Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGKAJIAN PEMANFAATAN MESIN PERONTOK GABAH (THRESHER) DAN MESIN PENGERING GABAH (DRYER) PADI SAWAH DI JAWA BARAT Ruswandi, Agus; Subarna, Trisna; Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on Utilization of Grain Threshers and Dryer Machine for Lowland Rice in WestJava. The main problem in rice production is high loss (more than 20%) due to limited implementation ofpost harvest technology, especially during rice trashing. The objectives of study are to evaluate the existingperformance and feasibility of thresher and dryer utilization in lowland rice farming system Assessment onthresher and dryer utilization in lowland rice in West Java. The study was conducted from January to December,2008 in the districts of Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Ciamis and Garut. The study was conductedthrough two approaches, namely: Participatery Rural Appraisal and survey. Results of the study showedthat: (1) Rental business of thresher and dryer were relatively profitable as indicated by the value of R/Cof greater than one (1.52 for thresher and 1.9 for dryer), pay back period of 2.42 years for thresher and 5,84years for dryer (less than its economic value of 5 years and 7 years, respectively), and break event point of122,2t/year for thresher and 261,52 t/years (less than its capacity of 50 and 300 t/year, respectively); (2) Thekind of thresher which suitable to be developed in West Java was characterized by not heavy so its very easyto operate under various lowland rice conditions, easily maintenance as well as produced by local industry.Key words: Thresher, dryer, performance, feasibility Salah satu masalah penting dalam produksi padi adalah tingkat kehilangan hasil panen yang masih tinggi, sekitar20%, yang salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya penerapan teknologi pada pascapanen, terutama padaperontokan padi. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan pedal thresher dan power thresherdapat menekan kehilangan hasil dan dapat memperbaiki kualitas gabah. Tujuan pengkajian adalah mengevaluasikeragaan dan kelayakan penggunaan thresher dan dryer pada padi sawah di Jawa Barat. Pengkajian dilaksanakanpada Januari sampai Desember 2008 di enam kabupaten, yaitu: Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Ciamis,dan Garut, dilaksanakan dengan dua pendekatan, yaitu Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif dan wawancara.Data dianalisis secara deskriptif dan analisa finansial berupa Net Revenue Cost ratio (Net R/C), Titik Impas, dan PayBack Period (PBP). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa usaha jasa power thresher dan dryer layak diusahakankarena masing-masing memberikan nilai Revenue-Cost Rasio (R/C) 1,52 dan 1,88; nilai Pay Back Period (PBP)2,42 tahun dan 5,84 tahun (lebih rendah dari nilai ekonomisnya yaitu 5 tahun dan 7 tahun), dan Titik Impas 122,2dan 261,5 t/th (lebih rendah dari kapasitasnya yaitu 50 t/th dan 300 t/th). Jenis thresher yang sesuai dikembangkandi Jawa Barat adalah dengan karakteristik yang relatif ringan sehingga mudah melintasi berbagai medan sepertipematang sawah dan petakan kecil, perbaikan dan perawatan mudah, serta mudah diproduksi oleh pengrajin.Kata kunci: Thresher, dryer, keragaan, kelayakan usaha
PENGKAJIAN PENGEMBANGAN MODEL AGRIBISNIS JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN CIAMIS Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Study on the Development of Maize Agribusiness Model in Up Land in Ciamis Regency. This study was conducted at Margaharja Village, Sub-district, Ciamis Regency from January to December, 2007. The objectives of the study were: (1) to design the formulation and development of agribusiness model system for village industry by implementing various technological and institutional innovations, and (2) to obtain feedback for the improvement of the model system and agribusiness activities as materials for program perfection. The activities were conducted by using "Before" and "After" approaches, and "Without" and "With" the introduction of technological and institutional innovations. The data observed comprise farm enterprise profile, the local technology performance compared with the technological innovations developed, business efficiency, the adoption of technological innovations, and institutional performance. Among the results of the study were: (1) The improvement of extension intensity and farmer group/ farmer group union dynamism showed by: (a) managing consolidation under the management of k farmer group/ farmer group union; (b) regular farmer group/ farmer group union meetings; (c) Problems in the provision of agricultural product infrastructure and marketing the harvested corn can be solved by the collaboration of farmer group union CV Karya Mulya and PT Petro Kimia, Gresik; (d) the availability of agribusiness clinics with various latest dissemination facilities for agricultural technology innovations and adequate meeting room; and (e) the availability if dissemination materials such as leaflets, technical guidelines, posters, scientific publications, and visual aids; and (2) From the technological exhibition it was obvious that supreme maize varieties , especially Sukmaraga, was demanded by most of farmers, hence they will be implemented widely in the 2007/2008 wet season. However, the planting of Sukmaraga variety cannot be realized by farmers as the seeds were not available when required. Key words: Agribusiness, village industry, technological innovations, and institutional innovations Pengkajian pengembangan model agribisnis jagung di lahan kering telah dilaksanakan di Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis pada bulan Januari hingga Desember, 2007. Tujuan dari pengkajian ini adalah: (1) Merancang pembentukan dan pengembangan percontohan/model sistem agribisnis berbasis industri pedesaan melalui penerapan berbagai inovasi teknologi dan kelembagaan, dan (2) Mendapatkan umpan balik perbaikan model percontohan sistem dan usaha agribisnis sebagai bahan penyempurnaan program. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan "Sebelum" dan "Sesudah", serta "Tanpa" dan "Dengan" introduksi inovasi teknologi dan kelembagaan. Data yang diamati meliputi profil usahatani, kinerja teknologi setempat dibandingkan dengan inovasi teknologi yang dikembangkan, efisiensi usaha, adopsi inovasi teknologi, dan kinerja kelembagaan. Basil pengkajian, antara lain: (1) Peningkatan intensitas penyuluhan dan dinamika kelompoktani/gapoktan yang ditunjukkan, antara lain: (a) konsolidasi pengelolaan di bawah manajemen kelompoktani/gapoktan; (b) pertemuan kelompoktani/ gapoktan secara berkala; (c) Permasalahan dalam penyediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil panen jagung dapat teratasi melalui kemitraan gapoktan dengan CV Karya Mulya dan PT Petro Kimia, Gresik; (d) ketersediaan klinik agribisnis dengan Pengkajian Pengembangan Model Agribisnis Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Ciamis (Saeful Bachrein)berbagai fasilitas diseminasi inovasi teknologi pertanian terkini dan ruang pertemuan yang memadai; dan (e) ketersediaan materi diseminasi seperti leaflet, petunjuk teknis, poster, publikasi ilmiah, dan bahan peraga; dan (2) Dari basil gelar teknologi ternyata varietas unggul jagung, khususnya varietas Sukmaraga, sangat diminati sebagian besar petani sehingga akan diimplementasikan secara luas pada MH 2007/2008. Namun demikian, penanaman secara luas jagung varietas Sukmaraga tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh petani karena benih tidak tersedia pada saat diperlukan. Kata kunci: Agribisnis, industri pedesaan, Inovasi teknologi, dan inovasi kelembagaan
PENGKAJIAN KERAGAAN USAHATANI DAN SISTEM DISTRIBUSI BIBIT KENTANG DI JAWA BARAT Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on potato-seed production performance and distribution system in Pangalengan, Rancabali, andCiwideuy Subdistricts, Bandung district, West Java was conducted in 2002. Objectives of this study are: 1) to identifyand collect some “data’ on distribution system of potato seed (seedling), and 2) to arrange and present some “database” on distribution system potato seed (seedling). Data of the study were collected through desk study(literature/report review), and rapid rural appraisal (RRA) approaches. Results of the study indicated that theproductivity and efficiency of potato/potato-seed production in West Java were relatively low. It is possible enhance low productivity and low efficiency of potato seed yields through intensification program focused onbalanced fertilizer application rates, farm management, pest control, as well as harvesting and post-harvest technologyimprovement. The production of high quality potato-seed in West Java during the period of 2002 satisfied only 1.6percent (560.8 ton) of the province’s need (35,787.6 ton) because of low productivity of potato-seed production farmer level as well as unbalanced distribution of potato-seed production. In 