nilai normal. Kesimpulan: gambaran asam urat meningkat memiliki kadar cystatin C yang meningkat.
Pengetahuan dengan Sikap dalam Pencegahan Mioma Uteri pada Mahasiswa Harnanik Nawangsari; Liliek Pratiwi; Yane Liswanti
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 6 (2023): Volume 5 Nomor 6 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i6.8855

Abstract

ABSTRACT In Indonesia, uterine myoma affects one in three women. Uterine myoma is a disease that grows in the female reproductive organs. Along with developments in the medical field, many young women do not take care of their reproductive health. This causes the impact of uterine myoma patients having to undergo surgery, then if it is at a serious stage, removal of the uterus or histerektomi. The impact of removing the uterus is early menopause, besides that women feel pain when lifting weights. Uterine myomas are not a very serious problem because they are still classified as benign tumors, but if left unchecked and someone does not understand about uterine myomas, this can cause frightening problems. The preliminary study concludes that further research should be sought whether students' knowledge and attitudes towards preventing uterine myomas are at what level. In this study to analyze the relationship between knowledge and attitude in the prevention of uterine myoma in college students. This type of research uses a correlational descriptive method with a cross sectional approach. The number of samples in this study is 60. The results of the chi square test, obtained a p-value of 0.001. When compared with a significance level of 5%, the p-value is smaller so that there is a relationship between knowledge and attitudes in preventing uterine myoma in college students. 26 respondents have good knowledge, 12 respondents have sufficient knowledge and 22 respondents lack knowledge. Respondents with a supportive attitude were 35 and 25 respondents with a less supportive attitude category. There is a relationship between knowledge and attitude in preventing uterine myoma in college students, with a significant p-value of 0.001. When compared to the 5% significance level, the p-value is smaller so there is a relationship. Keywords: Knowledge, Attitude, Uterine Myoma, Student  ABSTRAK Di Indonesia , mioma uteri menyerang satu dari tiga wanita. Mioma uteri salah satu penyakit yang tumbuh di organ reproduksi wanita. Seiring perkembangan di bidang medis, banyak wanita muda yang tidak menjaga kesehatan reproduksi. Hal ini menyebabkan dampak penderita mioma uteri harus menjalani operasi, kemudian jika pada tahap serius harus dilakukan pengangkatan rahim. Dampak dari pengangkatan rahim yaitu menopause dini , selain itu wanita kan merasa nyeri ketika mengangkat beban. Mioma uteri memang bukan masalah yang sangat serius karena masih tergolong tumor jinak, tetapi jika dibiarkan dan seseorang kurang paham tentang mioma uteri, hal ini dapat menyebabkan problem yang menaukutkan. Studi pendahuluan menyimpulkan harus dicari lebih lanjut apakah pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap pencegahan mioma uteri sudah pada tingkat apa. Dalam penelitian ini menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan mioma uteri pada mahasiswa. Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 60.  Hasil pengujian uji chi kuadrat, didapat p-value sebesar 0,001. Jika dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka p-value bernilai lebih kecil sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan mioma uteri pada mahasiswa. Yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 26 responden, pengetahuan cukup 12 responden dan pengetahuan kurang sebanyak 22 responden. Responden dengan sikap mendukung sebanyak 35 dan 25 responden dengan kategori sikap kurang mendukung.  Ada hubungan pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan mioma uteri pada mahasiswa, dengan signifikasi p-value sebesar 0,001. Jika dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka p-value bernilai lebih kecil sehingga terdapat hubungan. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Mioma Uteri, Mahasiswa
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SERTA KAITANNYA TERHADAP STATUS KESEHATAN PADA PETUGAS PENGUMPUL SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 Yane Liswanti
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v13i1.34

Abstract

Petugas pengumpul sampah rumah tangga merupakan golongan yang rentan terkena penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya Penyakit Akibat Kerja dan kecelakaan kerja adalah dengan Alat Pelindung Diri (APD). Namun demikian pada kenyataannya masih banyak tenaga kerja yang masih belum mengenakannya saat bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan  penggunaan APD serta kaitannya terhadap status kesehatan.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian mixed method dengan strategi embedded concurent. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 86 orang.  Penelitian kualitatif dilakukan wawancara mendalam kepada Kepala seksi Pelayanan Kebersihan dan Kepala Bidang Kebersihan. Analisis data menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis varians yaitu Partial Least Square (PLS).Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh pada faktor pemungkin adalah masih kurangnya sarana penunjang APD, belum tersedia SOP mengenai APD, sedangkan pada faktor penguat disebabkan belum adanya sosialisasi mengenai APD, pengawasan yang masih kurang, tidak ada sanksi maupun reward bagi yang patuh maupun tidak patuh menggunakan APD. Status kesehatan dipengaruhi faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor penguat dan kepatuhan penggunaan APD sebesar 45,7% sedangkan 54,3% dipengaruhi variabel lain. Status kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (umur, lama kerja, tingkat pendidikan, pengetahuan,sikap), faktor pemungkin (ketersediaan sarana),  faktor penguat (dukungan atasan dan rekan kerja) dan kepatuhan penggunaan APD. Kata kunci : Faktor pemungkin, faktor penguat, faktor predisposisi, kepatuhan,  status kesehatan
GAMBARAN JUMLAH RETIKULOSIT SEBELUM DAN SETELAH DONOR DARAH Yane Liswanti
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v13i1.21

Abstract

Donor darah merupakan suatu tindakan pengambilan darah dengan volume tertentu melalui pembuluh darah. Tubuh yang kehilangan darah akan menimbulkan respon eritropoetin yang diatur oleh hormon eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal dalam enam jam, dan hitung retikulosit naik dalam dua sampai tiga hari dan mencapai puncaknya pada hari ke-4 sampai ke-7. Retikulosit meningkat menandakan bahwa sumsum tulang bereaksi secara normal. Telah dilakukan pemeriksaan jumlah retikulosit dalam sediaan apus darah tepi pada pendonor sebelum dan setelah donor darah di Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Majalengka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah retikulosit pada  pendonor  sebelum dan setelah donor darah di UDD PMI Kabupaten Majalengka.Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pemeriksaan retikulosit ini memakai metode Briliant Cresil Blue (BCB) 1% dalam sediaan kering.Dari  hasil penelitian terhadap jumlah retikulosit pada 5 orang pendonor didapat secara seluruhnya (100%) meningkat.Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah retikulosit sebelum dan setelah donor darah terjadi peningkatan. Kata Kunci : Retikulosit, Donor darah
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA MAHASISWA PRODI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes BTH TASIKMALAYA Yane Liswanti
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 17, No 2 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v17i2.278

Abstract

Tenaga Kesehatan membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD) Ketika praktik untuk mengurangi risiko tertular penyakit. Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomik dan psikososial.Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologi. Pengunaan APD pada analis merupakan salah satu bagian dari usaha menyediakan lingkungan yang bebas dari infeksi sekaligus sebagai upaya perlindungan dari sampel pasien terhadap penularan penyakit, karena Penggunaan APD saat penanganan spesimen pun kadang-kadang terabaikan.Penelitian ini bersifat deskriftif korelasi dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan APD. Penelitian melibatkan 181 mahasiswa prodi DIII Analis Kesehatan sebagai responden dengan menggunakan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan APD.Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD (p=0,289, α=0,05). Terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku penggunaan APD (p=0,004, α=0,05).Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang APD tidak mempengaruhi perilaku penggunaan APD namun sikap dapat mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada mahasiswa.