2002, about 60.8% of potato-seedproduction in West Java (1,430.6 ton) was distributed to other provinces, namely Sumatera (32.2%), Central Java(14.3%), East Java (3.6%), and Sulawesi (10.7%). In general, market structure of potato-seed in West Java wasrelatively competitive. Distribution of potato-seed was relatively efficient with margin of 19.2-30.8 percent and theseed growers received about 76.5% of the retail price. To develop sustainable potato seed production in West Java, is necessary to improve productivity and efficiency of farming system as well as to create conducive socio-economicconditions of the growers.Key words : farming system, potato-seed, productivity, efficiency, market margin.Pengkajian terhadap keragaan usahatani pembibitan kentang dan sistem distribusinya dilaksanakan kecamatan Pangalengan, Rancabali, dan Ciwideuy, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada tahun 2002. Tujuanpengkajian ini adalah: mengidentifikasi dan mengumpulkan data sistem distribusi bibit kentang, serta menyusun danmenyajikan “data base” sistem distribusi bibit kentang. Pendekatan yang digunakan berupa desk study (studiliterature/laporan) dan rapid rural appraisal (RRA). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas dan efisiensiusahatani kentang di tingkat petani Jawa Barat masih relatif rendah. Kedua aspek ini berpeluang untuk ditingkatkanmelalui program intensifikasi dengan memberikan prioritas terhadap penerapan pupuk berimbang, perbaikanpengendalian hama dan penyakit, perbaikan manajemen usahatani, dan perbaikan panen serta pasca- panen. Darikebutuhan bibit kentang bermutu sebesar 35.787,6 ton pada tahun 2002, ternyata hanya dapat terpenuhi 1,6% (560,8ton) oleh penangkar bibit. Penyebab utamanya adalah produktivitas bibit di tingkat penangkar bibit relatif rendah.Selain itu, sebagian besar (60,8%) produksi bibit yang mencapai 1.430,6 ton dimanfaatkan oleh provinsi lain, sepertiSumatera (32,2%), Jawa Tengah (14,3%), Jawa Timur (3,6%), dan Sulawesi (10,7%). Struktur pasar kentang dan bibitkentang sangat kompetitif karena banyaknya pelaku pasar yang menampung hasil panen dengan permintaan yangsangat tinggi. Sistem distribusi bibit kentang cukup efisien dengan margin pemasaran moderat (19,2-30,8%) danpetani menerima 76,5 persen dari harga konsumen. Untuk mengembangkan usahatani kentang secara berkelanjutan Jawa Barat, disamping peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani juga perlu diupayakan tindakan strategislainnya terutama dengan menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang kondusif.Kata kunci : usahatani, bibit kentang, produktivitas, efisiensi, margin pemasaran
KERAGAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM TANAM LEGOWO-2 PADA PADI SAWAH DI KECAMATAN BANYURESMI, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sustaining productivity growth because of low efficiency of rice production is crucial issue. The asymmetricwide-space (legowo-2) planting system is an alternative. Research results showed that legowo-2 spacing system usingborder effect significantly and consistently increased (12 - 26,9%) average grain yield compared to traditionalsymmetric planting system (tegel). Wider space among rows facilitates faster weeding and fertilizer application. Suchcondition reduces costs of labor for weeding and fertilization. Increase in yield, and time and labor savings makelegowo-2 planting system both economically and socially attractive. In general, cooperating and non-cooperatingfarmers’ responses to legowo-2 planting system and participation of extension workers and local offices in supportingimplementation of the introduced technology were very good. Survey results indicated that more than 95 percent offarmers deemed legowo-2 planting system as good or acceptable technology. Responses of the farmers applying thelegowo-2 planting system were indicated by high values of acceptability indices (50 and 30 in wet season of2000/2001, and 85 in dry season of 2001). Even though these values were only evaluation of technology acceptabilityof the farmers and not a measure of “acceptance” indicating adoption or impact, but a high value of acceptabilityindex was useful to predict a high rate of adoption. In 2003, legowo-2 planting system was promoted on a larger scaleof planted areas.Key words : planting system, asymmetric wide-space and symmetric, productivity, efficiency, dissemination.Berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan selama beberapa tahun terakhirini menghadapi masalah terutama dengan rendahnya efisiensi usahatani. Untuk itu diperlukan suatu terobosanteknologi yang mampu meningkatkan efisiensi usahatani padi. Salah satu alternatif teknologi adalah melaluipenerapan sistem tanam legowo-2 yang telah dikaji dalam jangka waktu panjang (empat tahun). Hasil pengkajianmenunjukkan bahwa dengan tersedianya ruangan luas yang memanjang ke satu arah, maka legowo-2 dibandingkandengan sistem tegel, memberikan beberapa keuntungan diantaranya: peningkatan produksi secara nyata dan konsistendengan kisaran 12-26,9 dan memudahkan serta mengurangi biaya produksi yang disebabkan karena berkurangnyawaktu dan biaya tenaga kerja untuk penyiangan gulma dan pemupukan. Respons petani (95% dari petani) terhadapsistem tanam legowo dan dukungan penyuluh serta petugas lapang lainnya terhadap penerapannya di tingkat petanisangat positif. Dengan demikian teknologi ini layak baik secara teknis, ekonomi, maupun sosial untuk dikembangkansecara luas. Respons tersebut didukung oleh nilai indeks penerimaan yang tinggi, yaitu 50 dan 30 pada MH 2000/2001dan kemudian meningkat menjadi 85 pada musim berikutnya (MK 2001). Meskipun nilai-nilai tersebut bukanmerupakan suatu ukuran dari adopsi teknologi, tetapi nilai yang sangat tinggi dapat digunakan sebagai indikatorbahwa teknologi tersebut mempunyai peluang yang tinggi untuk diadopsi petani secara luas. Pada tahun 2003, dengandukungan aparat pemerintah daerah, sistem tanam legowo telah dikembangkan baik di wilayah pengkajian maupunkabupaten lainnya.Kata kunci : cara tanam: Legowo-2, tegel, produktivitas, efisiensi, diseminasi
PENGEMBANGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG: DIAGNOSTIK WILAYAH Bachrein, Saeful
Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance Vol 4 No 4 (2012): Desember
Publisher : Research and Development Agency Ministry of Home Affairs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21787/jbp.04.2012.227-236

Abstract

Diagnostik Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung telah dilaksanakan pada tanggal 1-15 November 2011 melalui pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengkarakterisasi kondisi bio-fisik dan sosial ekonomi; (2) Mengidentifikasi masalah dan alternatif pemecahannya; dan (3) Merumuskan rencana kegiatan sesuai hasil PRA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Cikapundung merupakan sungai yang berfungsi sebagai drainase utama di pusat Kota Bandung, meskipun kondisi saat sangat memprihatinkan sebagai akibat pencemaran yang relatif berat. Berdasarkan hasil identifikasi dan karakterisasi telah disepakati bahwa kegiatan dan alternatif teknologi yang akan dikembangkan, berturut-turut sesuai dengan prioritasnya adalah: (1) Penegakan hukum; (2) Penerapan teknologi pengolahan sampah dan limbah pertanian/peternakan untuk energi alternatif dan kompos; (3) Penerapan mikrohidro; (4) Penyediaan sarana sampah (bak dan pengangkutannya); (5) Pemberdayaan kelompok masyarakat; (6) Penguatan pelayanan penyuluhan dan informasi; (7) Penerapan teknologi sapi perah ramah lingkungan; (8) Penghijauan; (9) Pelatihan pengolahan sampah rumah tangga; (10) Fasilitasi kemitraan antara masyarakat dengan Lembaga Penelitian dan swasta; (11) Pengembangan septic tank; dan (12) Revitalisasi pemukiman. Diagnostic area of Cikapundung river basin was conducted in November 1-15, 2012 by using Participatory Rural Appraisal (PRA) approach. The objective of the study were: (1) to characterize biophysic and social economy conditions; (2) to identify the problem and solving alternatives, and (3) to formulate activity plans based on PRA’s results. Research results indicated that Cikapundung river basin was consider as a river which having function of main drainage of the Bandung city, eventhough its condition was miserable due to heavily contamination. Based on the result of identification and characterization, it were agree that the activity and alternative technology to be developed included: (1)Law enforcement; (2) Technology implementation of garbage processing and agriculture/animal waste for alternative energy and compos; (3) Mycrohydro implementation; (4) Garbage processing facilities; (5)community group empowerment; (6) Improving extention and information services; (7) Implementation of environment friendly of cow technology; (8) Forestation; (9) Garbage processing training; (10)Facilitating of partnership between Research Institution and private sectors; and (11) Septic tanc development; and (12) Revitalization of reseltment.